Bos Telegram Pavel Durov: Indonesia Sangat Luar Biasa  

Reporter

Jumat, 4 Agustus 2017 14:54 WIB

Menkominfo Rudiantara (kiri) berjabat tangan dengan CEO Telegram Pavel Durov (kanan) di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, 1 Agustus 2017. Pertemuan tersebut guna membahas Standard Operating Procedure (SOP) yang harus diikuti Telegram agar dapat beraktivitas kembali di Indonesia. ANTARA/Galih Pradipta

TEMPO.CO, Jakarta - CEO Telegram, Pavel Durov, mengatakan ia baru sadar begitu banyak pengguna Telegram di Indonesia yang loyal setelah mengunjungi Jakarta pada Selasa, 1 Agustus 2017. Durov merasa senang dengan penerimaan yang begitu hangat.

"Dukungan dan cinta yang saya dapat ketika berkunjung ke Indonesia luar biasa," kata Durov dalam channel Telegram-nya, Rabu, 2 Agustus 2017.

Baca: Pemerintah Akan Cabut Blokir Telegram, Ini Waktunya

Durov datang ke Jakarta untuk bertemu Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam rangka menindaklanjuti pemblokiran Telegram oleh pemerintah Indonesia. Kata dia, sebelumnya ia mencoba menghubungi Rudiantara melalui e-mail, tapi mengalami kendala teknis.

"E-mail tidak dapat dipercaya, mari kita semua beralih ke Telegram," kata Durov. Namun pada akhirnya ia merasa senang karena bisa membangun koneksi personal yang hebat dengan menteri itu. Selain bertemu Rudiantara, dia bertemu dengan programmer lokal dan pengguna awal Telegram di Indonesia.

Menurut Durov, tidak bisa ada rahasia antara Telegram dan penggunanya. Sebab, kata dia, pengguna jugalah yang membuat Telegram menjadi populer. "Bukan pemerintah atau pemegang saham atau pengiklan. Sayangnya, perusahaan IT lain terkadang melupakan itu," ucapnya.

Baca: Ramai Celoteh Netizen Soal Pencabutan Blokir Telegram

Dari pertemuan itu, Telegram akan membuka sebuah saluran komunikasi untuk menghapus konten propaganda teroris secara cepat. "Kami juga akan menambahkan orang yang bisa bahasa Indonesia ke dalam tim kami sehingga bisa memproses laporan tentang propaganda teroris dalam beberapa jam, bukan 1-2 hari," tutur Durov.

Dia menyebut Menteri Rudiantara meyakinkannya bahwa Indonesia menghormati privasi Telegram, seperti yang diajarkan Undang-Undang Dasar 1945 tentang hak individu warga. Sayangnya, menurut Durov, tak semua pemerintah negara-negara besar di Asia bersikap demikian.

"Ya, seperti Cina, saya sedang melihat Anda sekarang," kata Durov. Ia mengatakan timnya bangga karena tidak pernah membuka satu bita pun data privat ke pihak ketiga sejak Telegram berdiri. "Kami akan tetap begitu di mana pun juga."

Baca: Pavel Durov, Sosok Unik dan Kontroversial Pencipta Telegram

Durov mengungkapkan setiap hari ada 600 ribu pengguna yang membuat akun di Telegram dan 20 ribu di antaranya berasal dari Indonesia. "Terima kasih atas dukungannya, Indonesia dan dunia," katanya.

Simak berita menarik lainnya tentang Telegram dan Pavel Durov hanya di kanal Tekno Tempo.co.

NUR QOLBI | AMB

Berita terkait

Telegram Diduga Digunakan untuk Rekrut Orang Bersenjata dalam Penembakan Moskow

32 hari lalu

Telegram Diduga Digunakan untuk Rekrut Orang Bersenjata dalam Penembakan Moskow

Telegram diduga digunakan untuk merekrut orang-orang bersenjata yang menjadi pelaku penembakan gedung konser Balai Kota Crocus di luar Moskow.

Baca Selengkapnya

Login ke Telegram Bisa Tanpa Sinyal, Waspadai Bahayanya

34 hari lalu

Login ke Telegram Bisa Tanpa Sinyal, Waspadai Bahayanya

Skema login baru membuat Telegram bisa diakses di luar daerah bersinyal. Namun, di baliknya ada risiko peretasan.

Baca Selengkapnya

Cerita Shobur Membangun Jaringan Pornografi Anak Lintas Negara di Grup Telegram

42 hari lalu

Cerita Shobur Membangun Jaringan Pornografi Anak Lintas Negara di Grup Telegram

Terpidana kasus jaringan pornografi anak Muhamad Shobur menceritakan bagaimana ia membuat jaringan pornografi anak melalui aplikasi Telegram.

Baca Selengkapnya

Puncak Gunung Es Pornografi Anak di Indonesia, Terbongkar Karena Informasi dari FBI

42 hari lalu

Puncak Gunung Es Pornografi Anak di Indonesia, Terbongkar Karena Informasi dari FBI

Kasus pornografi anak di Indonesia ibarat puncak gunung es yang melibatkan jaringan internasional. Terbongkar setelah ada informasi dari FBI.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Kode Transaksi Jual Beli Konten Pornografi Anak di Media Sosial

42 hari lalu

Polisi Ungkap Kode Transaksi Jual Beli Konten Pornografi Anak di Media Sosial

Terdapat kode khususn yang diberikan saat seorang pelaku ingin membeli konten video pornografi anak.

Baca Selengkapnya

Kasus Pornografi Anak Laki-laki di Bawah Umur, Polres Bandara Soekarno-Hatta Temukan 3.870 Video

24 Februari 2024

Kasus Pornografi Anak Laki-laki di Bawah Umur, Polres Bandara Soekarno-Hatta Temukan 3.870 Video

Polres Bandara Soekarno-Hatta menemukan sebanyak 3.870 video dan 1.245 foto bermuatan pornografi anak laki-laki.

Baca Selengkapnya

Polres Bandara Soekarno-Hatta Ungkap Jual Beli Video Porno Diperankan Anak Indonesia ke Jaringan lnternasional

24 Februari 2024

Polres Bandara Soekarno-Hatta Ungkap Jual Beli Video Porno Diperankan Anak Indonesia ke Jaringan lnternasional

"Pak Kapolres Berto terima adalah adanya video porno atau konten pornografi yang diduga di dalamnya anak anak Indonesia sebagai pemeran."

Baca Selengkapnya

Militer Israel Akui Jalankan Grup Telegram Rayakan Aksi Sadis Tentaranya di Gaza

6 Februari 2024

Militer Israel Akui Jalankan Grup Telegram Rayakan Aksi Sadis Tentaranya di Gaza

Militer Israel mengakui mengoperasikan grup Telegram yang merayakan kejahatan perang terhadap warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Anda Sering Ditambahkan ke Grup Telegram Spam? Tips Ini Bisa Mencegahnya

17 Januari 2024

Anda Sering Ditambahkan ke Grup Telegram Spam? Tips Ini Bisa Mencegahnya

Pengguna aplikasi Telegram mungkin pernah tiba-tiba ditambahkan ke sebuah grup acak yang tidak diinginkan. Begini cara mencegahnya

Baca Selengkapnya

Google, YouTube, Meta, TikTok, & Telegram Didenda Rusia, Mengapa Belakangan Dihapus?

4 Januari 2024

Google, YouTube, Meta, TikTok, & Telegram Didenda Rusia, Mengapa Belakangan Dihapus?

Hutang Google, Meta, dan Tiktok dihapus dari database Rusia.

Baca Selengkapnya