Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Swedia Terapkan Herd Immunity, Apakah Berhasil?

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Sejumlah orang bersantai saat menikmati musim semi saat pandemi COVID-19 di taman Ralambshov , Stockholm, Swedia, 8 Mei 2020. Henrik Montgomery /TT News Agency/via REUTERS
Sejumlah orang bersantai saat menikmati musim semi saat pandemi COVID-19 di taman Ralambshov , Stockholm, Swedia, 8 Mei 2020. Henrik Montgomery /TT News Agency/via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Baik Swedia dan Inggris memicu kontroversi dengan pemerintah masing-masing memilih untuk mengikuti rencana herd immunity (kekebalan kelompok) daripada langkah-langkah isolasi (lockdown) ketat yang diperkenalkan di negara-negara Eropa lainnya, seperti Italia, Prancis dan Spanyol untuk menangani virus corona Covid-19.

Sementara Inggris dengan cepat mengoreksi gagasan itu, Swedia melanjutkan dengan rencana tersebut, sebagaimana dilaporkan media Spanyol, As.com, 18 Mei 2020. Johan Giesecke, mantan kepala ahli epidemiologi Swedia dan pakar yang diakui secara internasional yang memberi nasihat kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan strategi itu sebagai "yang terbaik di dunia".

Namun, itu tidak sepenuhnya bebas. Pemerintah Swedia memang menerapkan beberapa pembatasan, seperti larangan pertemuan lebih dari 50 orang dan aturan jaga jarak (social distancing) di gimnasium, restoran dan bar, sementara penitipan anak dan sekolah untuk anak di bawah 16, tetap terbuka.

Mayoritas populasi Swedia, yang diminta untuk mempraktikkan jaga jarak sebagian besar atas dasar sukarela, menyetujui pendekatan tersebut, dengan jajak pendapat menunjukkan bahwa dua pertiga yakin pemerintah telah melakukan pekerjaan dengan baik.

Namun dengan 3.679 kematian dan angka kematian tiga kali lebih tinggi dari Denmark dan tujuh kali lebih tinggi daripada di Finlandia, banyak yang percaya bahwa strategi Swedia jauh dari yang terbaik di dunia. Tetapi harus dicatat bahwa angka kematian Swedia jauh lebih rendah daripada di Inggris, Prancis, dan Spanyol, yang semuanya telah menerapkan tindakan isolasi ketat yang akan memiliki dampak ekonomi yang berkelanjutan.

Menurut Dr. Giesecke, isolasi semata-mata merupakan cara untuk menunda hal yang tak terhindarkan. “Apa yang Anda lakukan adalah mendorong kasus Anda ke masa depan, banyak orang akan terinfeksi setelah Anda membuka isolasi," katanya sebagaimana dikutip Newstalk, 15 Mei 2020.

Meskipun para pemimpin otoritas kesehatan di Spanyol dan Italia akan berpendapat bahwa langkah-langkah isolasi diperlukan untuk memperlambat penyebaran dan menghentikan runtuhnya sistem kesehatan masing-masing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara populasi di negara-negara Eropa lainnya mulai bergerak lagi ketika pembatasan isolasi berkurang, yang kemungkinan akan mengarah pada peningkatan kasus Covid-19 dan kematian sekali lagi, Stockholm akan mencapai kekebalan kawanan (tingkat infeksi 40-60 persen yang diperlukan untuk mencegah penyebaran virus korona), pada bulan Juni, menurut Dr. Giesecke.

Asumsinya adalah bahwa ketika negara-negara menghitung jumlah korban tewas setahun dari sekarang, angkanya akan sama, terlepas dari tindakan yang diambil, meskipun kerusakan ekonomi di Swedia akan jauh lebih sedikit.

Namun rekan Dr. Giesecke di Universitas Johns Hopkins menyebut herd immunity sebagai "kesalahpahaman yang berbahaya", sementara WHO juga mengulang kembali keberatannya terhadap cara itu pekan lalu.

"Gagasan ini bahwa, 'Yah, mungkin negara-negara yang memiliki langkah-langkah longgar dan belum melakukan apa pun akan tiba-tiba secara ajaib mencapai kekebalan kelompok, dan jadi bagaimana jika kita kehilangan beberapa orang tua selama proses ini?' Ini adalah perhitungan yang sangat berbahaya, berbahaya," kata Mike Ryan, direktur eksekutif kedaruratan kesehatan WHO.

Sementara konsensus umum di antara para ahli kesehatan internasional adalah bahwa kekebalan kelompok adalah kebijakan yang ceroboh dan berbahaya untuk diikuti, banyak warga di Inggris, AS dan negara-negara lain, yang kehidupan, pekerjaan dan usahanya telah dirusak oleh langkah-langkah isolasi, akan menuntut pemerintah mereka untuk melihat ke Swedia. Tetapi hanya waktu yang akan mengungkap apakah strategi Swedia lebih baik daripada negara lain.

AS.COM | NEWSTALK

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

12 jam lalu

1. Menteri Keuangangan Sri Mulyani (Paling Kanan) Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Kedua dari kanan) dan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga saat melakukan pelepasan secara simbolis kontainer yang tertahan akibat izin impor. Tanjung Priok Jakarta Utara, 18 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.


OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

14 jam lalu

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae saat ditemui di sela-sela acara The Finance Executive Forum di Jakarta Pusat pada Selasa, 14 November 2023. TEMPO/Amelia Rahima Sari
OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.


BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

2 hari lalu

Vaksin AstraZeneca menjadi satu di antara vaksin yang digunakan banyak negara termasuk Indonesia dalam melawan pandemi virus corona. Sarah Gilbert juga melepas hak paten dalam proses produksi vaksin tersebut, sehingga harga vaksin bisa lebih murah. Sarah dan sejumlah ilmuwan yang terlibat dalam pembuatan vaksin telah dianugrahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II tahun ini. REUTERS
BPOM Pastikan Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

Koordinator Humas Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) Eka Rosmalasari angkat bicara soal penarikan vaksin AstraZeneca secara global.


Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

3 hari lalu

Dua ekor unta baktria menghampiri seorang petugas yang melakukan sensus di Kebun Binatang ZSL London, Inggris, 4 Januari 2021. Setiap tahun, para petugas rutin menggelar sensus satwa kebun binatang ini. REUTERS/John Sibley
Mengenal Gejala Virus MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jemaah Haji

Kemenkes mengimbau seluruh jemaah haji mewaspadai MERS-CoV. Kenali asal usul dan gejalanya.


Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Wakil Perdana Menteri Singapura dan Menteri Keuangan Lawrence Wong. REUTERS/Isabel Kua
Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.


7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

3 hari lalu

Sejumlah  calon haji berjalan menuju ke gedung Mina di asrama haji embarkasi Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 11 Mei 2024. Sebanyak 1.855  calon haji serta petugas kloter secara bertahap berdatangan di asrama haji embarkasi Surabaya  pada hari  Sabtu (11/5). ANTARA FOTO/Didik Suhartono
7 Fakta MERS-CoV, Varian Corona dari Unta yang Harus Diwaspadai Jamaah Haji

Pemerintah meminta seluruh jamaah haji Indonesia mewaspadai MERS-CoV yang ditemukan di Arab Saudi.


AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.


Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Petugas keamanan berjaga-jaga di luar Institut Virologi Wuhan selama kunjungan tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal-usul penyakit virus corona (COVID-19), di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 3 Februari 2021. REUTERS/ Foto Thomas Peter/File
Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.


Televisi Belgia Boikot Kontestan Israel di Eurovision

7 hari lalu

Televisi VRT Belgia menghentikan siaran Kontes Lagu Eurovision untuk menyerukan gencatan senjata di Gaza. Istimewa
Televisi Belgia Boikot Kontestan Israel di Eurovision

Stasiun televisi Belgia VRT menghentikan siaran kontes lagu Eurovision untuk mengutuk pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel di Gaza


Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

9 hari lalu

Vaksin AstraZeneca menjadi satu di antara vaksin yang digunakan banyak negara termasuk Indonesia dalam melawan pandemi virus corona. Sarah Gilbert juga melepas hak paten dalam proses produksi vaksin tersebut, sehingga harga vaksin bisa lebih murah. Sarah dan sejumlah ilmuwan yang terlibat dalam pembuatan vaksin telah dianugrahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II tahun ini. REUTERS
Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.