TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menanggapi isu waspada karena bencana terbanyak, termasuk tsunami, terjadi pada akhir tahun. BMKG memiliki katalog gempa sejak 1600-an sampai 2019 yang menunjukkan kalau kewaspadaan hanya perlu pada Desember itu tidak tepat.
“Data membuktikan bahwa Desember ternyata bukan satu-satunya bulan dengan kejadian tsunami paling banyak,” kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.
Dalam catatan BMKG itu, dia menambahkan, ada 114 kali kejadian tsunami yang tercatat terjadi di Indonesia. Dari pemilahan data itu diperoleh kejadian tsunami terbanyak setiap bulannya yaitu 12 kali. Waktunya pada Februari, September, November, dan Desember.
Adapun pada Januari dan Maret terbanyak 11 kali, Agustus 9 kali, sedangkan pada April, Juli, dan Oktober terjadi 8 kali. Paling sedikit kejadian pada Mei yaitu 6 kali dan Juni terjadi 4 tsunami. “Berdasarkan sumber dan pembangkitnya, secara ilmiah tsunami memang tidak mengenal musim,” kata Daryono.
Kesimpulannya, peristiwa alam seperti gempa tektonik, longsoran dalam laut, erupsi gunung api adalah fenomena geologis yang dapat terjadi kapan saja. “Begitu juga tsunami, tidak hanya pada bulan-bulan tertentu,” ujarnya sambil menambahkan kondisi itu berbeda dengan fenomena cuaca dan iklim.
Menurut Daryono, angka kejadian tsunami yang tercatat bukan jumlah yang mutlak. Alasannya, bisa jadi masih ada data kejadian tsunami lainnya yang terlewat dan belum dikompilasi. Namun data itu, kata dia, cukup untuk memberi gambaran sementara distribusi kejadian tsunami sepanjang tahun.
Baca juga berita tahun lalu:
Akan Ada Tsunami Akhir Tahun? Kepala BMKG: Hoax
Karena tsunami bisa terjadi kapan saja, BMKG meminta warga selalu waspada dan siaga tsunami. Khususnya masyarakat di wilayah pesisir yang pantainya berhadapan dengan sumber gempa di dasar laut dan sudah dinyatakan sebagai pantai rawan tsunami.