Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kontroversi Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet, Ini Penjelasan Pakar Bahasa

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Farel Prayoga, penyanyi lagu koplo seusai peringatan HUT RI ke-777. Instagram
Farel Prayoga, penyanyi lagu koplo seusai peringatan HUT RI ke-777. Instagram
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lagu berjudul "Joko Tingkir Ngombe Dawet" saat ini tengah menjadi perbincangan. Lagu tersebut dipersoalkan karena dianggap kurang pantas lantaran sosok pemilik nama tersebut merupakan kakek buyut dari para ulama tanah Jawa. Dilihat dari segi bahasa, pakar Linguistik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Makyun Subuki mengatakan lagu ini sebetulnya tidak memiliki unsur negatif.

Hal itu, kata dia, mengingat kata ngombe dawet atau minum dawet adalah hal yang tidak berarti buruk. "Pelecehan sih mungkin enggak, ya. Ngombe dawet itu kan bukan perkara negatif," ujar Makyun Subuki dikutip dari laman nu.or.id pada Jumat, 19 Agustus 2022.

Namun, bila dilihat dari segi kepantasan, Makyun melihat memang tidak pas. Pasalnya, kata dia, Joko Tingkir adalah ulama dan kakek buyutnya ulama-ulama Nahdlatul Ulama (NU). "Rasanya kurang elok dijadikan sampiran lirik lagu yang dipakai joget," ujar penulis buku Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa itu.

Karenanya, ia menegaskan bahwa bahasanya memang tidak masalah, tetapi setting bahasa tersebut yang bermasalah. "Jadi yang sebenarnya dinilai merendahkan itu bukan bahasanya, tapi setting bagaimana bahasa itu dipakai," jelas Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) ini.

Namun, lanjutnya, hal yang lebih menarik bukan soal lagu tersebut melecehkan atau tidak, melainkan latar di balik pilihan nama Joko Tingkir yang digunakan pada sampiran lirik itu. Makyun menyebut hal tersebut menjadi petunjuk bahwa Joko Tingkir tidak dikenal, apalagi sampai menyatu dalam kesadaran religius masyarakat.

"Ini kan menandakan bahwa mereka tidak kenal sosok Joko Tingkir secara dekat. Enggak menyatu dengan kesadaran religius mereka. Mungkin, ini berarti juga pelajaran sejarah Islam kita ada yang enggak beres," kata alumnus Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu.

Sementara itu, Pengajar Sejarah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Johan Wahyudi mengatakan bahwa lagu tersebut sebetulnya tidak bermaksud untuk melecehkan. Sebab, pilihan diksi Joko Tingkir hanyalah bentuk sampiran. Inti yang diambil adalah di bait berikutnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam kacamata seni untuk seni, kata dia, hal yang dipersoalkan sebetulnya bukanlah suatu masalah. "Di sini saya pakai sudut pandang Gus Dur ini. Jadi seni untuk seni ya. Kalau kesadaran sejarah bisa mispersepsi," katanya. Dia menengarai bisa jadi pembuat lirik memasukan nama Joko Tingkir untuk mengingatkan generasi milenial terhadap tokoh Joko Tingkir.

Menurutnya, membuat lagu tidak harus perlu kesadaran sejarah yang mendalam. Hal yang penting adalah liriknya sederhana dan mudah dinikmati pendengar. "Pokoknya liriknya simpel dan gampang dihafal," katanya. Oleh karena itu, Johan melihat lagu Joko Tingkir dan pembelajaran sejarah adalah dua hal yang berbeda. "Antara lagu Joko Tingkir dan pengajaran sejarah ini adalah dua hal yang berbeda," ucapnya.

Sebelumnya, penyanyi cilik Farel Prayoga asal Banyuwangi viral karena menyanyikan lagu berjudul "Ojo Dibandingke" di HUT ke-77 RI di Istana. Presiden Joko Widodo sempat meminta Farel Prayoga untuk menyanyikan lagu "Joko Tingkir Ngombe Dawet". Namun, permintaan lagu itu urung dibawakan oleh Farel.
 

Baca juga: Cerita Nadia, Violinis Unpad yang Tampil di HUT RI di Istana

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

4 hari lalu

Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel saat mengunjungi di kantor Tempo, Palmerah, Jakarta Barat, Senin, 13 Mei 2024. Kunjungan tersebut untuk bersilaturahmi serta wawancara khusus tentang Undang-undang Imigrasi Terampil/ Skilled Immigration Act (FEG).  TEMPO/ Febri Angga Palguna
Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

Berikut peraturan baru untuk mempermudah proses mencari kerja di Jerman bagi warga negara di luar Uni Eropa.


10 Negara dengan Bahasa Terbanyak di Dunia, Indonesia Masuk

5 hari lalu

Berikut ini deretan negara yang memiliki bahasa terbanyak di dunia, Indonesia berada di peringkat kedua setelah Papua Nugini.  Foto: Canva
10 Negara dengan Bahasa Terbanyak di Dunia, Indonesia Masuk

Berikut ini deretan negara yang memiliki bahasa terbanyak di dunia, Indonesia berada di peringkat kedua setelah Papua Nugini.


Universitas Brawijaya Akan Buka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Cina

8 hari lalu

Kampus Universitas Brawijaya di Malang, Jawa Timur, Senin, 24 November 2014. [TEMPO/STR/Aris Novia Hidayat; ANH2014112508]
Universitas Brawijaya Akan Buka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Cina

Universitas Brawijaya akan membuka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin, China untuk mendorong pengenalan bahasa


Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

13 hari lalu

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU) yang berada di Kota Koga, Prefektur Ibaraki, Jepang, pada Jumat 3 Mei 2024. Kedubes RI di Jepang
Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)


Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

20 hari lalu

Nicholas Saputra akan membintangi serial original Viu Filipina berjudul Secret Ingredient bersama Lee Sang Heon dan Julia Barretto. Foto: X/@Viu_PH
Serial Secret Ingredient Dibantu 3 Alih Bahasa

Nicholas Saputra menceritakan berbagai hal menarik soal proses syuting "Secret Ingredient". Salah satunya soal penggunaan beberapa alih bahasa.


Ketahui Bahasa Cinta yang Dibutuhkan Keluarga

23 hari lalu

Ilustrasi keluarga. Freepik.com
Ketahui Bahasa Cinta yang Dibutuhkan Keluarga

Ibu cerdas perlu mengetahui bahasa cinta atau kasih sayang yang digunakan untuk mengungkapkan perhatian pada orang lain.


Prosa.ai Kenalkan Produk Pengubah Teks Jadi Suara Bahasa Indonesia

41 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Prosa.ai Kenalkan Produk Pengubah Teks Jadi Suara Bahasa Indonesia

Prosa.ai meluncurkan produk pengubah teks jadi suara bahasa Indonesia, peningkatan dari versi sebelumnya.


Bahasa Saparua Terancam Punah, Periset BRIN Ungkap Penyebabnya

11 Maret 2024

Papan nama Gedung BRIN di Jakarta. Foto: Maria Fransisca Lahur
Bahasa Saparua Terancam Punah, Periset BRIN Ungkap Penyebabnya

BRIN melakukan riset kolaborasi dengan Endangeres Languages Documentation Programme Jerman untuk mendokumentasikan bahasa di Saparua.


Pakar Unair Sebut Bahasa Indonesia Potensial Jadi Bahasa Internasional

23 November 2023

United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi ke-10. Dok. Istimewa
Pakar Unair Sebut Bahasa Indonesia Potensial Jadi Bahasa Internasional

Penetapan itu membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi ke-10 yang terakui di Konferensi Umum UNESCO.


Bahasa dan Pembangunan Berkelanjutan

14 November 2023

Bahasa dan Pembangunan Berkelanjutan

Istilah 'pembangunan berkelanjutan' telah menjadi sorotan utama dalam perbincangan global saat ini.