Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Potensi Bahaya di Balik Keindahan Awan Topi Gunung Semeru

image-gnews
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan Gunung Semeru pagi itu tertutup awan jenis letikularis atau altocumulus lenticularis yang terjadi akibat adanya pusaran angin di puncak, sehingga membentuk topi. twitter.com/Sutopo_PN
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan Gunung Semeru pagi itu tertutup awan jenis letikularis atau altocumulus lenticularis yang terjadi akibat adanya pusaran angin di puncak, sehingga membentuk topi. twitter.com/Sutopo_PN
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Fenomena awan topi (cap clouds) di puncak Gunung Semeru baru-baru ini menyajikan keindahan visual. Ada juga beberapa bentuk yang lebih spektakuler seperti bertumpuk di lokasi lain. Namun di balik keindahannya itu, ada potensi bahaya yang mengancam warga di lereng gunung, dan juga bagi penerbangan.

Baca: Puncak Gunung Semeru Bertopi Awan, Ini Penjelasan LAPAN

Awan topi menandakan terdapat aktivitas gelombang gunung dengan aliran melengkung yang memicu berbagai fenomena cuaca ekstrem. Sumber: meted.ucar.edu

Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra mengatakan, awan topi ini disebut sebagai awan altocumulus lentikular. Awan ini merupakan awan yang umumnya tegak lurus terhadap arah angin, dan seringkali menyerupai bentuk lensa. "Awan jenis ini biasanya ditemui di sekitar area gunung," katanya Rabu, 12 Desember 2018.

Awan lentikular terbentuk saat udara bergerak melewati pegunungan, sehingga mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi. Awan lentikular memiliki karakteristik yang spesial karena posisinya relatif tetap dan tidak bergerak layaknya awan jenis lain.

Awan jenis ini juga dapat berada pada lokasi yang sama dalam periode lama. Faktor pendukungnya yaitu udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan. "Selanjutnya terkondensasi dan menghasilkan awan," ujarnya.

Awan ini juga dapat terbentuk di atas dataran yang luas karena perbedaan kecepatan angin pada berbagai lapisan akibat adanya front atau pertemuan massa udara basah dan massa udara dingin.

Fenomena alamiah itu lazim terjadi karena ada perbedaan suhu dan tekanan serta faktor topografi, tapi kemunculannya tergolong jarang. Momen itu menurutnya patut diabadikan karena bagian dari keindahan alam. "Terkadang lapisan payungnya bisa lebih dari satu."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kejadian awan topi pun bisa berulang di suatu lokasi namun periodesasinya tidak pasti. Awan itu biasanya disertai udara dingin di sisi lereng gunung tapi tidak membahayakan. "Kalau terhadap penerbangan agak sedikit bisa menghasilkan turbulensi karena ada faktor gelombang gunung," katanya.

Peneliti meteorologi di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Erma Yulihastin mengatakan, gelombang gunung merupakan suatu sistem aliran gelombang yang tampak di atmosfer dan terbentuk di atas angin yang arahnya menabrak suatu hambatan atau penghalang berupa gunung. "Hal ini terjadi karena ada angin yang bertiup sangat kuat itu memiliki arah tegak lurus terhadap penghalang atau gunung."

Selain awan topi, sistem gelombang gunung menghasilkan jenis awan lain, yaitu lenticular dan awan rotor. Gelombang gunung, kata Erma, sangat berbahaya karena dapat berpotensi menyebabkan turbulensi pada cuaca cerah atau disebut Clear Air Turbuence (CAT) yang dapat berakibat fatal bagi pesawat yang melintas. "Kasusnya pernah terjadi pada pesawat terbang Boeing 707 di dekat Gunung Fuji, Jepang, pada 1966," katanya.

Selain itu, gelombang gunung dapat memicu pembentukan turbulensi berupa badai angin kencang yang menuruni lereng (downslope wind) dan geser angin di dekat permukaan atmosfer. Badai angin dahsyat yang menyebabkan kecelakaan pesawat pernah terjadi di Colorado, Amerika Serikat, pada 1999.

Menurut Erma, keberadaan awan topi dapat menjadi penanda suatu sistem gelombang gunung yang terbentuk di atasnya dan terus menjalar serta memiliki komponen-komponen yang dapat memicu kondisi cuaca ekstrem nan berbahaya.

Dampaknya seperti hujan deras orografis merata yang dapat terjadi di bagian belakang sisi gunung, CAT, dan badai angin yang menuruni lereng. Badai angin itu di beberapa wilayah disebut masyarakat dengan sebutan seperti angin bohorok atau angin kumbang. 

Simak artikel lain tentang awan topi Gunung Semeru di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Setelah 10 Tahun, Harga Tiket Masuk Kawasan Bromo Semeru Naik

2 hari lalu

Suasana di area Pura Poten atau Pura Luhur Poten yang terletak di tengah Laut Pasir Gunung Bromo pada Sabtu, 23 September 2023. TEMPO/Abdi Purmono
Setelah 10 Tahun, Harga Tiket Masuk Kawasan Bromo Semeru Naik

Harga tiket masuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sekarang masih mengacu harga tiket masuk yang dibuat pemerintah sepuluh tahun lalu.


Cerita Pengungkapan Ladang Ganja di Gunung Semeru, Ada Peran Petugas TNBTS

27 hari lalu

Foto udara yang menunjukkan ladang ganja di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger (TNBTS). Foto: Dokumentasi Balai Besar TNBTS.
Cerita Pengungkapan Ladang Ganja di Gunung Semeru, Ada Peran Petugas TNBTS

Petugas TNBTS berperan penting dalam penemuan ladang Ganjar di lereng Gunung Semeru.


4 Titik Ladang Ganja Ditemukan di Lereng Semeru: Siap Panen, Polisi Tangkap 2 Pelaku

32 hari lalu

Personil Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama TNI dan Polri mencabut tanaman ganja sebelum dimusnahkan dengan cara dibakar di kawasan pegunungan Seulawah, Desa Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis, 15 Agustus 2024. Dalam operasi tersebut, BNN bersama TNI dan Polri menemukan dua lokasi tanaman ganja seluas  dua hektare dan kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar, sedangkan pemilik tanaman ganja tersebut tidak berhasil ditangkap. ANTARA FOTO/Ampelsa
4 Titik Ladang Ganja Ditemukan di Lereng Semeru: Siap Panen, Polisi Tangkap 2 Pelaku

Lokasi ladang ganja di Gunung Semeru terdapat di 4 titik dengan jumlah tanaman yang berbeda-beda tiap lokasi.


Jalur Resmi di 6 Gunung Tertinggi di Pulau Jawa

33 hari lalu

Gunung Semeru erupsi dengan letusan setinggi 500 meter di atas puncak pada pukul 09.18 WIB, Selasa 17 September 2024. ANTARA/HO-PVMBG
Jalur Resmi di 6 Gunung Tertinggi di Pulau Jawa

Mendaki gunung dengan tertib dan menggunakan jalur resmi bisa membuat pendaki terhindar dari banyak masalah.


Gunung Semeru Erupsi Beruntun, Tinggi Letusan Hingga 500 Meter

40 hari lalu

Gunung Semeru erupsi beruntun dengan letusan hingga setinggi 500 meter, Selasa 17 September 2024. ANTARA/HO-PVMBG
Gunung Semeru Erupsi Beruntun, Tinggi Letusan Hingga 500 Meter

Gunung Semeru, Jawa Timur, mengalami erupsi delapan kali pada Selasa pagi. Tinggi letusan abu hingga mencapai 500 meter.


Gunung Semeru Kembali Erupsi, PVMBG Larang Aktivitas Warga dalam Radius 3 Kilometer

48 hari lalu

Gunung Semeru erupsi dengan letusan setinggi 800 meter pada Rabu, 14 Agustus 2024, pukul 08.06 WIB. Foto: PVMBG
Gunung Semeru Kembali Erupsi, PVMBG Larang Aktivitas Warga dalam Radius 3 Kilometer

Selama 24 jam pada Sabtu, Gunung Semeru mengalami 94 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 12-25 mm.


Ranu Regulo di Kaki Gunung Semeru Kembali Dibuka

50 hari lalu

Pengunjung menikmati suasana pagi di kawasan wisata danau Ranu Regulo, Lumajang, Jawa Timur, 21 April 2018. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Ranu Regulo di Kaki Gunung Semeru Kembali Dibuka

Balai Besar TNBS kembali membuka kawasan Ranu Regulo untuk akitivitas wisata mulai 10 September 2024


Eks Bupati Lumajang Beberkan Pemeriksaan Polda Jatim soal Kasus Bantuan Bencana Erupsi Gunung Semeru

52 hari lalu

Thoriqul Haq ( baju putih) menerima SK Penetapan sebagai bakal calon bupati Lumajang dari Sekretaris Lembaga Pemenangan Partai (LPP) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB, Zainul Munasichin, Selasa, 14 Mei 2024. Foto: DPC PKB Lumajang
Eks Bupati Lumajang Beberkan Pemeriksaan Polda Jatim soal Kasus Bantuan Bencana Erupsi Gunung Semeru

Eks Bupati Lumajang yang juga politikus PKB Thoriqul Haq diperiksa Polda Jatim soal kasus bantuan bencana erupsi Gunung Semeru.


Gunung Semeru Erupsi Tiga Kali, Kolom Letusan Hingga 300 Meter

59 hari lalu

Gunung Semeru erupsi dengan letusan setinggi 800 meter pada Rabu, 14 Agustus 2024, pukul 08.06 WIB. Foto: PVMBG
Gunung Semeru Erupsi Tiga Kali, Kolom Letusan Hingga 300 Meter

Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang erupsi tiga kali, Rabu, 28 Agustus 2024.


Gunung Semeru Erupsi, Lontarkan Abu Vulkanik Setinggi 700 Meter

18 Agustus 2024

Gunung Semeru erupsi dengan letusan setinggi 800 meter pada Rabu, 14 Agustus 2024, pukul 08.06 WIB. Foto: PVMBG
Gunung Semeru Erupsi, Lontarkan Abu Vulkanik Setinggi 700 Meter

Gunung Semeru erupsi dengan letusan setinggi 700 meter, Ahad, 18 Agustus 2024, pukul 11.49 WIB.