TEMPO.CO, Jakarta - Hasil pengamatan yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dari 91 stasiun BMKG menunjukkan suhu permukaan rata-rata Indonesia pada tahun 2022 lebih tinggi 0,9 derajat Celcius dibandingkan tahun 1981-2010.
Sementara laporan yang dirilis World Meteorological Organization (WMO) menyebutkan bahwa tahun 2022 menempati peringkat ke-6 tahun terpanas dunia. Kisaran 2015-2022 menjadi delapan tahun terpanas dalam catatan WMO. Pada awal Desember 2020 juga menempatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanas (peringkat pertama), dengan tahun 2020 sedang on-the-track menuju salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah dicatat. Hal ini menandakan fenomena peningkatan suhu juga terjadi secara lokal dan global.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa pemanasan global memicu pergeseran pola musim dan suhu udara yang mengakibatkan peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas bencana hidrometeorologi. Salah satunya adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan yang tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi kekeringan yang ekstrim, tetapi juga menyebabkan peningkatan emisi karbon dan partikulat ke udara.
“Perubahan iklim ini juga mengancam ketahanan pangan seluruh negara,” kata Dwikorita lewat rilis yang disebarkan 11 Juli 2023. Hal itu disampaikan dalam acaara Blended Training of Trainers on Climate Field School for Colombo Plan Member Countries di Jakarta awal pekan ini.
BMKG terus melakukan berbagai aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Di sektor pertanian, BMKG rutin menggelar sekolah lapang iklim (SLI) dengan sasaran penyuluh pertanian dan petani dari berbagai komoditas unggulan. Langkah ini juga untuk memperkuat literasi cuaca dan iklim mereka.
Untuk diketahui, Training of Trainers (ToT) Climate Field School (CFS) atau pelatihan bagi pelatih sekolah lapang iklim (SLI) untuk negara-negara anggota Colombo Plan merupakan salah satu program Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KTSST) antara pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Kementerian Sekretariat Negara (Kemensesneg) dan BMKG, dan Sekretariat Colombo Plan.
Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BMKG bekerja sama dengan Kementerian Pertanian sejak tahun 2011 ini dengan tema "Pembelajaran pemahaman dan praktek informasi iklim untuk mendukung ketahanan pangan” dan akan dilaksanakan selama tujuh hari ke depan yang bertempat di Regional Training Center (RTC) BMKG, Citeko - Bogor.
Adapun peserta merupakan para pengambil kebijakan, pengamat dan prakirawan cuaca/iklim, dan penyuluh pertanian dari delapan negara anggota Colombo Plan dan Timor Leste yaitu Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Nepal, Papua New Guinea, Sri Lanka, Filipina, dan Timor Leste.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.