Tumbuhan buah merah memiliki bentuk menyerupai pandan dengan tinggi mencapai 16 meter. Tinggi batang bebas cabang setinggi 5-8 meter, ditopang dengan akar tunjang. Adapun buahnya berbentuk lonjong dengan kuncup yang tertutup daun buah.
Buah merah sepanjang 55 sentimeter, diameter 10-15 cm, dan bobot 2-3 kilogram. Buah merah yang masak dimanfaatkan sebagai pelengkap sayur dan salah satu unsur pelengkap dalam upacara adat bakar batu. “Buah merah yang diekstraksi akan menghasilkan minyak yang digunakan untuk pewarna masakan dan bahan kerajinan, atau pengobatan,” tutur Hari.
Dosen Universitas Cendrawasih, I Made Budi, termasuk yang meneliti kandungan gizi dalam buah merah. Dalam laman Jaist, Made menjelaskan sari buah merah yang diduga hanya tumbuh di Papua bisa diprediksi sebagai obat penangkal virus yang menyerang kekebalan tubuh.
Dia menuturkan, sari buah merah tidak sengaja menjadi fokus penelitiannya untuk obat. Made awalnya mengamati buah merah yang hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan masyarakat di Wamena. Made mencermati kebiasaan masyarakat tersebut yang mengonsumsi buah merah itu ternyata jarang terkena penyakit berat seperti hepatitis, kanker, jantung, hipertensi dan AIDS.
"Saat itu saya menduga, jarangnya penyakit yang diderita masyarakat Wamena pasti berhubungan dengan buah itu," tutur Made, yang merupakan lulusan S2 bidang gizi masyarakat di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Setelah meneliti beberapa lama, ternyata buah merah dipastikannya banyak mengandung antioksidan, betakarotin, omega 3 dan 9, serta banyak zat lain yang meningkatkan daya tahan atau kekebalan tubuh.