Ellebedy bekerja sama dengan rekan sejawatnya profesor kedokteran Iskra Pusic, dan asisten profesor kedokteran Jane O'Halloran. Penelitian itu merupakan proyek untuk melacak tingkat antibodi dalam sampel darah dari orang yang selamat dari Covid-19.
Tim tersebut telah mendaftarkan 77 peserta yang memberikan sampel darah dengan interval tiga bulan mulai sekitar satu bulan setelah infeksi awal. Sebagian besar peserta memiliki kasus Covid-19 ringan. Hanya enam yang dirawat di rumah sakit.
Dengan bantuan Pusic, Ellebedy dan rekannya memperoleh sumsum tulang dari 18 peserta. Sampel berumur tujuh atau delapan bulan setelah infeksi awal Covid-19 yang mereka alami. Lima dari mereka kembali empat bulan kemudian dan memberikan sampel sumsum tulang kedua. Sebagai perbandingan, para ilmuwan juga memperoleh sumsum tulang dari 11 orang yang tidak pernah menderita Covid-19.
Seperti yang diharapkan, kadar antibodi dalam darah pasien Covid-19 turun dengan cepat dalam beberapa bulan pertama setelah infeksi dan kemudian sebagian besar mendatar, dengan beberapa antibodi terdeteksi bahkan 11 bulan setelah infeksi. Lebih lanjut, 15 dari 19 sampel sumsum tulang dari orang yang pernah terjangkit Covid-19 mengandung sel penghasil antibodi yang khusus menargetkan virus.
Sel-sel semacam itu masih dapat ditemukan empat bulan kemudian pada lima orang yang kembali untuk memberikan sampel sumsum tulang kedua. Tak satu pun dari 11 orang yang tidak pernah menderita Covid-19 memiliki sel penghasil antibodi di sumsum tulang mereka.
Menurut Ellebedy, orang dengan kasus Covid-19 ringan membersihkan virus dari tubuh mereka dua hingga tiga minggu setelah terinfeksi. Jadi tidak akan ada virus yang mendorong respons kekebalan aktif tujuh atau 11 bulan setelah infeksi.
“Sel-sel ini tidak membelah. Mereka diam, hanya duduk di sumsum tulang dan mengeluarkan antibodi. Mereka telah melakukan itu sejak infeksi teratasi, dan mereka akan terus melakukannya tanpa batas,” tutur Ellebedy.
Studi tak mempelajari mereka yang pernah mengalami infeksi Covid-19 lebih parah. Apakah mereka juga akan terlindungi di masa depan, kata mereka. Ellebedy dan rekannya sekarang sedang mempelajari apakah vaksinasi juga menginduksi sel penghasil antibodi yang berumur panjang.
MEDICAL XPRESS | PHYS | NATURE
Baca juga:
Pakar: Antibodi Jahat Datangkan Malapetaka pada Pasien Covid-19 Berat