Pada dasarnya dalam tubuh manusia terdapat beberapa sinyal biologis yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebohongan, di antaranya sinyal respons sifat hantaran listrik pada kulit, sinyal tekanan darah, sinyal detak jantung, dan sinyal otot penghasil suara, serta temperatur tubuh.
1. Lie Detector berdasarkan sinyal listrik kulit.
Pendeteksi kebohongan berdasarkan daya hantar listrik pada kulit, sering disebut dengan Lie detector EDR (Electroderma Respon). Pendeteksi kebohongan ini memanfaatkan sifat kelistrikan pada kulit manusia. Resistansi pada kulit manusia akan berubah ubah tergantung banyak atau sedikit keringat pada kulit manusia.
Orang berbohong akan lebih berkeringat dibanding dengan kondisi tidak berbohong. Keringat merupakan larutan garam yang secara kelistrikkan memiliki properti tahanan listrik. Biasanya konektor pendeteksi kebohongan dipasang pada bagian kulit tertentu yang dianggap memiliki kelenjar keringat paling sensitif. Untuk menentukan apakah orang yang diinvestigasi berbohong atau tidak, dilakukan dengan mengamati perubahan respon skin conduktivitas level, yang distimulus dengan pertanyaan tertentu.
2. Pendeteksi kebohongan berdasarkan isi tulisan.
Di samping mengamati respons fisiologi, untuk mendeteksi kebohongan juga dapat dilihat dengan menganalisis isi tulisan seseorang. Pada metode ini subjek yang akan diinvestigasi diminta untuk membuat tulisan yang memaparkan ceritanya. Salah satu metode untuk menganalisis cerita dalam sebuah tulisan, dengan mengamati penggunaan kata dan gaya bahasa dalam tulisan tadi.
Salah satu aplikasi untuk menganalisis isi tulisan adalah Linguistic Inquery and Word Count atau LIWC. Ini adalah sebuah program komputer yang digunakan untuk menganalisis teks, berkaitan dengan penggunaan kata-kata yang dikaitkan dengan kategori tertentu. LIWC akan menghitung persentase penggunaan kata tertentu, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebenaran sebuah cerita.
3. Pendeteksi kebohongan berdasarkan analisa suara.
Analisa suara dapat dijadikan alternatif pendeteksi kebohongan. Prinsipnya sama seperti tes poligraf yang lain. Suara mengindikasikan kondisi mental seseorang. Salah satu instrumen yang berbasiskan analisa suara adalah Voice stress Analyser atau VSA. Alat ini diklaim andal untuk mendeteksi stres dan sekaligus dipromosikan untuk mendeteksi kebohongan.
Analisa suara untuk mengenali kondisi mental seseorang, dikaitkan perubahan microtremor pada otot yang berkaitan dengan produksi suara. Microtremor adalah amplitudo rendah pada proses osilasi pada otot otot tertentu. Pada kondisi normal, frekuensi microtremor berkisar 8 Hz 14 Hz.
Pada saat tubuh mengalami peningkatan stres, getaran microtremor akan menunjukkan perubahan secara karakteristik. frekuensi akan naik sedang amplitudo akan turun. Karakter microtremor ini dijadikan dasar untuk mengenali stres pada manusia sebagai indikasi kebohongan.
Demikian model dan mekanisme poligraf mendeteksi kebohongan seseorang. Yang mengoperasikannya bukan orang sembarangan.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga : Kuat Maruf Mengaku Tak Lihat Ferdy Sambo Tembak Yosua, Hasil Tes Poligraf: Bohong
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.