TEMPO.CO, Jakarta - Ombudsman RI meminta seluruh jajaran dalam Pemerintah Indonesia untuk memikirkan strategi yang matang mengatasi El Nino yang diprediksi akan terjadi mulai bulan Juni 2023, sekaligus mencegah imbas fenomena tersebut pada keberlangsungan hidup masyarakat.
“Sudah seharusnya kita mulai bersiap-siap menghadapi dampak dari El Nino dan perlu menyiapkan langkah antisipasi supaya dampak El Nino ini, tidak menimbulkan kerawanan sosial dan kerawanan ekonomi baik jangka pendek ataupun jangka panjang,” kata Pimpinan dan Anggota Ombudsman RI Periode 2021-2026 Yeka Hendra Fatika dalam Diskusi Fenomena El Nino: Dampak dan Solusi Terhadap Pelayanan Publik yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa, 20 Juni 2023.
Yeka menuturkan pemerintah perlu menyiapkan langkah-langkah strategis sebagai upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik akibat dampak dari fenomena El Nino.
Upaya pencegahan itu perlu segera dibuat supaya tidak mengulangi bencana kekeringan akibat El Nino pada tahun 2015-2016, yang menurut catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas hutan dan lahan yang terbakar sepanjang 2015 mencapai 2,61 juta hektare (Ha).
Jumlah itu hampir setara dengan akumulasi luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sepanjang 2016-2019 yakni 2,78 juta hektare atau sekitar 111 ribu hektare lahan pertanian juga mengalami kekeringan, dengan total kerugian sekitar Rp220 triliun.
“Di awal tahun 2023 Presiden Jokowi memberi arahan pada kementerian/lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau. Terutama antisipasi bencana kekeringan, kebakaran hutan dan kerawanan pangan akibat kegagalan panen,” ujar dia.
Baca juga: La Nina dan El Nino, Ini Dampaknya Bagi Masyarakat
BMKG prediksi El Nino berpotensi terjadi hingga 60 persen
Lebih lanjut dirinya menilai bahwa prakiraan yang dikeluarkan oleh BMKG soal peluang terjadinya El Nino sebesar 50 hingga 60 persen yang diprediksi mulai meningkat pada bulan Agustus dan bertahan hingga akhir tahun, sudah cukup jadi peringatan diri yang berguna dalam mengantisipasi terjadinya cuaca ekstrem yang berasosiasi dengan bencana kekeringan, kebakaran hutan hingga kegagalan panen.
Prediksi awal terjadinya El Nino, katanya, sangat bermanfaat dalam membantu perencanaan dan pengelolaan berbagai sektor seperti sumber daya air, energi, transportasi, pertanian, kehutanan, peternakan serta menghindari atau mengurangi potensi kerugian yang lebih besar.
Yeka turut mengingatkan pula bahwa cuaca panas, erat kaitannya dengan perubahan pada perilaku manusia. Cuaca yang panas berkaitan dengan peningkatan agresivitas, kekerasan, sekaligus menurunkan suasana hati (mood) manusia.
Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh University of California, Yeka mengatakan tingkat kekerasan dan kriminalitas ikut naik seiring meningkatnya suhu menjadi panas. Dengan demikian, hal ini harus dijadikan perhatian serius oleh pemerintah.
“Kemudian kaitannya dengan kualitas pelayanan publik, ketika cuaca panas mendera, dan jika tidak dilakukan upaya mitigasi yang baik maka dapat menyebabkan tindakan negatif yang dilakukan oleh petugas pengelola pengaduan kepada masyarakat sehingga dapat mempengaruhi indeks kepuasan pelanggan terhadap produk layanan yang kita miliki,” ucapnya.
Pilihan Editor: Antisipasi Kelangkaan Pangan Akibat El Nino, Mendag Zulhas Buka Opsi Impor Beras
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.