TEMPO.CO, Jakarta - Gempa tektonik mengguncang Kota Bengkulu dan sekitarnya, Rabu pagi, 19 Agustus 2020. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat dua gempa kuat dengan kekuatan hampir sama dalam waktu dan lokasi yang berdekatan pada pukul 05.23 dan 05.29 WIB. Kekuatan gempanya bermagnitudo 6,6 dan 6,7.
Lindu beristilah Doublet itu bersumber di laut, namun tidak berpotensi tsunami. Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menginformasikan, gempa pertama terjadi pada pukul 05.23.56 WIB. Berdasarkan pemutakhiran data, kekuatannya bermagnitudo 6,6.
Pusat gempa itu berada di koordinat 4,50 LS, 100,91 BT. “Lokasinya di laut pada jarak 169 kilometer arah barat daya Bengkulu,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Rabu 19 Agustus 2020.
Kemudian gempa kedua menyusul pada pukul 05.29.35 WIB. Berdasarkan pemutakhiran data, kekuatan lindunya bermagnitudo 6,7. Pusat gempa berada pada koordinat 3,74 LS dan 101,56 BT.
“Lokasinya di laut pada jarak 78 kilometer arah barat daya Bengkulu Utara,” kata Daryono. Kedalaman sumber gempa tergolong dangkal yaitu 11 kilometer.
Guncangan kuat dilaporkan terjadi di Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, Mukomuko, Seluma, Kepahiang. Gempa yang berskala intensitas IV MMI itu membuat warga berhamburan ke luar rumah akibat panik dari guncangan kuat secara tiba-tiba.
Getaran lindu juga terasa di Bengkulu selatan, Kaur, Curup, Lebong dalam skala intensitas III MMI, serta di Lubuk Linggau dalam skala intensitas II-III MMI. Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan akibat gempa. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Menurut Daryono, gempa ini dipicu oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Dislokasi batuan terjadi pada segmen Megathrust Mentawai-Pagai dengan mekanisme sumber sesar naik.
BMKG mencatat sudah satu kali gempa susulan dengan magnitude 4,5.
ANWAR SISWADI