Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Psikolog dan Kementerian Bicara Fenomena Stres Berujung Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Ilustrasi. TEMPO/Zulkarnain
Ilustrasi. TEMPO/Zulkarnain
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Klinis Dewasa, Wiwit Puspitasari Dewi mengatakan stres adalah situasi yang wajar dialami oleh semua orang, termasuk mahasiswa. Beberapa penyebabnya seperti tekanan akademik, tekanan dalam relasi dengan teman atau orang terdekat, atau orang tua.

Selain itu, faktor isu-isu kesehatan mental yang banyak terjadi di usia mahasiswa. Bisa pula stres melihat situasi yang dialami orang-orang terkasihnya. "Sehingga, stres atau tekanan itu rentan dialami oleh mahasiswa," kata Wiwit pada Sabtu, 14 Oktober 2023. 

Secara umum, tambah Wiwit, seseorang yang mengalami stres biasanya akan berusaha melakukan berbagai cara untuk mengatasi atau mengelolanya. Namun, ada kalanya di mana stres atau tekanan yang dirasakan sangat berat. Akibatnya, dia mungkin tidak punya sumber daya yang cukup untuk menghadapi tekanan itu.

Misalnya, seorang mahasiswa yang mengalami stres berkepanjangan. Akan tetapi, dia tidak bisa menghadapinya dengan baik, misalnya karena ada isu kesehatan mental tertentu. Bisa juga karena minimnya dukungan atau merasa terus-terusan menjadi beban, sehingga tidak bisa cerita ke orang lain. Pada akhirnya, merasa tidak punya harapan untuk menyelesaikan masalahnya karena tidak tahu lagi dengan cara apa. 

"Gabungan hal-hal itu bisa memungkinkan seseorang berpikir untuk mengakhiri hidup, sebagai salah satu solusi untuk menyelesaikannya. Walaupun memang mungkin gak semua orang langsung mengambil keputusan itu, tapi mungkin ide-ide itu bisa saja muncul ," ujar Wiwit.

Dalam kesempatan terpisah, Plt Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam menekankan pentingnya membangun kampus yang sehat, aman, dan nyaman atau disingkat SAN bagi semua warganya. "Suasana kampus harusnya penuh kekeluargaan, saling asah, asih dan asuh. Penuh dengan diskursus intelektual dan pengembangan diri yang sehat dan saling menghormati," tuturnya pada Jumat, 13 Oktober 2023.

Mitigasi bunuh diri yang dapat dilakukan di kampus

Wiwit menambahkan, mitigasi bunuh diri pada mahasiswa juga dapat dilakukan di kampus. Upaya paling umum menurutnya adalah menyediakan layanan konseling bagi sivitas akademika. Sebab, tidak semua kampus punya layanan konseling. "Sebenarnya tidak hanya layanan konseling, tapi juga orang-orang di dalamnya. Harapannya adalah orang-orang yang tidak banyak punya judgement untuk isu-isu atau kasus-kasus mengakhiri hidup," kata psikolog yang juga praktik di Cornerstone Psychological Center Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan itu. 

Menghakimi yang dimaksud Wiwit adalah cara menilai kecenderungan atau pikiran seseorang untuk bunuh diri. Misalnya, menilai bahwa apa yang mereka pikirkan untuk mengakhiri hidup adalah sesuatu yang sangat salah."Mulailah dengan cara mendengarkan dulu apa yang menjadi isu mereka. Kita perlu belajar untuk tidak mudah menghakimi para mahasiswa," ujarnya.

Selain itu, Wiwit juga menekankan untuk memahami perbedaan generasi dulu dengan saat ini. Ringkasnya, apa yang mahasiswa anggap berat, bisa saja generasi lain tidak melihatnya sebagai sesuatu yang berat. "Itu kadang-kadang bukan karena mereka yang benar-benar lemah, tapi bisa saja mereka yang terbentuk dengan cara seperti itu. Juga, tantangan yang mereka hadapi itu sudah jauh berbeda dibandingkan dengan tantangan kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal lain yang juga dapat diupayakan kampus adalah mentoring dan peer counselor. Opsi ini memungkinkan agar mahasiswa semakin nyaman untuk menceritakan masalah mereka. Sebab, yang berperan sebagai peer counselor di kampus atau mentoring adalah teman-teman yang seusia. Hal ini mungkin akan membuat mahasiswa bisa lebih nyaman untuk menceritakan masalah mereka. 

"Selain itu, mungkin para staf, dosen atau sivitas akademika lain juga perlu diberikan edukasi mengenai isu kesehatan mental atau mungkin indikasi bunuh diri atau indikasi kesehatan mental yang lain," kata Wiwit.

Menurut Wiwit, saat ini mahasiswa sudah lebih melek teknologi. Artinya, potensi untuk paham dan sadar tentang isu kesehatan mental lebih besar. Namun, perlu adanya edukasi karena mungkin sivitas akademika belum teredukasi dengan baik. Sehingga, jika bertemu dengan mahasiswa yang menunjukkan gejala atau masalah kesehatan mental, orang-orang di sekitarnya bisa cepat menyadari. Kemudian, bisa jadi teman diskusi atau bisa merujuk mereka ke layanan konseling di kampus. 

"Layanan konseling bagi sivitas akademika masih penting hingga saat ini, apalagi mungkin belum semua kampus punya. Biasanya, mungkin layanan konseling ini ada di kampus yang punya fakultas psikologi atau fakultas kedokteran yang ada psikiaternya," ujar Wiwit.  

Namun, salah satu kendala dalam menyediakan layanan konseling di seluruh kampus, menurut Nizam adalah keterbatasan sumber daya. Ia juga membenarkan bahwa belum banyak kampus yang menyediakan layanan konseling dan bantuan psikologis bagi sivitasnya. 

"Sehingga, menjadi tugas kita bersama, terutama warga kampus untuk membangun kampus yang SAN tadi. Dengan begitu, setidaknya akan mengurangi peluang stres dan depresi warganya. Mencegah selalu lebih baik dari mengobati," kata Nizam.

Pilihan Editor: Alasan Facebook, Instagram & Threads Hapus Konten Pujian dan Dukungan ke Hamas

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

23 jam lalu

Massa Aksi Palestina berkumpul menjelang rapat umum, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Sydney, Australia 3 Mei 2024. REUTERS/Alasdair Pal
Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.


Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

1 hari lalu

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

Kepolisian Philadelphia menolak permintaan Universitas Pennsylvania untuk membubarkan paksa perkemahan mahasiswa pendukung demo Palestina


Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

1 hari lalu

Konferensi Pers di Polres Metro Jakarta Selatan, pada Senin, 29 April 2024, mengenai kasus Brigadir RA yang tewas di dalam mobil Alphard, pada Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.


Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

2 hari lalu

Ilustrasi guru sedang berdiskusi dengan siswa sekolah.
Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.


Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

2 hari lalu

Ilustrasi dosen sedang mengajar. shutterstock.com
Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.


Keluarga Akui Tak Tahu Detail Masalah Pribadi yang Diduga Sebabkan Brigadir RA Tewas

2 hari lalu

Tempo Explain: Tanda Tanya di Balik Kematian Brigadir Ridhal Ali
Keluarga Akui Tak Tahu Detail Masalah Pribadi yang Diduga Sebabkan Brigadir RA Tewas

Keluarga Brigadir RA masih menunggu hasil pemeriksaan ponsel oleh penyidik Polres Jakarta Selatan


Penyidikan Kematian Brigadir RA Disetop, Ini Kata Kapolri

2 hari lalu

Presiden Partai Buruh sekaligus Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, Kapolri Listyo Sigit Prabowo, dan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea dalam konferensi pers May Day di Stadion Madya, Senayan, Jakarta Pusat pada 1 Mei 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Penyidikan Kematian Brigadir RA Disetop, Ini Kata Kapolri

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merespons perihal penghentian penyidikan kasus kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RA


Cerita Sepupu saat Memandikan Jenazah Brigadir RA

2 hari lalu

Brigadir Ridhal Ali Tomi, anggota Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Manado. Dia ditemukan tewas di dalam mobil Toyota Alphard hitam dengan kepala tertembak, di Jalan Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan, Kamis, 15 April 2024. Dok. Instagram
Cerita Sepupu saat Memandikan Jenazah Brigadir RA

Sepupu Brigadir Ridhal Ali Tomi (Brigadir RA), Rudi Dagong, bercerita saat dia memeriksa jenazah hingga memandikannya


Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

3 hari lalu

Brigadir Ridhal Ali Tomi, anggota Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Manado. Dia ditemukan tewas di dalam mobil Toyota Alphard hitam dengan kepala tertembak, di Jalan Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan, Kamis, 15 April 2024. Dok. Instagram
Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

Jenazah Brigadir RA dijemput tiga perwakilan keluarga dan komandannya di Polresta Manado.


Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

3 hari lalu

Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com
Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.