TEMPO.CO, Jakarta - Rocket Lab baru saja melakukan sesuatu yang belum pernah kita saksikan sebelumnya. Lebih dari keberhasilannya mengirim 34 satelit sekaligus ke orbitnya menggunakan roket dua tingkat Electron, Rocket Lab membuat aksi dramatis menangkap booster roket itu yang sedang melayang jatuh kembali ke Bumi.
Roket Electron melesat dari situs peluncurannya di Selandia Baru pada Senin, 2 Mei 2022. Setelah mengirim satelit-satelit itu mengangkasa, bagian pendorong utama atau tingkat pertama dari roket Electron kembali ke Bumi menggunakan parasut.
Saat itu, sekitar 15 menit setelah peluncuran, seiring dengan parasut yang sudah terkembang memayungi bagian dari roket itu melayang menuju Samudera Pasifik, sebuah helikopter Sikorsky S-92 mendekat. Helikopter menangkap parasut itu dengan pengaitnya.
"Benar-benar sesuatu yang luar biasa!" kata Penasihat Komunikasi Senior Rocket Lab, Murielle Baker, via webcast peluncuran. "Kami sukses menangkap roket pendorong Electron itu di bawah parasutnya!"
Pilot pada akhirnya melepas kembali roket itu setelah mendapati terbang helikopter menjadi tidak seperti dalam uji tangkap sebelumnya. Uji dilakukan dengan menangkap roket yang dilepas di udara--bukan pascapeluncuran. "Tapi itu bukanlah masalah besar, roket tercebur dengan aman dan kapal kami telah mengevakuasinya," kata pendiri dan CEO Rocket Lab, Peter Beck, via Twitter.
Beck merujuk kepada kapal milik perusahaan, yang akan membawa bagian dari roket itu kembali untuk dianalisis. Ini adalah bagian dari upaya Rocket Lab untuk membuat booster utama Roket Electron itu bisa dipakai ulang. "Sebuah capaian yang akan mengurangi biaya dan meningkatkan frekuensi peluncuran," bunyi keterangan resmi perusahaan.
Inisiatif serupa sudah dirintis SpaceX, yang mendaratkan lalu menggunakannya kembali untuk menerbangkan roket Falcon 9 dalam setiap peluncuran. Roket tingkat pertama dari Falcon 9 mendarat secara propulsif, menggunakan mesin pembakaran untuk membuatnya touchdown vertikal dengan lembut di darat atau di atas platform kapal drone di laut.
Booster Roket Electron yang setinggi 18 meter terlalu kecil untuk melakukan yang sama. Rocket Lab menjelaskan, booster miliknya tidak dapat memuat sisa bahan bakar yang berkecukupan untuk misi pendaratan. Jadi, perusahaan menetapkan strategi helikopter dan pengait.
Rocket Lab telah membangun kemampuan untuk tangkapan bersejarahnya pada Senin. Perusahaan telah tiga kali mengevakuasi roket pendorong Electron yang jatuh ke laut, dan berhasil menangkap booster roket tiruan dengan sebuah helikopter dalam serangkaian drop test sebelumnya.
Peluncuran Roket Electron milik Rocket Lab yang membawa 34 satelit ke orbitnya dan penangkapan bagian roketnya yang jatuh kembali ke Bumi pada Senin, 2 Mei 2022. FOTO/Twitter/@RocketLab
Adapun misi peluncuran pada Senin lalu--misi peluncuran ke-26 secara keseluruhan untuk Rocket Lab dan Electron--sempat tertunda beberapa kali karena menunggu cuaca cerah untuk mendukung operasi penangkapan di zona sekitar 170 mil di lepas pantai Selandia Baru. Misi diberi nama 'There And Back Again'.
Total jumlah satelit yang telah diluncurkan Electron hingga kini sebanyak 146. Ke depan, Electron bukanlah satu-satunya armada di Rocket Lab. Perusahaan itu sedang mengembangkan roket yang lebih besar yakni Neutron, yang dijadwalkan sudah akan meluncur pada 2024. Roket Neutron didesain untuk secara parsial bisa dipakai ulang dengan metode pendaratan seperti halnya roket Falcon 9.
SPACE