TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah terobosan datang dari lima mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). Tim mahasiswa ini berhasil merancang robot yang disebut "Ofelos Larvasida Ball" dan mendapat pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Robot buatan para mahasiswa dari berbagai fakultas ini dirancang untuk mengendalikan larva nyamuk Aedes aegypti yang dapat membawa penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Berdasarkan wawancara Tempo.co dengan para anggota tim Ofelos, robot ini dibuat dengan mengintegrasikan Internet of Things (IoT) dengan ekstrak daun ciplukan dan kemangi untuk mendeteksi, menyedot, dan membunuh larva nyamuk tersebut.
Ide menggunakan ekstrak daun ciplukan dan kemangi dipilih karena tanaman ini memiliki senyawa-senyawa yang efektif merusak sistem dalam tubuh larva nyamuk. Selain itu, mahasiswa ingin memanfaatkan tanaman lokal ini secara ramah lingkungan untuk mengendalikan larva nyamuk.
Apa Itu PKM-KC?
Berdasarkan petunjuk dari simbelmawa.kemdikbud.go.id, PKM-KC adalah inisiatif yang memberikan platform kepada mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide konstruktif berdasarkan pemikiran dan logika mereka.
Meskipun ide-ide ini mungkin belum mencapai tingkat kesempurnaan fungsional atau belum memberikan manfaat langsung kepada pihak lain, PKM-KC memberikan dorongan dan dukungan bagi mahasiswa untuk mengembangkan ide-ide tersebut.
Berkat ide cemerlang dalam membuat robot Larvasida Ball, Alifia Febriani (Agribisnis), Dira Purwasih (Agribisnis), Siti Wahyu Sintasari (Kimia), Veadora Yasminingrum (Teknik Elektro), dan Adinda Salsabila (Teknik Informatika) akhirnya berhasil mendapatkan dana untuk mendukung proyek mereka.
“Kalau kemarin itu ada sekitar 42.000 proposal, dan yang terpilih didanai tingkat nasional itu sekitar 5.000 proposal, dan kita salah satunya,” kata Dira saat diwawancara Putri Safira dari Tempo.co, Selasa, 19 September 2023.
Dira juga menjelaskan bahwa mereka pertama-tama mengikuti seleksi di tingkat universitas sebelum berhasil lolos ke tingkat nasional.
"Karena kita sedang berkompetisi, kita berharapnya bisa lolos ke pimnas dan mendapatkan medali emas," ujar Dira.
Berapa Total Dananya?
Menurut situs Kemendikbudristek, proposal yang memenuhi yang telah ditetapkan akan menerima pendanaan dari Belmawa. Perguruan Tinggi juga diwajibkan untuk memberikan tambahan pendanaan kepada proposal yang diterima, dengan jumlah yang tidak melebihi 25 persen dari total pendanaan awal sebesar Rp 7.000.000 atau setinggi-tingginya Rp 1.750.000 baik dalam bentuk uang tunai maupun bentuk lainnya.
Tambahan dana juga dapat diberikan oleh instansi lain, namun jumlahnya tidak boleh melebihi 10 persen dari total pendanaan awal sebesar Rp 7.000.000 atau setinggi-tingginya Rp 700.000 dalam bentuk uang tunai atau bentuk lainnya.
Konversi SKS
Selain mendapat keuntungan berupa dana pengembangan proyek, mahasiswa yang lulus seleksi juga direkomendasikan untuk mendapat konversi Satuan Kredit Semester (SKS).
Sebagai bagian dari pelaksanaan Program Merdeka Belajar - Kampus Merdeka (MBKM) dan untuk mendukung pencapaian indikator kinerja utama (IKU) perguruan tinggi, Kemendikbudristek mendukung adanya konversi SKS agar pihak kampus dapat memberikan lebih banyak fasilitas kepada mahasiswa agar mereka dapat mengembangkan diri melalui berbagai jenis pembelajaran
Kegiatan PKM pun diselenggarakan sejalan dengan prinsip pembelajaran MBKM. Maka program ini diharapkan dapat menjadi peluang bagi pengembangan kreativitas, inovasi, dan kapasitas mahasiswa, sehingga membantu mereka lebih mandiri dalam mencari pengetahuan dan solusi melalui situasi dan masalah yang ada dalam masyarakat.
Pilihan Editor: Mahasiswa Unpad Ciptakan Robot Pembasmi Larva Nyamuk Aedes Aegypti, Perangi DBD dari Akarnya