TEMPO.CO, Jakarta - Orang-orang yang harus menjalani perawatan karena Covid-19 dan terus mengalami gejalanya pada bulan kelima menunjukkan pemulihan yang terbatas setahun pascapulang dari rumah sakit. Data ini didapat dari hasil terkini studi PHOSP-COVID alau Long Covid yang dirilis preprint di medRxiv, atau belum mendapat peer review, pada Kamis 16 Desember 2021.
Studi, dimotori Pusat Riset Biomedis Leicester, Institut Riset Kesehatan Nasional (NIHR)—sebuah kemitraan antara Rumah Sakit Leicester, Universitas Leicester dan Universitas Loughborough di Inggris—juga mengkonfirmasi hasil riset awal bahwa mereka yang pulih sedikit saja itu cenderung perempuan, penderita obesitas, dan pernah menjalani perawatan dengan ventilator.
Studi melibatkan para peneliti dari 53 institusi dan 83 rumah sakit di seluruh Inggris yang menganalisa 2.230 orang dewasa yang pernah dirawat karena Covid-19. Seluruhnya menjadi obyek penelitian selama lima bulan; sebanyak 807 di antaranya bahkan diikuti perkembangannya selama setahun penuh. Indikasi pemulihannya diukur menggunakan data yang dilaporkan dari pasien, performa fisik dan hasil tes fungsi organ.
Sampel darah dari para responden saat analisa bulan kelima juga diuji terhadap sekitar 300 zat yang terkait imunitas dan peradangan.
Studi itu menemukan, setahun sepulangnya dari rumah sakit, kurang dari tiga dari 10 pasien yang dilaporkan menjadi pulih sepenuhnya. Dan yang merasa tidak banyak berubah pada bulan kelima sebanyak 2,5 dari 10 pasien. Gejala paling umum yang masih dirasakan adalah cepat lelah, sakit otot, pergerakan melambat, kualitas tidur menurun dan sesak napas.
Partisipan juga merasakan kualitas kesehatannya tetap lebih buruk setelah setahun pulang dari rumah sakit, dibandingkan dengan kondisi sebelum terinfeksi Covid-19.
Analisis klaster mengidentifikasi empat kelompok berdasarkan keparahan gangguan fisik, mental dan kognitif yang dialami pada bulan kelima. Jumlah mereka yang mengalami gejala persisten jauh lebih tinggi dalam kelompok ‘sangat parah’ dibandingkan kelompok ‘ringan’. Tapi, di seluruh kelompok, dicatat hanya sedikit perbaikan kesehatan fisik dan mental dari analisa bulan ke lima ke bulan 12.
Tim peneliti juga membandingkan profil darah di seluruh kelompok. Mereka mengidentifikasi kadar zat yang berasosiasi dengan peradangan dan kadar molekul terkait kerusakan dan pemulihan jaringan yang lebih tinggi pada partisipan dengan gejala Long Covid paling parah.
Mereka juga menemukan sebuah pola dari zat yang terkait ke kemampuan kognisi buruk dalam klaster pasien yang melaporkan gejala seperti ‘brain fog’ atau melambatnya kemampuan berpikir, yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya peradangan saraf.
Tenaga Medis tengah merawat pasien Covid-19 di RSUD Kramat Jati, Jakarta, Kamis, 26 Agustus 2021. Tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) rumah sakit Covid-19 di Jakarta saat ini mencapai 22 persen. TEMPO/M Taufan Rengganis
“Saat Anda membayangkan ada lebih dari setengah juta orang di Inggris yang harus dilarikan ke rumah sakit karena Covid-19, itu artinya ada sejumlah besar populasi yang berisiko sakit persisten dan berkurang kualitas hidupnya,” kata Chris Brightling, peneliti senior di NIHR dan profesor bidang kesehatan pernapasan di University of Leicester, yang menjadi ketua tim peneliti dalam studi PHOSP-COVID.
Temuan studi itu juga bisa dijadikan tantangan bagi para profesional di rumah sakit. Harapannya, bisa segera ditemukan paket perawatan dan pengobatan atas gejala Long Covid untuk membantu orang-orang pulih kembali dan mendapatkan kehidupan normalnya.
“Tanpa itu, Long Covid berpotensi ber-prevalensi tinggi sebagai kondisi jangka panjang yang baru,” kata Rachael Evans, dokter spesialis pernapasan di Rumah Sakit Leicester, associate professor di University of Leicester, yang juga anggota tim studi PHOSP-COVID.
LE.AC.UK, NEW SCIENTIST
Baca juga:
Covid-19 Varian Omicron: Ini 4 Sifatnya yang Mengkhawatirkan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.