Polemik Negara Antariksa Asgardia: Diwarnai Pelanggaran Hak Cipta

Reporter

Kamis, 27 Juli 2017 17:10 WIB

Ilustrasi pesawat induk negara antariksa Asgardia. (Live Science)

TEMPO.CO, Paris - Salah satu ambisi pendiri Asgardia, negara antariksa pertama, adalah menyimpan kekayaan pengetahuan manusia di luar angkasa. Karena semangat inilah calon warganya lantas mengunggah banyak file ke database.

Sayangnya, beberapa di antaranya malah mengisinya dengan gambar, lagu, dan video bajakan agar bisa diunduh banyak orang. Ini jelas menjadi polemik pertama bagi negara antariksa tersebut.

Awal bulan ini, pendiri Asgardia, Igor Ashurbeyli, mendorong 225 ribu calon warganya di seluruh dunia untuk mengunggah file ke database yang akan diluncurkan ke orbit menggunakan roket SpaceX. "Data tersebut akan tersimpan selamanya dalam memori kemanusiaan di antariksa dan bisa diunduh kembali," kata dia dalam sebuah konferensi di Hong Kong.

Baca: Orang Indonesia Tak Bisa Jadi Warga Negara Antariksa Asgardia


Ilustrasi kapal induk negara antariksa Asgardia. (Live Science)

Asgardia adalah negara antariksa pertama yang nantinya akan tersebar menjadi beberapa satelit, seperti di bulan dan benda langit lainnya. Negara tersebut dilengkapi dengan sistem hukum sendiri.

Konstitusi sementara Asgardia menyatakan, bahwa negara ini akan menghormati hukum dan perjanjian internasional dari Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) di bumi. Pendiri Asgardia juga merencanakan untuk mendaftarkan diri ke PBB sebagai negara antariksa berdaulat pertama pada tahun depan.

Asgardia akan memulai peluncuran satelit pertama mereka akhir tahun ini. Satelit yang bernama Asgardia-1 itu berbentuk CubeSat yang akan diluncurkan dalam misi peluncuran dari Cape Canaveral ke Stasiun Antariksa Internasional pada November mendatang. Satelit ini akan terhubung dengan satelit komunikasi Globalstar.

Baca: Tahun Depan, Asgardia Akan Daftar ke PBB Sebagai Negara Antariksa


Igor Ashurbeyli, pendiri negara antariksa Asgardia. (Ashurbeyli.eu.com)

Ashurbeyli mengatakan, siapapun yang setuju untuk mematuhi konstitusi dapat menjadi warga negara dan mengunggah 100 kilobita data secara gratis. Atau, membayar US$ 10, atau setara Rp 135 ribu, untuk tiap 100 kilobita ekstra.

Tak ayal, calon warga negara Asgardia pun mengunggah banyak file, termasuk file yang memiliki hak cipta. Setidaknya ada lebih 7.000 file yang dilindungi undang-undang hak cipta internasional, seperti "Intergalactic" dari grup musik Daft Punk dan film dokumenter Freething.

Hal tersebut jelas memicu kontroversi. Sebab, banyak pihak mensinyalir tindakan tersebut sebagai pelanggaran hak cipta dan bisa dituntut.

Baca: Siapa Igor Ashurbeyli, Pendiri Negara Antariksa Asgardia?


Lambang negara antariksa Asgardia. (asgardia.space)

Michale Dodge, pakar hukum antariksa dari Universitas South Dakota, mengatakan file ilegal tersebut berpotensi menggagalkan peluncuran satelit pertama mereka. "Komite Hak Cipta Amerika bisa menuntut file-file tersebut tidak dikirim bersama peluncuran satelit," ujar dia.

Dodge mengatakan, peluncuran roket mengharuskan tidak melanggar hukum internasional. Sekadar informasi, satelit Asgardia-1 secara teknis berada di bawa yurisdiksi hukum Amerika. Asgardia belum memberikan tanggapan perihal tersebut.

Baca: Ribuan Warga Indonesia Sudah Daftar ke Negara Antariksa Asgardia

Simak perkembangan berita negara antariksa pertama, Asgardia, hanya di kanal Tekno Tempo.co.

CNN | SPACE | PUTRI THALIAH | AMRI MAHBUB

Berita terkait

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

2 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

7 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

12 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

20 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

21 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

21 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

26 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

27 hari lalu

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

April Mop atau April Fool's Day pada 1 April punya kisah panjang sejak 1582.

Baca Selengkapnya

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

30 hari lalu

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

Seorang dokter Prancis "mengikat buku itu dengan kulit manusia yang diambil tanpa persetujuan dari jasad pasien wanita," menurut Perpustakan Harvard

Baca Selengkapnya

Prancis Bantah Memasok Senjata ke Israel untuk Digunakan di Gaza

32 hari lalu

Prancis Bantah Memasok Senjata ke Israel untuk Digunakan di Gaza

Menhan Prancis membantah tuduhan dari jurnalis bahwa Prancis memasok komponen amunisi yang digunakan oleh tentara Israel dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya