TEMPO.CO, Semarang - Pakar mangrove dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro, Rudhi Pribadi, menyebut pembangunan tol tanggul laut Semarang - Demak akan memutus kontak mangrove dengan air laut. Proyek strategis nasional tersebut diawali di tahap 2 yang menghubungkan Demak ke perbatasan Semarang.
Menurut Rudhi, mangrove merupakan jenis tanaman yang bergantung pada pasang surut air laut. "Kalau misal dibuat jalan tol berupa bendungan, nantinya kontak dengan air laut terputus maka tidak ideal dengan pertumbuhan mangrove," kata dia pada Senin, 11 Juli 2022.
Pembangunan tol, kata Rudhi, juga akan merelokasi tutupan mangrove seluas 45 hektare. Padahal mangrove yang akan dibabat telah berusia belasan tahun. Rudhi menyebutkan kalau Indonesia merupakan negara dengan hutan mangrove terluas namun, dengan penyusutan yang juga sangat tinggi.
Sementara penyusutan luasan hutan mangrove di Jawa Tengah, Rudhi menuturkan, terjadi karena alih fungsi lahan. "Secara tak langsung reklamasi juga mengubah muka arus laut," ujarnya.
Dia menerangkan, selama ini mangrove berfungsi menjaga keseimbangan di wilayah pesisir. Hilangnya tutupan mangrove akan berdampak pada biota yang hidup di dalamnya. "Fungsi lain mangrove adalah penyedia oksigen dan penyerap karbon," katanya mengingatkan.
Kritik senada dari ITB
Hampir setahun lalu, dalam sebuah webinar yang membahas Jakarta Tenggelam, yang juga dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, ahli kelautan dari ITB, Hamzah Latief, mengeluhkan yang sama soal mangrove di pesisir Semarang dan Demak. Tanggul laut yang tertutup permanen disebutnya akan mengancam kehidupan tanggul laut alami itu.
"Keberadaan kolam retensi air tawar antara pantai dan tol sekaligus tanggul buatan itu juga akan mematikan hutan mangrove di sana," katanya sambil menambahkan, “Perlu ada sirkulasi air laut yang bisa suplai ke mangrove.”
Hamzah mengamati, Semarang begitu cepat mengalami perubahan garis pantai dari 1990, 2000, 2010, dan 2019. Garis pantainya bisa mundur secara cepat hingga sejauh satu kilometer. Saat itu dia mengungkap harapannya, rencana jalan tol sekaligus tanggul untuk ruas lain, yaitu Kendal-Semarang nantinya tidak mengancam hutan mangrove.
“Teluk Semarang itu tempat pemijahan, kalau tidak ada, jangan lagi harap ada ikan di Laut Jawa,” kata Hamzah.
Progres pembangunan tol tanggul laut
Sementara itu, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menargetkan pembangunan jalan tol Semarang-Demak seksi 2 dapat selesai pada akhir 2022. Seksi Satung-Demak ini sepanjang 16,31 kilometer dan hingga Mei lalu telah berjalan 80,63 persen.
Dikutip dari laman resmi BPJT, jalan tol dengan panjang total 27 kilometer ini memiliki dua seksi dan akan memiliki 2 buah simpang susun (SS), yakni SS Sayung, dan SS Demak. Seksi yang lain adalah Semarang/Kaligawe-Sayung sepanjang 10,69 kilometer. Seksi ini ditargetkan selesai konstruksinya pada 2024 mendatang.
Proyek pembangunan tol tanggul laut Semarang-Demak. simpulkpbu.pu.go.id
Kehadiran Jalan Tol Semarang-Demak diharapkan dapat semakin melengkapi konektivitas jaringan jalan tol dan ruas utama di sisi utara Pulau Jawa. Jalan tol tersebut juga akan difungsikan sebagai penahan banjir rob. Sehingga, diharapkan akan semakin mendukung pertumbuhan pusat ekonomi baru di Jawa Tengah.
Untuk dampak negatif terhadap lingkungan dari pembangunan Tol Semarang-Demak, Kementerian PUPR menyatakan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah menyiapkan program relokasi lahan mangrove yang berada di sekitar pembangunan seksi 1 seluas total 46 hektare.