Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarawan Nilai Permintaan Maaf Belanda soal Perbudakan Punya Maksud Tertentu

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Tentara Indonesia dengan berbagai senjata dan seragam berfoto bersama, di Sumatera Selatan, antara tahun 1946 dan 1948. Permintaan maaf yang disampaikan oleh PM Mark Rutte ini bahkan melebihi permintaan maaf Raja Willem-Alexander saat kunjungannya ke Jakarta pada 2020 lalu. The Netherlands Institute for Military History (NIMH)/collection Stoottroepen Museum/Handout via REUTERS
Tentara Indonesia dengan berbagai senjata dan seragam berfoto bersama, di Sumatera Selatan, antara tahun 1946 dan 1948. Permintaan maaf yang disampaikan oleh PM Mark Rutte ini bahkan melebihi permintaan maaf Raja Willem-Alexander saat kunjungannya ke Jakarta pada 2020 lalu. The Netherlands Institute for Military History (NIMH)/collection Stoottroepen Museum/Handout via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Senin, 19 Desember lalu meminta maaf secara resmi atas keterlibatan negaranya dalam perbudakan selama 250 tahun. Permintaan maaf datang hampir 150 tahun setelah berakhirnya perbudakan Belanda terhadap koloni negara Eropa tersebut termasuk Indonesia, Suriname, dan pulau-pulau seperti Curacao dan Aruba di Karibia.

Menanggapi hal tersebut profesor di Fakultas Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta Saefur Rochmat mempertanyakan permintaan maaf Mark yang dinilai memiliki maksud tertentu. “Permintaan maaf PM Mark Rutte ini terkait dengan rencana kunjungan ke kepulauan Karibia. Berarti ada keinginan PM untuk memperbaiki hubungan dan kerja sama. Sejauh mana itu tulus?” katanya kepada Tempo pada Kamis, 23 Desember 2022.

Saefur mengatakan banyak rakyat Belanda yang bahkan tidak setuju dengan permintaan maaf Mark Rutte. Musababnya, rakyat Belanda takut pada risiko yang tidak terduga seperti tuntutan kompensasi dan lain lain. 

Baca juga:Tanggapi Belanda Minta Maaf soal Perbudakan, Wapres Sebut RI Akan Respons jika Ada Surat Resmi

Awal Mula Perbudakan

Pada masa imperialisme kuno dilakukan oleh bangsa Eropa pada abad ke-15. Para ahli sepakat bahwa imperialisme kuno dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol. Tujuan dari imperialisme kuno ialah mencapai 3G, yaitu Gold (kekayaan), Glory (kejayaan), dan Gospel (penyebaran agama). 

Salah satu contoh dari gerakan imperialisme kuno adalah penjajahan oleh bangsa Portugis di Indonesia pada awal abad ke-16. Dampak yang dirasakan dengan adanya praktik imperialisme kuno di Indonesia adalah tersebarnya agama Katolik.

Saefur mengatakan bangsa Eropa yang melakukan penjajahan termasuk perbudakan merasa lebih unggul sebab memiliki persenjataan yang lebih maju. Mereka bisa memaksa orang dan melakukan monopoli perdagangan.

Berbeda dengan Spanyol dan Protugis, adanya perbudakan pada masa penjajahan Belanda lantaran Belanda sangat membutuhkan tenaga untuk mengembangkan tanaman perkebunan yang diperlukan di dunia. “Belanda mengubah pola perdagangan yang sudah dibangun pada masa kerajaan Hindu-Budha dan kerajaan Islam dengan kekerasan,” ujar Saefur.

Baca juga:Jejak Anthony Fokker, Pembuat Pesawat Tempur Fokker Kelahiran Blitar

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masalah perbudakan semakin menjadi perhatian dunia. Pada 7 Mei 1859 dibuat undang-undang tentang penghapusan perbudakan di seluruh Nederland India. Dengan undang-undang ini, secara resmi perbudakan dihapuskan di seluruh Hindia-Belanda sejak 1 Januari 1860. 

Fakta Sejarah Perbudakan yang Ditutupi

Fakta sejarah mengenai praktik perbudakan pada masa penjajahan tak diajarkan secara lengkap di sekolah. Hal itu, kata Saefur, terjadi lantaran materi ajar sejarah mengacu pada buku Sejarah Nasional Indonesia yang 6 jilid yang dipakai untuk tingkat SD hingga SMA. Materi yang diajarkan, menurut dia, mengulang dan tidak menceritakan secara lengkap berdasarkan logika sejarah.

“Siswa cenderung dipaksa menghafal fakta-fakta yang kering karena roh buku tersebut dicabut yakni berupa cerita yang didasarkan pada suatu kerangka teori," ujarnya.

Saefur mengungkapkan, seharusnya ada pembagian materi ajar di SD hingga SMA agar tidak terjadi pengulangan. “Sampaikan materi ajar di SMP dalam bentuk cerita utuh yang bermakna sehingga tidak perlu diulangi lagi di SMA. Saya lihat pengajaran sejarah hanya menyampaikan peristiwa tidak diceritakan dengan logika sejarahnya," ujarnya.

Sejarah perbudakan belum ditulis secara memadai pada materi ajar di sekolah. Menurut dia, hal tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah mengenai pengajaran sejarah berdasarkan pada kurikulum. Dia mengatakan semestinya penulisan sejarah perlu dilakukan bersama tim multidisiplin.

“Pemerintah perlu memberikan perhatian terhadap penulisan sejarah, termasuk sejarah perbudakan. Lalu dibuat strategi pengajaran dari tingkat SD hingga perguruan tinggi,” ujar Saefur.

ZAHRANI JATI HIDAYAH

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pekan Rempah Indonesia Digelar di Amsterdam

2 hari lalu

Kegiatan Indonesia Spice Week Amsterdam, Belanda 6-12 Oktober 2024. Foto: Istimewa
Pekan Rempah Indonesia Digelar di Amsterdam

KBRI Den Haag menggelar Pekan Rempah Indonesia di Amsterdam.


Isi Teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Maknanya

3 hari lalu

Mahasisw STIS saat mengikuti upacara Sumpah Pemuda 2023. Dok. STIS
Isi Teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Maknanya

Ini isi teks Sumpah Pemuda 28 Oktober yang memiliki makna mendalam untuk mewujudkan Kemerdekaan Indonesia.


Heritage Walk Festival Menelusuri Situs Warisan Budaya dan Sejarah Delhi yang Tersembunyi

4 hari lalu

Qutub Minar, New Delhi, India. Unsplash.com/Shabeeba Ameen
Heritage Walk Festival Menelusuri Situs Warisan Budaya dan Sejarah Delhi yang Tersembunyi

Heritage Walk Festival menjelajahi ratusan situs warisan budaya tersembunyi di Delhi yang tidak diketahui oleh masyarakat dan generasi muda


Konflik Rusia-Ukraina Masih Panas, NATO akan Mulai Latihan Senjata Nuklir Tahunan Pekan Depan

5 hari lalu

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg. REUTERS/Yves Herman
Konflik Rusia-Ukraina Masih Panas, NATO akan Mulai Latihan Senjata Nuklir Tahunan Pekan Depan

Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menekankan pentingnya kesiapan dalam lanskap global yang semakin bergejolak selama kunjungannya ke London


Perusahaan Asal Belanda Investasi Rp 825 Miliar Bangun Pabrik Pipa di Batang, Kepala BKPM: Pakai Teknologi Tinggi

12 hari lalu

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani dalam acara peresmian pabrik perusahaan pipa asal Belanda, Wavin di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah, Kamis, 3 September 2024. ANTARA/Muzdaffar Fauzan
Perusahaan Asal Belanda Investasi Rp 825 Miliar Bangun Pabrik Pipa di Batang, Kepala BKPM: Pakai Teknologi Tinggi

Rosan Roeslani meresmikan investasi pabrik perusahaan pipa asal Belanda, yakni Wavin di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah.


Lapas Kelebihan Kapasitas, Ditjen PAS Uji Coba Implementasi Sanksi Alternatif Pidana untuk 2026

14 hari lalu

Ilustrasi tahanan atau narapidana kabur. shutterstock.com
Lapas Kelebihan Kapasitas, Ditjen PAS Uji Coba Implementasi Sanksi Alternatif Pidana untuk 2026

Sekretaris Ditjen PAS menyebut uji coba sanksi alternatif untuk menangani masalah mendesak kelebihan kapasitas lapas di Indonesia.


Sejarah Singkat G30S, Kronologi, dan Tokoh yang Gugur

16 hari lalu

Suasana diorama peristiwa G30S/PKI di kawasan Monumen Kesaktian Pancasila, Jakarta, Selasa, 29 September 2020. Diorama tersebut dibuat untuk peringatan Hari Kesaktian Pnlancasila dan mengenang korban dalam peristiwa G30S/PKI khususnya tujuh pahlawan revolusi pada 1 Oktober mendatang. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Sejarah Singkat G30S, Kronologi, dan Tokoh yang Gugur

Ketahui sejarah singkat G30S, kronologi, serta perwira TNI yang gugur. Operasi ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Syamsuri.


Sejarah Kereta Api Semarang-Surakarta-Yogyakarta: Tonggak Awal Pembangunan Rel dan Stasiun Pertama

16 hari lalu

Foto repro dari buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia (2020). (Tempo/Repro Muh. Syaifullah)
Sejarah Kereta Api Semarang-Surakarta-Yogyakarta: Tonggak Awal Pembangunan Rel dan Stasiun Pertama

Stasiun kereta api yang pertama kali dibangun adalah Stasiun Kemijen (Tambaksari) yang berada di Semarang pada 17 Juni 1864.


Pencabutan Tap MPR Tiga Presiden, Upaya Menghapus Noda Sejarah

17 hari lalu

Pencabutan tiga Tap MPR menuai polemik. Ataukah pencabutan ini hanya untuk menghapus noda sejarah atau sebagai prakondisi untuk mengamendemen konstitusi?
Pencabutan Tap MPR Tiga Presiden, Upaya Menghapus Noda Sejarah

Pencabutan tiga Tap MPR menyangkut tiga eks Presiden menuai polemik. Apakah pencabutan ini hanya untuk menghapus noda sejarah atau ada agenda lain?


Genta Koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta Dipamerkan di Rijksmuseum Belanda

19 hari lalu

Genta Kalasan koleksi Museum Sonobudoyo, Yogyakarta dipajang di pameran Perunggu Asia: Keelokan 4.000 Tahun di Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda, 27 September 2024. Rijksmuseum/Erik dan Petra Hesmerg
Genta Koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta Dipamerkan di Rijksmuseum Belanda

Genta Kalasan dan lampu minyak abad ke-8 milik Museum Sonobudoyo, Yogyakarta dipajang di pameran perunggu Asia di Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda