Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Guru Besar FIB UI Melani Budianta Diganjar Sarwono Award 2023

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Melani Budianta, penerima penghargaan Sarwono Award menjelaskan tentang perkembangan kebudayaan dalam sebuah konferensi pers di Gedung BJ Habibie, Kompleks BRIN, Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2023. ANTARA/Sugiharto Purnama.
Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Melani Budianta, penerima penghargaan Sarwono Award menjelaskan tentang perkembangan kebudayaan dalam sebuah konferensi pers di Gedung BJ Habibie, Kompleks BRIN, Jakarta, Rabu, 23 Agustus 2023. ANTARA/Sugiharto Purnama.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Melani Budianta, aktivis dan Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), menerima penghargaan Sarwono Award 2023 yang dianugerahkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Penyerahan penghargaan dilakukan oleh Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko di Jakarta pada Rabu, 23 Agustus 2023.

Sarwono Award merupakan sebuah penghargaan prestasi seumur hidup yang diberikan kepada individu yang memiliki prestasi dan kontribusi luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki dampak penelitian yang dimanfaatkan oleh masyarakat, baik melalui Kekayaan Intelektual (KI) maupun bentuk penelitian lainnya melalui kolaborasi dengan mitra.

Di hadapan para tamu yang hadir di Gedung B.J. Habibie, Melani menerima Sarwono Award sebagai penghargaan terhadap kerja sosial humaniora lintas batas dan kerja budaya di akar rumput yang sering kali tidak nampak.

“Di saat kebudayaan sering kali direduksi menjadi komoditi yang dijual sebagai produk-produk wisata atau dianggap sebagai pemanis biasa, penghargaan ini sungguh merupakan peneguhan,” tutur Melani dalam sambutannya.

Dia merasa bersyukur, karena menurutnya melalui penghargaan ini proses untuk membangun ketangguhan budaya lantas diafirmasi.

“Sekalipun mengembangkan teknologi canggih maupun memiliki laju ekonomi tinggi, tanpa ketangguhan budaya Indonesia akan menjadi bangsa yang kehilangan rohnya,” ujarnya. 

Dia menutup sambutannya dengan mengatakan bahwa ilmu sosial humaniora transdisiplin yang meretas batas keilmuan perlu terus didukung untuk mengembangkan secara kreatif kekayaan budaya yang majemuk, inklusif, dan berbasis kepada kemanusiaan.

Profil Melani Budianta
Melani yang lahir di Malang, 16 Mei 1954 sedari kecil sudah menyukai sastra. Meski sempat ditentang orang tua dan pada bangku SMA mengambil jurusan alam, dia memutuskan untuk masuk Fakultas Sastra UI. Kini, dia menjadi Guru Besar FIB di almamaternya, UI.

Masa pendidikannya banyak dia tempuh di luar negeri. Usai studi S1 di UI pada 1979, dia terbang ke Amerika Serikat untuk memperoleh gelar master’s dalam bidang Kajian Amerika di University of Southern California pada 1981. Masih di Amerika, gelar PhD dalam bidang Sastra Inggris dia raih dari Cornell University pada 1992.

Perempuan dengan nama lahir Tan Tjiok Sien ini bukan hanya seorang akademisi, melainkan juga aktivis dalam gerakan perempuan. Dia turut mendirikan Suara Ibu Peduli, kelompok perempuan yang berperan dalam era Reformasi 1998 lewat “Politik Susu” yang menggugat dampak kebijakan ekonomi pemerintah terhadap anak-anak dan perempuan. Kelompok ini turut menyokong aksi mahasiswa 1998 dengan menyalurkan nasi bungkus, uang, obat-obatan, dan tenaga mereka.

Menurut Melani, perjalanan keilmuannya ulang-alik dari sastra, ke kajian budaya, hingga komunitas. Dalam sambutannya, dia menceritakan momen-momen transformatif dalam perjalanan hidupnya yang diawali ketika menjadi mahasiswa FSUI di Rawamangun, Jakarta. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dahulu, dia sempat membawa satu kotak buku yang dikumpulkan dari teman-teman mahasiswa dan alumni—ada satu orang yang bekerja di penerbitan—untuk anak-anak yang kurang mendapatkan akses pendidikan di sebuah gang di Tanah Abang. Ini dia sebut sebagai krisis pertamanya sebagai ilmuwan.

“Pengalaman itu menyadarkan saya bahwa teori dan metode yang saya pelajari dari buku dan bangku kuliah bubar ketika menghadapai kenyataan kesenjangan di lapangan,” katanya.

Guncangan kedua dalam hidupnya muncul pada 1998, bersamaan dengan krisis multidimensi dan berbasis gender serta ras yang meradang di Indonesia. “Krisis kedua menyadarkan saya bahwa membangun pengetahuan tidak lengkap jika tidak diikuti dengan aktivisme untuk melakukan intervensi di masyarakat,” ucapnya.

Pada 2016 sampai 2017, guncangan di hidupnya kembali muncul saat menghadapi konservatisme dan politik identitas yang memecah belah. Dia mengatakan saat itu, gaya hidup kompetitif berbasis ranking dan kapitalisasi ruang-ruang publik mempersempit sarana membangun kebersamaan. Saat itulah dia terhubung dengan Jejaring Budaya Kampung.

“Teman-teman yang bergelut di berbagai kondisi dari desa di Jember sampai Poso, Tangerang sampai Tenggarong mengajak saya berkolaborasi dan belajar dengan masyarakat, menghimpun kembali sumber daya budaya yang ada dan berkreasi mencari solusi,” tuturnya.

Menurutnya, dengan sastra kita bisa melihat Indonesia lebih jauh. Sebagai warga Indonesia, tidak semua dari kita pernah bertemu dengan berbagai macam kelompok yang ada di negeri ini. Hal ini, dia menerangkan, dapat membatasi pandangan hidup.

“Kalau kita sendiri-sendiri dalam konteks budaya kita sendiri, maka kita akan terkungkung oleh nilai-nilai kita dan tidak bisa memahami satu sama lain,” jelasnya saat konferensi pers.

Dia menyebut sastra, termasuk media seperti film dan koran, menjadi sarana sangat penting untuk membangun ke-Indonesia-an. Mengutip Benedict Anderson, dia menyebut negara sebagai suatu komunitas yang harus dibayangkan.

“Bagaimana membayangkannya? Antara lain melalui karya sastra yang bisa membuat orang paham persoalan dan merasa berempati,” kata dia.

Pilihan Editor: Beasiswa Teladan Tanoto Foundation Dibuka sampai Oktober, Simak Persyaratannya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Faisal Basri Berpulang Meninggalkan Sederet Capaian di Berbagai Bidang

1 hari lalu

Ekonom Faisal Basri dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
Faisal Basri Berpulang Meninggalkan Sederet Capaian di Berbagai Bidang

Berikut sederet pencapaian pengamat ekonomi dan politik, Faisal Basri yang berpulang pada Kamis, 5 September 2024.


Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya

2 hari lalu

Spesies anggrek Dendrobium sagin, satu di antara delapan spesies baru tumbuhan yang ditemukan di Indonesia sepanjang 2020 lewat penelitian kolaborasi LIPI. (LIPI/REZA SAPUTRA)
Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya

Total anggrek Indonesia yang sudah dievaluasi IUCN Red List baru sebatas 230 spesies. Padahal, Indonesia memiliki hingga 4.200 spesies anggrek.


Panitia Pemilihan Rektor UI Umumkan Tujuh Calon, Ada yang dari ITB

2 hari lalu

Gedung Rektorat UI. ANTARA/Feru Lantara
Panitia Pemilihan Rektor UI Umumkan Tujuh Calon, Ada yang dari ITB

Pansus pemilihan rektor UI mengumumkan tujuh calon yang lolos tahap penyaringan. Salah satu calonnya berasal dari ITB.


7 Calon Rektor UI yang Lolos Tahap Penyaringan

3 hari lalu

Ilustrasi Kampus Universitas Indonesia. (DOK. HUMAS UI)
7 Calon Rektor UI yang Lolos Tahap Penyaringan

Panitia Khusus Pemilihan Rektor Universitas Indonesia (UI) mengumumkan tujuh calon terpilih yang lolos tahap penyaringan untuk menjadi Rektor UI


Peneliti BRIN Jelaskan Prospek dan Kebutuhan Pengembangan Vaksin Hepatitis C

3 hari lalu

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock
Peneliti BRIN Jelaskan Prospek dan Kebutuhan Pengembangan Vaksin Hepatitis C

Peneliti BRIN mengatakan, pengembangan vaksin Hepatitis C bisa dilakukan jika peneliti dari berbagai disiplin ilmu bekerja sama.


Chatib Basri Sebut Faisal Basri Tak Hanya Berani Mengkritik: Pemikirannya Cemerlang, Pandangannya Segar

3 hari lalu

Chatib Basri dan Faisal Basri. Instagram
Chatib Basri Sebut Faisal Basri Tak Hanya Berani Mengkritik: Pemikirannya Cemerlang, Pandangannya Segar

Wafatnya ekonom senior Faisal Basri hari ini membawa ingatan Eks Menteri Keuangan, Chatib Basri, kembali ke masa lampau.


Terkini: Faisal Basri dalam Kenangan Anies Baswedan, Chatib Basri, dan Goenawan Mohamad; Jokowi Terima Bos Vale Indonesia di Istana

3 hari lalu

Ekonom Faisal Basri dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
Terkini: Faisal Basri dalam Kenangan Anies Baswedan, Chatib Basri, dan Goenawan Mohamad; Jokowi Terima Bos Vale Indonesia di Istana

Kepergian Faisal Basri meninggalkan duka, bukan hanya bagi keluarga, tapi dari sejumlah tokoh di Indonesia.


Dikukuhkan jadi Guru Besar Binus University, Gatot Soepriyanto Soroti AI dalam Kecurangan Keuangan Perusahaan

3 hari lalu

Pengukuhan Guru Besar Tetap untuk bidang Fraud Examination Universitas Bina Nusantara (Binus) Gatot Soepriyanto di Auditorium Kampus Binus Anggrek, Jakarta Barat pada Rabu, 4 September 2024. TEMPO/Bagus Pribadi
Dikukuhkan jadi Guru Besar Binus University, Gatot Soepriyanto Soroti AI dalam Kecurangan Keuangan Perusahaan

Direktur Kampus Bina Nusantara (Binus) Bekasi Gatot Soepriyanto dikukuhkan menjadi guru besar tetap ke-32 dan resmi bergelar profesor.


Faisal Basri dalam Kenangan Anies Baswedan dan Novel Baswedan

4 hari lalu

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjenguk sepupunya yang juga penyidik senior KPK Novel Baswedan di kediaman Novel, Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Selatan, 25 Februari 2018. TEMPO/Caesar Akbar
Faisal Basri dalam Kenangan Anies Baswedan dan Novel Baswedan

Anies Baswedan dan Novel Baswedan punya kenangan terhadap Faisal Basri yang meninggal dunia pada hari ini.


Profil Ekonom Senior Faisal Basri yang Wafat pada Hari Ini

4 hari lalu

Faisal Basri. TEMPO/Jati Mahatmaji
Profil Ekonom Senior Faisal Basri yang Wafat pada Hari Ini

Ekonom dan politikus senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, wafat pada hari ini. Seperti apa profil dan rekam jejaknya?