TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia menjadi tuan rumah pelatihan Helicopter Emergency Medical Services (HEMS) atau layanan kedaruratan medis di udara untuk kedua kalinya sejak 2019. Pelatihan kembali diadakan di kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jakarta pada 5 – 7 September 2023. UPNVJ bekerja sama dengan Fondation de l'Académie de Médecine (FAM) dan Airbus Foundation Prancis untuk menyelenggarakannya.
HEMS merupakan sistem kedaruratan medis yang telah matang di banyak negara di dunia, terutama Eropa dan Amerika. Sedangkan, di Asia sistem ini masih jarang ditemukan, termasuk di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Ralph Setz, perwakilan dari FAM, pada konferensi pers HEMS di Gedung Rektorat UPNVJ pada Senin, 4 September 2023. “HEMS tidak ada saat ini di Indonesia, namun ada di mana-mana di Eropa,” kata dia. “Jadi, misi ini ada di banyak negara di Eropa dan juga Amerika, tetapi masih jarang di Asia.”
Penerapan sistem HEMS di suatu negara merupakan proses yang panjang. Menurut perwakilan Airbus Indonesia, Regis Antomarchi, negara-negara Eropa dan Amerika juga melewati perjalanan panjang sebelum mencapai tahap sekarang.
“Ini merupakan misi yang kompleks. Butuh beberapa dekade di negara-negara barat untuk mencapai level kedewasaan ini,” kata Regis.
Namun, ada kemungkinan sistem HEMS bisa diterapkan di Indonesia. Melansir dari situs Airbus, negara-negara Indonesia, India, Brazil, dan Meksiko merupakan kandidat potensial untuk pengembangan HEMS yang kuat dalam beberapa dekade mendatang.
Teknologi HEMS
Masih melansir dari situs Airbus, keuntungan terbesar sistem ini adalah helikopter dapat mencapai suatu lokasi tiga hingga lima kali lebih cepat dibandingkan kendaraan darat dan terkadang merupakan satu-satunya cara untuk mengakses medan yang tidak ramah. Karenanya, pasien menerima perawatan medis lebih awal dan peluang untuk bertahan hidup dalam kasus kritis meningkat secara signifikan.
Serangkaian inovasi sedang dilakukan untuk meningkatkan keamanan misi HEMS. Dari sistem visi sintetis hingga komunikasi satelit dan algoritma kecerdasan buatan (AI) yang dapat dipelajari secara mandiri, semua teknologi ini bertujuan untuk meringankan beban kerja pilot dan meningkatkan keselamatan operasional.
Platform Lepas Landas dan Pendaratan Vertikal (VTOL) yang lebih kecil sedang diselidiki untuk digunakan sebagai “pesawat ulang-alik dokter” dan dapat memainkan peran sebagai pelengkap di masa depan operasi HEMS.
Helikopter yang Digunakan
Pelatihan HEMS di Indonesia terdiri dari sesi teoretis dan praktik. Hari terakhir akan diisi dengan praktik, yang akan melibatkan tiga helikopter Airbus, yaitu dua Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) Bo 105 dan satu AS365 N3.
Bo 105 menjadi salah satu helikopter pembuka jalan bagi HEMS. Dikembangkan pada akhir 1970-an, ini merupakan salah satu helikopter paling sukses di HEMS. Desain khusus Bo 105 – dengan fitur-fitur seperti lantai kabin datar, pemuatan di belakang, serta rotor utama dan ekor yang tinggi – memudahkan pemuatan pasien, hingga berkontribusi terhadap keberhasilannya.
Produk Airbus banyak berperan dalam pengembangan sistem HEMS saat ini. Menurut Antomarchi, “Kami menanggung 60 persen helikopter yang digunakan untuk HEMS di seluruh dunia.”
Pilihan Editor: UPN Veteran Jakarta Jadi Tuan Rumah HEMS, Pelatihan Kedaruratan Medis di Helikopter