TEMPO.CO, Jakarta - Operasi Al-Aqsa Flood atau Banjir Al-Aqsa yang dilakukan Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023, mempertontonkan kegagalan intelijen Israel yang serius. Teori-teori yang beredar di media sosial memprediksi apa yang menghalangi intelijen Israel dan otoritas Barat mendeteksi rencana Hamas.
Sebuah teori utama yang mendominasi perbincangan di internet, sebagaimana dikutip Albawaba, mengatakan bahwa para pemimpin Hamas menggunakan ponsel dan perangkat elektronik Huawei yang memberikan keamanan tinggi untuk mencegah intelijen Israel meretasnya.
Seorang pengguna bernama DaiWW (@BeijingDai) memposting di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. "Kepada semua orang yang bertanya; bagaimana Israel dengan badan keamanan dan intelijennya gagal mendeteksi rencana Hamas untuk melakukan invasi berani ke Israel?!"
Postingan itu ditimpali oleh Aimen Dean, agen M16. "Jawaban Sebagian: Huawei! Ya, selama lebih dari 30 bulan terakhir, para pemimpin dan militan Hamas menggunakan ponsel, tablet, dan laptop Huawei!" ujarnya.
Dia menjelaskan secara rinci mengapa begitu sulit untuk memecahkan ponsel Huawei dengan alasan bahwa Google dan perusahaan teknologi AS lainnya melarang perusahaan Tiongkok menggunakan sistem mereka sehingga memaksa Huawei untuk mengembangkan sistem internalnya sendiri yang tidak mudah diretas kecuali oleh Tiongkok.
Namun, klaim keunggulan dari ponsel tersebut juga dibantah oleh sebagian pihak. “Perangkat dan jaringan dalam hal ini tidak bergantung pada vendor dalam hal penyadapan. Itu tergantung pada operatornya. Seberapa besar keamanan yang dia terapkan, seberapa besar akses yang ingin dia berikan ke jaringan intinya,” ujar anggota forum teknologi.
Badan intelijen dan keamanan Israel dipertanyakan karena gagal mengantisipasi serangan skala besar itu. Menurut media Israel, sebagaimana dikutip NPR, sedikitnya 700 warga Israel tewas dan lebih dari 2.100 orang terluka. Israel membalasnya dengan melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran di Jalur Gaza. Lebih dari 400 warga Palestina tewas dan lebih dari 2.300 orang terluka.
Jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah seiring berlanjutnya pertempuran.“Tidak ada badan intelijen nasional yang mahatahu atau tanpa cela, tapi ini hanyalah kegagalan besar,” kata Bruce Hoffman, peneliti senior bidang kontraterorisme dan keamanan dalam negeri di Dewan Hubungan Luar Negeri. "Sungguh mengherankan hal ini bisa terjadi."
Israel telah lama bangga dengan pagar perbatasan dan tembok bawah tanahnya yang canggih di dekat Gaza. Namun pada hari Sabtu, pejuang Hamas berhasil menembus pagar perbatasan di setidaknya satu lokasi dengan bahan peledak dan alat berat, menurut video dari tempat kejadian. Militan juga melakukan operasi amfibi di Laut Mediterania dan menggunakan paralayang untuk mencapai dua lusin lokasi di Israel.
Kelompok militan tersebut juga meluncurkan ribuan roket, yang mengejutkan badan intelijen dan sistem pengawasan Israel yang dibanggakan. Israel diyakini mampu mendengarkan hampir semua panggilan telepon di Gaza, dan memiliki banyak informan di sana.
"Kami terkejut pagi ini. Tentang kegagalan, saya memilih untuk tidak membicarakan hal ini sekarang. Kami sedang berperang. Kami sedang berperang," kata Letkol Richard Hecht, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel, pada hari Sabtu di CNN.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.