TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah terobosan brilian datang dari lima mahasiswa Universitas Padjadjaran atau Unpad. Kelima mahasiswa ini meraih pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) dengan proyek mereka, yakni "Smart Portable Larvasida Ball Berbahan Daun Ciplukan dan Kemangi sebagai Upaya Pengendalian Larva Nyamuk Aedes aegypti yang Terintegrasi Internet of Things (IoT).
Tim yang bernama “Ofelos Larvasida Ball” ini beranggotakan Alifia Febriani (Agribisnis), Dira Purwasih (Agribisnis), Siti Wahyu Sintasari (Kimia), Veadora Yasminingrum (Teknik Elektro), dan Adinda Salsabila (Teknik Informatika). Mereka menciptakan robot Ofelos sebagai tanggapan terhadap tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia yang disebabkan oleh penyebaran larva nyamuk Aedes aegypti.
Ide Menggunakan Daun Ciplukan dan Kemangi
Dalam wawancara dengan Tempo.co, Alifia yang merupakan Ketua tim Ofelos mengaku bahwa awalnya mereka hanya ingin memanfaatkan ekstrak tanaman untuk mengendalikan pertumbuhan larva. Namun setelah dikaji lebih dalam, terbentuklah robot pintar yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi, menyedot, dan mengendalikan larva nyamuk penyebab DBD tersebut.
Selain itu, ekstrak daun ciplukan dan kemangi dipilih bukan tanpa alasan. Ciplukan tumbuh subur di daerah dekat kampus mereka, sehingga mereka ingin memaksimalkan kegunaan tanaman yang biasanya hanya dimanfaatkan buahnya ini.
“Kami ingin mengoptimalkan kearifan lokal dan value dari daun ciplukan,” kata Alifia kepada Putri Safira dari Tempo.co, Selasa, 19 September 2023.
Terlebih, dalam penelitian mereka, ditemukan bahwa daun ciplukan mengandung tiga senyawa yang menimbulkan efek luar biasa bagi larva. Ketiga senyawa ini jika dikombinasikan dapat merusak sistem saraf, pencernaan, dan pernapasan larva.
Sedangkan daun kemangi, menurut Siti Wahyu Sintasari, berperan dalam menyediakan zat adiktif agar senyawa yang dihasilkan daun ciplukan dapat bekerja dari dalam tubuh larva. Tak hanya itu, kemangi juga mengandung senyawa yang berfungsi untuk mengganggu sistem saraf dan memberikan sensasi terbakar pada kulit larva.
Keistimewaan Larvasida Ball
Selain penggunaan daun ciplukan dan kemangi, yang istimewa dari robot Larvasida Ball ini adalah bentuknya yang kecil dan unik, serta sistem operasinya yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT).
Robot Larvasida Ball dibuat dengan dasar bahwa larva penyebab DBD banyak ditemui di selokan. Maka dari itu, terciptalah alat yang cukup kecil namun efektif untuk bisa menangkap larva dan membunuhnya.
“Kami ingin memutus rantai siklus hidup si nyamuk itu sendiri, jadi kami berfokusnya itu mengendalikan larva, terlebih di daerah selokan,” kata Alifia.
Di dalam Larvasida Ball, terdapat dua pompa yang berfungsi menyedot larva. Larva yang telah masuk bola kemudian dapat terbunuh dengan adanya ekstrak daun ciplukan dan kemangi.
Untuk menggerakkannya, robot berbentuk bola ini menggunakan sistem IOT. Sistem ini memungkinkan robot bisa digerakkan dengan navigasi melalui website.
Dengan dukungan ESP32 yang memiliki kemampuan WiFi dan Bluetooth terintegrasi, robot dapat digunakan secara nirkabel melalui koneksinya ke internet.
Robot ini juga telah dilengkapi kamera yang dapat merekam keadaan sekitar selokan yang menjadi tempat bersarangnya larva. Kamera ini pun telah terintegrasi dan bisa dikontrol melalui website yang sama.
Dalam pengembangan robot ini, tim Ofelos memiliki harapan untuk bisa mencapai salah satu poin dari SDGs yang gencar diagungkan di Indonesia. Selain itu, diharapkan pula penggunaan bahan ramah lingkungan seperti daun ciplukan dan kemangi dapat mengurangi penggunaan bahan kimia sintetik dapat mencemari lingkungan.
“Kami berharap prototipe kami bisa menyelesaikan masalah resistensi nyamuk tersebut,” ujar Siti Wahyu Sintasari.
Pilihan Editor: 66 Tahun Universitas Padjadjaran, Begini Sejarah Unpad dan Alasan Pindah ke Jatinangor