Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Museum Bern Akan Pamerkan Meteorit Berumur 3.500 Tahun, Jadi Mata Panah Pemburu Zaman Perunggu

image-gnews
Meteorit yang ditemukan di Hoba, Namibia.
Meteorit yang ditemukan di Hoba, Namibia.
Iklan

TEMPO.CO, JakartaMuseum Sejarah Bern Swiss akan memamerkan koleksi unik mulai 1 Februari 2024 hingga 25 April 2025. Keunikannya, benda ini diduga bukan berasal dari bumi alias meteorit.

Begini kisahnya, pada akhir 1800-an, para arkeolog menemukan mata panah di Zaman Perunggu di Mörigen, Swiss. Sejak itu, artefak berusia 3.000 tahun itu telah menjadi bagian dari koleksi di Museum Sejarah Bern.

Ternyata, sebuah analisis menjelaskan objek itu bukanlah mata panah biasa. Penelitian yang sudah diterbitkan pada Journal of Archaeological Science edisi September menyebutkan, koleksi itu terbuat dari meteorit yang jatuh ke bumi 3.500 tahun yang lalu.

Penulis utama Beda Hofmann, kepala dan kurator mineralogi dan meteorit di Natural History Museum of Bern, menyebutkan tampak luar benda itu terlihat seperti mata panah biasa yang dilapisi karat. “Namun analisis menunjukkan bahwa masih banyak logam yang terawetkan," kata Hoffman kepada Live Science.  

Ia menjelaskan beberapa metode untuk meneliti mata panah tersebut. Teknik tomografi sinar-X atau pencitraan terkomputerisasi dan spektrometri gamma atau proses yang mendeteksi bahan radioaktif yang memancarkan gamma telah dilakukan.

Hasilnya menunjukkan bahwa mata panah seukuran telapak tangan tidak hanya mengandung isotop aluminium-26 yang tidak terdapat secara alami di Bumi. “Juga terkandung jejak paduan besi dan nikel yang konsisten dengan meteorit,” jelasnya.

Selain itu, analisis tersebut juga mengungkapkan adanya bekas gerinda yang tersisa dari saat meteorit itu dibentuk menjadi mata panah. Ada juga sisa-sisa tar, yang kemungkinan digunakan untuk menempelkan titik ke batang panah.

Baca juga: Peneliti Perubahan Iklim BRIN Raih Bintang Jasa Pratama, Ini Segudang Prestasinya

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dugaan lokasi di bumi

Setelah mengetahui bahan anak panah bukan berasal dari bumi, kemudian dicarilah lokasi meteorit jatuh. Awalnya, para ilmuwan mengira artefak itu terkait dengan situs meteorit Twannberg yang berusia 170.000 tahun, kurang dari 8 kilometer dari tempat temuan asal. Namun, studi lebih lanjut mengungkapkan konsentrasi unsur kimia nikel dan germanium di mata panah tidak cocok dengan situs itu.

Artefak dengan berat 2,9 gram dan berukuran panjang lebih 3 sentimeter akhirnya diduga berasal dari batu seberat 1.800 kilogram yang berada di situs meteorit Kaalijarv di Estonia, yang terletak lebih dari 2.250 km jauhnya dari temuan asal. Pencarian Hofmann dan rekannya merujuk database geologis dan ditemukan adanya kesamaan kandungan logam antara keduanya.

Hal ini membuat para ilmuwan menyimpulkan mata panah kemungkinan besar diperdagangkan di beberapa titik. Walau jarak yang demikian jauh, ternyata jalur itu sudah terjalin hubungan dagang selama zaman perunggu. "Orang-orang awal ini mungkin tahu bahwa ketika kejadian alam yang besar pada 1500 SM yang menghasilkan bahan sangat berharga dan memiliki nilai,” kata Hofmann.

Panah meteorit sangat langka. Jika dihitung-hitung, hanya 55 objek yang diketahui ditemukan di Eurasia dan Afrika di 22 lokasi.

Pilihan Editor: Terima 6.000-an Mahasiswa Baru di Kampus Jatinangor, Rektor ITB Singgung Soal Korupsi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengintip Sejarah dan Karya Seni Islam di 5 Museum di Qatar

5 jam lalu

Museum of Islamic Art Qatar (Dok. Museum of Islamic Art)
Mengintip Sejarah dan Karya Seni Islam di 5 Museum di Qatar

Dalam perjalanan sejarahnya, Qatar berkembang menjadi pusat seni dan budaya yang beragam.


10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

1 hari lalu

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika. Foto: Canva
10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.


10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

2 hari lalu

Berikut ini daftar negara dengan lapangan kerja paling banyak di dunia, didominasi oleh negara-negara Eropa. Tertarik untuk pindah? Foto: Canva
10 Negara dengan Lapangan Kerja Paling Banyak, Tertarik Pindah?

Berikut ini daftar negara dengan lapangan kerja paling banyak di dunia, didominasi oleh negara-negara Eropa. Tertarik untuk pindah?


Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

2 hari lalu

Peneliti Ahli Utama di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, dikukuhkan sebagai Profesor Riset dengan kepakaran pencemaran laut, pada Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.


Mesir Sambut Patung Raja Ramses II Berusia 3.400 Tahun yang Sempat Dicuri

5 hari lalu

Patung Raja Ramses II terlihat dalam perjalanan ke Museum Agung Mesir di Kairo, Mesir 25 Januari 2018. REUTERS
Mesir Sambut Patung Raja Ramses II Berusia 3.400 Tahun yang Sempat Dicuri

Mesir menyambut pulang patung berusia 3.400 tahun yang menggambarkan kepala Raja Ramses II, setelah patung itu dicuri dan diselundupkan ke luar negeri


Traveling ke Luar Negeri, Turis Amerika Kaget Dapat Tagihan Telepon Rp2,3 Miliar

5 hari lalu

Ilustrasi wifi di ponsel. Shutterstock
Traveling ke Luar Negeri, Turis Amerika Kaget Dapat Tagihan Telepon Rp2,3 Miliar

Sebelum traveling, turis tersebut sudah mengunjungi toko operator selularnya supaya bisa menggunakan paket data internasional.


Wahana di TMII, Telah Disediakan Angkutan Wara-Wiri Untuk Keliling Taman Mini Indonesia Indah

6 hari lalu

Sejumlah wisatawan mengunjungi Istana Anak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis 11 April 2024. Pengelola TMII menyebutkan sekitar 20.000 wisatawan mengunjungi obyek wisata tersebut pada hari kedua Lebaran 2024 (data terakhir pukul 15.00 WIB) dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat hingga Minggu (14/4) atau H+3 Lebaran. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Wahana di TMII, Telah Disediakan Angkutan Wara-Wiri Untuk Keliling Taman Mini Indonesia Indah

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berusia 49 tahun, suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Ada apa saja di sana?


Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

7 hari lalu

Wan Chai, Hong Kong. Unsplash.com/Letian Zhang
Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni


Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

9 hari lalu

Rumah Limas tampak depan. Rumah limas khas Palembang ini dibangun pada 1830. Saat ini rumah Limas menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa. TEMPO/Parliza Hendrawan
Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda

Kedua rumah limas di Palembang ini pernah muncul di uang pecahan Rp10.000, dibangun tahun 1830-an.


Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

9 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD (ketujuh kanan), Ketua MPR Bambang Soesatyo (delapan kanan) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (keenam kanan) dan puluhan delegasi pimpinan MPR negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) foto bersama seusai pembukaan Konferensi Internasional secara resmi di Gedung Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Selasa 25 Oktober 2022. Konferensi Pimpinan MPR Negara-negara OKI tersebut merupakan pertemuan Internasional untuk membahas forum MPR dalam mewujudkan perdamaian dunia dan penguatan parlemen dari negara-negara Islam. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.