Pernyataan itu dikuatkan seorang juru bicara AstraZeneca. Dia mengatakan perusahaannya sedang mengevaluasi data lebih lanjut dan akan bekerja dengan regulator tentang pendekatan terbaiknya. "Ini akan menambah data dari uji coba yang ada yang saat ini sedang disiapkan untuk pengajuan regulasi," katanya.
Kepala peneliti AstraZeneca, Mene Pangalos, juga mengatakan bahwa perusahaan akan memulai diskusi dengan FDA untuk mengubah desain uji coba vaksin Covid-19 eksperimental dengan cara menambahkan rezim dosis yang lebih efektif. Dia yakin uji coba tambahan tidak terlalu menjadi komplikasi bagi AstraZeneca dalam perlombaan vaksin Covid-19 di dunia.
Helen Fletcher, profesor imunologi di London School of Hygiene & Tropical Medicine, juga mengatakan percobaan tambahan tidak akan serta merta menunda mendapatkan lampu hijau. Alasannya efikasi 62 persen pun sudah lebih tinggi dari target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Sangat mungkin AstraZeneca dan Oxford dapat melisensikan dosis tinggi dan kemudian dengan cepat mencari amandemen untuk menggunakan dosis rendah ketika mereka memiliki data yang cukup,” katanya.
Dibandingkan dengan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer serta Moderna, efikasi vaksin AstraZeneca-Oxford lebih rendah. Dua yang pertama mengklaim data awal efektif melawan infeksi virus corona hingga 95 persen. Meski begitu, vaksin AstraZeneca memiliki kelebihan yang lebih mudah diproduksi dan didistribusi.
Lepas dari klaim masing-masing, seluruh data hasil riset setiap vaksin yang dikembangkan harus menjalani kajian dengan cara publikasi ilmiah. Prosedur ini ditegaskan kepala eksekutif regulator obat di Inggris, Juni Raine.
Baca juga:
Membandingkan Rantai Distribusi Dingin Vaksin Pfizer dan yang lainnya
"Tidak ada vaksin yang akan diizinkan untuk disuplai di Inggris kecuali standar keamanan, kualitas dan kemanjurannya yang diharapkan terpenuhi," kata dia.
REUTERS | BLOOMBERG