Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bumi Sumuk & Ide Ledakkan Zat Pendingin ke Atmosfer, Bisa Cegah Pemanasan Global?

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Seorang warga berjalan di dekat instalasi
Seorang warga berjalan di dekat instalasi "Art Eggcident" karya seniman Belanda Henk Hofstra di trotoar Faria Lima Avenue, di Sao Paulo, Brasil, 18 September 2023. Instalasi urban karya seniman Belanda, Henk Hofstra tersebut digelar untuk menarik perhatian publik di tengah isu pemanasan global. REUTERS/Amanda Perobelli
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika dunia sedang berjuang untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, para ilmuwan sedang mempelajari apakah geoengineering atmosfer dapat membantu membatasi pemanasan global dan mencegah bencana iklim.

Salah satu metode yang potensial, mengutip Reuters, adalah manajemen radiasi matahari (solar radiasi manajemen/SRM). Metode ini berupaya untuk memantulkan sinar matahari kembali ke ruang angkasa. Usulan yang paling terkenal adalah dengan meledakkan sulfur dioksida – zat pendingin – ke atmosfer yang lebih tinggi.

Perdebatan mengenai kemanjurannya terus meningkat, Amerika Serikat, Eropa dan beberapa kelompok lingkungan hidup angkat bicara mengenai peluang dan risikonya. Saat ini diskusi yang ada sebagian besar masih bersifat teoretis, dan hanya ada sedikit proyek skala kecil yang beroperasi.

Teknologi apa?

Ide untuk menyuntikkan sulfur dioksida (SO2) ke atmosfer bukanlah hal baru. Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS mengusulkan gagasan ini sejak tahun 1992, sementara para ilmuwan telah mendokumentasikan letusan gunung berapi, yang mengeluarkan sejumlah besar SO2 ke udara, mempunyai efek pendinginan pada planet ini.

Upaya untuk menghilangkan SO2 sebagai polutan udara yang berbahaya di Tiongkok dan negara lain selama satu dekade terakhir telah mengurangi efek pendinginan dan “terbukanya” panas yang disebabkan oleh gas rumah kaca, sehingga berkontribusi terhadap kenaikan suhu global.

Perusahaan rintisan yang berbasis di AS, Make Sunsets, salah satu dari sedikit usaha komersial yang terlibat dalam sektor ini, merilis dua balon cuaca yang mengandung sulfur dioksida di Meksiko tahun lalu, sehingga mendorong pemerintah Meksiko untuk melarang aktivitas tersebut pada bulan Januari.

Pendiri perusahaan Luke Iseman mengatakan kepada Reuters bahwa memulai proyek di Amerika Serikat lebih "mudah" dan 30 peluncuran telah dilakukan, didanai dengan menjual "kredit pendingin" kepada pelanggan.

Namun selain Make Sunsets, sejauh ini hanya sejumlah kecil proyek penelitian lain yang telah dilakukan, termasuk peluncuran balon cuaca ketinggian di tenggara Inggris pada tahun 2022 untuk menguji kelayakan peralatan injeksi aerosol.

Beberapa proyek lain telah dibatalkan karena penolakan publik, termasuk usaha Universitas Harvard dan Perusahaan Luar Angkasa Swedia pada tahun 2021.

Penelitian telah dilakukan terhadap teknologi SRM lain yang berpotensi tidak terlalu berbahaya, termasuk pencerah awan laut, yang melibatkan penyemprotan air laut dari kapal untuk membuat awan lebih reflektif.

Meskipun metode ini tidak terlalu mengganggu dan tidak terlalu merusak dibandingkan injeksi aerosol stratosfer, metode ini terbukti lebih mahal dan terlalu boros energi, kata Benjamin Sovacool, Profesor Bumi dan Lingkungan di Universitas Boston, yang telah mempelajari potensi penerapannya di Great Barrier Reef.

Kekhawatiran kritikus

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Puluhan ilmuwan menyerukan “penilaian internasional yang komprehensif” terhadap penggunaan SRM untuk memahami risiko yang ada, dan peraturan yang mungkin diperlukan untuk menerapkan teknologi tersebut dalam skala yang lebih luas.

Mereka mengatakan dalam sebuah surat yang diterbitkan pada bulan Februari, kecil kemungkinan emisi karbon dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cukup cepat untuk menjaga kenaikan suhu di bawah 2 derajat Celcius dan bahwa intervensi SRM dapat dilakukan bila diperlukan untuk menghindari titik kritis iklim.

Penentang metode ini mengatakan meski suntikan aerosol sulfat dapat mendinginkan planet ini, efek sampingnya bahkan lebih merusak. Satu kelompok yang terdiri dari 60 ilmuwan meluncurkan inisiatif global tahun lalu yang bertujuan untuk membujuk pemerintah agar melarang eksperimen geoengineering tenaga surya di luar ruangan.

Kelompok tersebut memperingatkan risiko SRM terlalu besar dan dapat berdampak pada pola cuaca, pertanian, dan “penyediaan kebutuhan dasar pangan dan air”.

Para kritikus menunjuk pada model yang menunjukkan SRM dapat mengganggu musim hujan dan menyebabkan kekeringan di Afrika dan Asia. Ada pula yang berpendapat bahwa hal ini juga dapat memperlambat pemulihan lapisan ozon atau menyebabkan lonjakan hujan asam yang berbahaya.

Teknologi ini bahkan bisa dijadikan senjata oleh “negara nakal” atau perusahaan swasta yang tidak bermoral dan menciptakan ancaman geopolitik dan keamanan baru, Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) memperingatkan dalam sebuah laporan yang diterbitkan tahun ini.

Para penentang juga khawatir teknologi ini dapat menjadi alasan untuk menunda peralihan menuju emisi gas rumah kaca yang nol. Yang terpenting, meskipun intervensi SRM berhasil menurunkan suhu, hal ini tidak akan memperbaiki konsekuensi lain dari peningkatan kadar CO2, seperti pengasaman laut.

“Penting bagi masyarakat untuk memahami teknologi SRM tidak menyelesaikan krisis iklim karena teknologi tersebut tidak mengurangi emisi gas rumah kaca atau membalikkan dampak perubahan iklim,” kata Andrea Hinwood, kepala ilmuwan UNEP.

Dampaknya juga hanya bersifat jangka pendek, sehingga meningkatkan kemungkinan negara-negara terpaksa menerapkan SRM selama berabad-abad.

“Setelah Anda berkomitmen, Anda harus terus melakukannya,” kata Laura Wilcox, pakar iklim di Universitas Exeter, Inggris. “Jika kita berhenti, maka kita akan melihat semua pemanasan yang telah kita lewatkan, pada dasarnya dalam skala waktu iklim dalam semalam. Jadi ini adalah permainan yang berbahaya.”

Pilihan Editor: Banyak ASN Akan Pindah IKN, Anak Sekolah di Mana? Ini Jawab Jokowi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

4 jam lalu

Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto dalam World Economic Forum (WEF) Special Meeting di King Abdul Aziz Conference Center, Riyadh, Arab Saudi pada Ahad, 28 April 2024. Dok. Humas Kemenko Perekonomian.
Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.


Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

7 jam lalu

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius


Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

14 jam lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan asap dan abu erupsi Gunung Ruang dilihat dari desa Tagulandang, Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.


Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

17 jam lalu

Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM Cahyo Rahardian Muzhar (kedua kiri) di sela jumpa pers pada pertemuan pejabat senior ASEAN di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, Selasa, 30 April 2024. Foto: ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

Lembaga antikorupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO), mendapat kompensasi 992 juta Euro terkait kasus suap pembelian pesawat Garuda pada 2017


Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

1 hari lalu

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2023 di Menko Perekonomian, Jakarta, Senin, 5 Februari 2024. Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi 2023 mencapai 5,05 persen atau lebih rendah dibandingkan tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,31 persen. TEMPO/Tony Hartawan
Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.


Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

1 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

2 hari lalu

Cradle of Filth. Instagram
Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

Cradle of Filth tak hanya sebuah band metal, mereka simbol keberanian untuk mengekspresikan ketidaknyamanan, kegelapan, dan imajinasi lintas batas.


Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

2 hari lalu

Tugu Peringatan Angkatan Bersenjata terbesar di Arboretum. Thenma.org.uk
Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia


Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

3 hari lalu

Sejumlah imigran melintasi pagar pembatas saat memasuki area Channel Tunnel, terowongan kereta bawah laut yang menghubungkan antara Inggris dan Prancis di Calais, Prancis, 29 Juli 2015. Lebih dari 2.000 imigran ilegal melakukan aksi berbahaya dengan mencoba memasuki Inggris dari Perancis melalui Channel Tunnel. REUTERS/Pascal Rossignol
Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.