TEMPO.CO, Jakarta - Ahmad Husain Arridho adalah satu dari 10.501 siswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun ini. Setelah bersaing dengan 173.965 orang lainnya, ia diterima menjadi mahasiswa baru UNY pada program studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Kelebihannya adalah dia merupakan penghafal 30 juz Al Quran.
Menurut Husain, keinginan menghafalkan kitab suci umat Islam itu bermula saat kakak kandungnya telah khatam Al Quran dan mendorongnya ikut program tahfiz di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Unggulan Al Imdad, Bantul. “Saya menghafal Al Quran selama 4,5 tahun dan selesai pada awal kelas 12,” tutur alumni MTs Al Imdad itu di UNY pada Senin, 14 Agustus 2023, dikutip dari laman UNY.
Hal yang sulit dilakukan bagi Husain dalam menghafal Al Quran adalah konsistensi. Tantangan terberat ia hadapi saat mencapai juz 10.
“Saya tanyakan pada kakak tingkat yang juga penghafal, bahwa biasanya setelah juz 10 banyak tantangannya seperti rasa malas, kesibukan berkegiatan, dan sebagainya,” kata Husain.
Orang tuanya mendukung penuh keinginan Husain untuk menghafal Al Quran dan apa yang menjadi pilihannya. “Misalnya ada semaan (tradisi membaca dan menyimak pembacaan) Al Quran, maka orang tua akan support dana iuran untuk kegiatan itu, baik semaan pondok 6 juz, 12 juz, atau lebih banyak,” kata Husain yang mengaku pernah mengikuti semaan Al Quran terbanyak 12 juz.
Warga Dusun Sempol, Harjobinangun, Pakem, Sleman tersebut mengatakan pondok pesantren Al Imdad tempatnya menuntut ilmu memberi fasilitas bagi para penghafal Al Quran dengan cara membedakan jadwal belajarnya. Contohnya, saat belajar mengaji, para santri penghafal jadwalnya diganti dengan tadarus untuk menghafal agar fokus pada hafalannya dan tidak terbebani dengan membaca kitab.
“Santri biasa jadwal mengajinya secara sorogan (baca kitab) dan lebih padat, sedangkan santri penghafal punya waktu sendiri. Jadi, jam sorogan diganti jam tadarus,” kata Husain. Bahkan, ponpes akan membiayai apabila ada kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) atau Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ) agar santri tahfiz juga bisa berprestasi.
Husain merupakan anak kedua dari pasangan Arosin Suryanto dan Ade Rokayah. Kelima anak dari pasangan yang berprofesi sebagai pembuat roti itu semuanya merupakan penghafal Al Quran. Kakak sulung Husain, Ahmad Kian Santang yang berkuliah di prodi Ilmu Komunikasi hafal 30 juz Al Quran.
Anak ketiga, keempat dan kelima, yaitu Ektada Benabi Muhammad El Amin yang duduk di kelas 2 SMA, Fatimah Lu'lu Unisa El Arifah di kelas 3 SMP dan Muhammad Seta Hadiwijaya di kelas 6 SD pun sedang berproses menjadi penghafal Al Quran. Saat ini, Ektada Benabi sudah hafal 2 juz, Fatimah hafal 10 juz dan Muhammad Seta baru saja hafal juz 30 beserta beberapa surah.
Pria kelahiran Sleman, 25 Mei 2005 itu mengungkapkan pada mulanya ingin kuliah di luar Yogyakarta. “Namun, orang tua saya melarang karena takut aqidahnya terganggu. Oleh karenanya disuruh kuliah di DIY saja,” kata Husain.
Husain pun diterima di UNY melalui jalur Seleksi Mandiri CBT Kampus. Harapannya setelah diterima menjadi mahasiswa UNY adalah dapat menjadi mahasiswa yang inovatif, karena sebagai Generasi Z yang mendapat bonus demografi harus membawa perubahan bagi bangsa dan negara. Sebagai pemegang kartu KIP Kuliah, Husain juga berharap mendapatkan beasiswa untuk meringankan beban orang tuanya yang harus menghidupi kelima anaknya.
Pilihan Editor: Mahasiswa Baru IPB Angkatan 60 Pecahkan Rekor Dunia 3D Formasi