TEMPO.CO, Jakarta - Varian virus Covid-19 baru yang diserahkan ke database Global Covid Genomics pada awal Juli, menarik perhatian ilmuwan. Kabar dari peneliti virus yang tidak disebutkan namanya menyebut varian ini merupakan 'yang paling ekstrem' yang pernah mereka lihat. Apakah itu?
Varian Covid yang terlihat berasal dari Indonesia mungkin bisa dikatakan saat ini merupakan versi virus yang paling bermutasi yang pernah direkam, menurut para ilmuwan. Berawal dari varian Delta, kemudian memiliki 113 mutasi unik. Hasil ini didapat dari hasil swab pasien di Jakarta. Sebagai perbandingan, Omicron sejauh ini membawa sekitar 50 mutasi.
Diduga pasien tersebut menderita infeksi yang lama yang dapat terjadi beberapa bulan. Keadaan tubuh dengan memiliki infeksi kronis biasanya terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu. Misalnya mereka yang memiliki AIDS atau menjalani pengobatan kemoterapi untuk kanker, yang membuat mereka kurang mampu melawan virus.
Infeksi seperti itu mengkhawatirkan para ilmuwan karena menciptakan kondisi yang sempurna bagi Covid untuk bermutasi, berpotensi memungkinkannya untuk melewati pertahanan tubuh.
Menurut Profesor Lawrence Young, seorang ahli virologi di Universitas Warwick, tidak jelas apakah strain yang baru ditemukan memiliki potensi untuk melanjutkan dan menginfeksi orang lain.
Baca juga: 3 Siswa Berkebutuhan Khusus Raih Medali Emas dan Perak di Ajang Internasional
Keadaan global
Saat ini, negara -negara seperti Inggris telah mengurangi jumlah analisis genetik saat pandemi telah memudar. "Virus ini terus mengejutkan kita,” kata Young. Ia mengingatkan untuk tidak berpuas diri dengan keadaan yang sudah membaik karena dapat membahayakan. Ia juga menyoroti masalah hidup yang berdampingan dengan virus.
‘Ketika virus menyebar dan terus bermutasi, itu pasti akan mengakibatkan infeksi serius pada yang paling rentan dan juga akan meningkatkan mereka yang menderita beban konsekuensi jangka panjang infeksi,” jelas Young.
Dia mengatakan kurangnya pengawasan genetik untuk mengambil varian yang muncul yang bisa resisten terhadap kekebalan, membuat dunia buta terhadap ancaman baru. Hal ini membuat orang kurang menyadari kemungkinan adanya wabah baru Covid karena varian baru dan berpotensi lebih berbahaya.
Sedangkan, Profesor Ian Jones, seorang ahli virologi di University of Reading, menyatakan varian baru itu 'bermutasi luar biasa'. Virus covid disebutkan dapat bermutasi sepanjang waktu. “Infeksi kronis memiliki potensi yang meningkat untuk mendorongnya untuk lebih beradaptasi untuk menyusup ke sistem kekebalan tubuh manusia,” jelasnya.
Kekhawatiran atas infeksi kronis adalah bahwa virus itu bermutasi pada seseorang yang telah menghasilkan kekebalan. Sampel semacam itu memberikan pandangan yang menarik tentang bagaimana virus berkembang.
Rincian tentang pasien yang memiliki sampel tersebut belum terungkap. Demikian pula data mengenai masalah kesehatan yang dideritanya, usia, dan jenis kelamin. Temuan ini awalnya disorot oleh pelacak varian Covid online Ryan Hisner sebelum ditandai oleh virolog AS Marc Johnson dari University of Missouri.
Pilihan Editor: Syarat dan Biaya Masuk SMA Taruna Nusantara Magelang, Cek Info Terbarunya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.