TEMPO.CO, Jakarta - Pernah mendengar fenomena laut merah? Bukan Laut Merah yang memisahkan Benua Afrika dan Jazirah Arabia. Fenomena laut merah memang pernah terjadi di mana air laut memang berwarna merah. Di Indonesia, kejadian ini pernah melanda Pulau Ai, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah pada 2015. Apa penyebab fenomena laut merah?
Peneliti Ekologi Kelautan dan Biokimia Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, A’an Johan Wahyudi, mengatakan ada dua kemungkinan penyebab perubahan warna pada air laut.
Kemungkinan paling besar adalah blooming algae merah atau dikenal juga dengan Harmful algal blooms (HABs). Kemungkinan lainnya disebabkan perubahan kondisi kimiawi yang terjadi karena perubahan komposisi fosfor dan besi.
Menurut dokumen LIPI, fenomena laut merah disebabkan oleh ledakan jumlah yang tiba-tiba (blooming) dari salah satu jenis fitoplankton bersel tunggal kelompok dinoflagellata. Warna air dapat menjadi merah, coklat, kuning, biru, oranye, dan sebagainya.
Terjadinya perubahan warna ini tergantung pada pigmen-pigmen yang dikandung oleh fitoplankton tersebut. Jenis fitoplankton yang berbeda akan mempunyai warna pigmen yang berbeda pula. Masyarakat umumnya menyebut fenomena laut merah dengan “red tide” atau “pasang merah”. Seperti namanya, mekarnya alga merah sering mengubah air menjadi merah.
Dinoflagellata mengandung klorofil yang dapat menghasilkan toksin dalam proses fotosintesis. Toksin ini jika termakan oleh manusia lewat kerang-kerangan dapat mengakibatkan keracunan atau paralytic shellfish poisoning. Bahkan, pada kasus yang lebih berat dapat mengakibatkan kelumpuhan dan akhirnya kematian.
Terkadang dapat terjadi kasus kematian ikan-ikan dan hewan lainnya walaupun perairan tidak memperlihatkan perubahan warna. Hal ini karena pada saat fitoplankton penyebab red tide mulai berkembang, pada waktu yang sama juga menghasilkan toksin.
Secara morfologis, ganggang dibagi dalam dua kelompok, yaitu makroskopis yang dikenal sebagai rumput laut serta mikroskopis yang dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton merupakan mikro-organisme yang hidup melayang di permukaan air hingga ke dalam perairan yang masih terkena sinar matahari.
Sifat khas fitoplankton adalah dapat berkembang berlipat ganda dalam jangka waktu relatif singkat dengan tumbuh rapat, melimpah, dan terhampar luas. Peristiwa inilah yang disebut “blooming”, penyebab laut berwarna merah.
Pertumbuhan fitoplankton yang pesat ditunjang oleh faktor-faktor antara lain suhu, salinitas, intensitas cahaya, dan nutrisi yang tersedia. Proses terbentuknya pasang merah ini juga melalui kombinasi dari kondisi-kondisi biologi, hidrografi, dan meteorologi.
Fitoplankton penyebab red tide mempunyai sifat fototaksis positif yaitu bergerak ke arah datangnya cahaya. Dengan demikian mikroskopis ini dapat berenang secara aktif lantaran mempunyai ekor untuk bergerak dan berkumpul di permukaan air.
Di samping itu, pergerakan massa air dari satu tempat ke tempat lain dan juga pergerakan massa air ke bawah (downwelling atau sinking) juga menunjang terjadinya fenomena laut merah.
Percampuran massa air yang disebabkan oleh angin, yang membawa massa air panas ke tempat yang dingin juga dapat menyebabkan red tide. Beberapa kasus red tide pernah terjadi di perairan Asia Tenggara disebabkan oleh satu jenis dinoflagellata bersifat toksik, yaitu Pyrodinium bahamense var compressa.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Sebuah Pulau Mendadak Muncul Membelah Laut Merah
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.