TEMPO.CO, Jakarta - Akun CEO Twitter, Jack Dorsey, diretas, 31 Agustus 2019. Hacker berhasil mengunggah 17 posting ofensif yang bertahan sekitar 10 menit.
Namun punggawa Twitter berhasil mengatasi pembajakan ini sekitar satu jam setelah kejadian.
Dalam sebuah pernyataan, Twitter memastikan sistem sudah aman. Menurut Twitter, pembajakan terjadi karena nomor telepon yang dikaitkan dengan akun dikompromikan dengan alasan pengawasan keamanan oleh operator seluler.
"Ini memungkinkan orang yang tidak berhak untuk menulis dan mengirim tweet melalui pesan teks dari nomor telepon. Masalah itu sekarang telah diatasi."
Hacker kemungkinan menggunakan teknik SIM swapping yaitu nomor telepon dimigrasikan oleh operator ke chip baru setelah ada laporan kehilangan ponsel atau kartu SIM rusak sementara pemilik menginginkan nomornya tidak berubah.
Cara lain adalah menipu layanan pelanggan dengan memberikan data untuk meyakinkan bahwa Anda adalah pemilik yang sah, atau memiliki orang dalam yang mau bekerja sama.
Tweet dikirim menggunakan Cloudhopper, perusahaan yang dibeli Twitter di masa lalu yang menawarkan layanan SMS dengan nama sama. Ini berarti peretas memiliki sedikit akses ke akun selain dapat memposting tweet melalui pesan teks dari nomor telepon yang tertaut dalam akun - jadi tidak ada DM dan tidak ada daftar pengikut dan semacamnya.
TWITTER | GSMARENA