TEMPO.CO, Jakarta - Orang terkaya ketiga di dunia, Gautam Adani, mengaku ketagihan ‘bermain’ ChatGPT. Pengusaha asal India tersebut mengungkap ketertarikannya terhadap chatbot yang diluncurkan perusahaan OpenAI itu. Pemilik kekayaan bersih mencapai US$ 121 miliar itu menuturkan pengalaman tak terlupakan ketika mencoba generator teks melalui media sosial profesional LinkedIn.
Hadirnya ChatGPT menjadi momen transformasional dalam era demokrasi AI (Artificial Intelligence)," tulisnya usai menghadiri Forum Ekonomi Dunia 2023, seperti dikutip Rabu 25 Januari 2023. Dia mengaku sudah kecanduan sejak ChatGPT rilis. Menurutnya, "Kemampuannya yang begitu luar biasa dan diikuti kegagalan yang menggelikan.”
Bahaya ChatGPT
Meskipun terkesima, orang terkaya di Asia tersebut juga menyatakan konsekuensi besar yang mungkin muncul karena teknologi AI. Tanggapan dari sistem bot Reinforcement Learning with Human Feedback (RLHF) diketahui sangat alami seperti berbincang dengan manusia.
Gautam Adani. Wikipedia
Sejak ChatGPT datang ke muka publik pada November 2022 lalu, banyak aktivitas yang mulai beralih diperankan oleh teknologi AI. Sebut saja menulis buku anak-anak, membuat surat pengantar, hingga menghasilkan respons kecocokan pasangan di aplikasi kencan.
Di waktu yang sama, ChatGPT menimbulkan sejumlah perkara, diantaranya plagiarisme dan larangan pemakaian bot di beberapa sekolah.Bahkan dapat menyinggung penyintas penyakit mental karena jawaban bersifat realistis dan kurang menekankan hati nurani.
ChatGPT sendiri merupakan sistem chatbot yang terintegrasi AI dan NLP (Neuro Linguistic Programming). ChatGPT didesain untuk mereplika percakapan di dunia nyata dalam bentuk teks. ChatGPT bisa mempelajari data dalam jumlah yang sangat banyak supaya bisa menjawab berbagai pertanyaan, yang bahkan cukup panjang. Bot buatan OpenAI tersebut mampu mengingat, menjelaskan, menolak pendapat, sampai meminta maaf.
Perusahaan Besar di Balik ChatGPT
Berkat kemampuan itu, ChatGPT mendapat sambutan hangat dari industri teknologi di Silicon Valley, baik dari segi investasi maupun minat menggunakan chatbot tersebut. Pengembangan ChatGPT disokong dana dari miliarder besar, seperti CEO Tesla dan Peter Thiel dari Silicon Valley.
Tak mau ketinggalan, Microsoft juga berencana menggelontorkan miliaran dolar kepada perusahaan OpenAI. Sedangkan Google merasa was-was dan berniat mengintegrasikan fitur chatbot AI di mesin pencari (search engine) Google.
Baca juga: Google Langsung Bereaksi terhadap ChatGPT, Para Pendiri Turun Gunung
Dengan demikian, penciptaan ChatGPT memang digadang-gadang mempermudah kehidupan. Bahkan juga disebut dapat menggantikan Google di masa mendatang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ChatGPT juga membawa sejumlah persoalan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Gautam Adani. Bagaimana menurut Anda?
MELYNDA DWI PUSPITA (BUSINESS INSIDER, REUTERS, THE VERGE)