TEMPO.CO, Jakarta - Di era Pemilihan Umum (Pemilu) seperti sekarang, istilah silent majority kerap kali terdengar. Silent majority artinya apa?
Istilah ini mengacu pada kelompok besar pemilih yang tidak terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon (Paslon).
Agar lebih memahami apa itu silent majority, asul-asul, hingga fenomena silent majority, berikut ini informasinya untuk Anda.
Apa Itu Silent Majority?
Jika didefinisikan, silent majority adalah kelompok besar masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terlibat aktif dalam politik dan tidak mengungkapkan pendapat politiknya di depan umum.
Silent majority terdiri dari beragam individu yang memiliki berbagai latar belakang, keyakinan, dan kepentingan.
Mereka mungkin terdiri dari pemilih biasa yang menjalani kehidupan sehari-hari tanpa terlalu terpengaruh oleh berita politik atau perdebatan publik.
Meskipun mereka mungkin memiliki preferensi politik, mereka cenderung memilih untuk menjaga pendapat mereka sendiri dan mungkin tidak mengungkapkan dukungan mereka secara terbuka.
Meskipun terdengar kontradiktif, silent majority memiliki potensi untuk memengaruhi hasil pemilihan umum secara signifikan. Karena ukurannya yang besar, kelompok ini memiliki kekuatan untuk menjadi penentu dalam menentukan hasil suatu pemilihan.
Kandidat yang dapat menarik dukungan dari silent majority memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan pemilihan, karena mereka mewakili suara mayoritas yang diam.
Meskipun seringkali tidak terlihat secara langsung, penting untuk memperhatikan silent majority dalam pemilihan umum.
Kandidat yang dapat mengerti kekhawatiran dan kebutuhan kelompok ini, serta berhasil membangun hubungan dengannya, memiliki peluang yang lebih besar untuk meraih kemenangan.
Oleh karena itu, strategi kampanye yang berhasil harus mencoba untuk merangkul tidak hanya pemilih yang vokal secara politik, tetapi juga silent majority.
Asal Usul Silent Majority
Istilah silent majority pertama digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanyenya pada tahun 1919.
Pada tahun 1960-an, istilah silent majority mendapatkan perhatian dari Nixon sebagai cara untuk menggalangkan semangat para pemilih yang mungkin belum memilih karena merasa tidak puas terhadap pemilu.
Dalam pidatonya pada tahun 1969, Nixon memakai istilah tersebut untuk menarik sejumlah pemilih yang mendukungnya, meskipun hal itu tidak terjamin dalam jajak pendapat atau kaum intelektual politik dan sosial internasional.
Walaupun istilah silent majority menjadi terkenal melalui Nixon, namun konsepnya sendiri telah ada dalam beberapa bentuk.
Penggunaan istilah ini oleh Nixon membawa konsep silent majority ke panggung politik yang lebih luas dan membuatnya dikenal di seluruh Amerika Serikat bahkan dunia. Sehingga sejak saat ini, istilah silent majority telah menjadi bagian dari kosa kata politik.
Telah digunakan selama 50 tahun lebih sejak Nixon menggunakannya, istilah ini sering merujuk pada mereka yang tersinggung dengan munculnya kebenaran politik dan anggapan elitisme dari kaum kiri liberal dan pakar politik.
Kendati demikian, apapun kelompok yang dimaksud, silent majority masih digunakan oleh para politisi sebagai cara untuk menarik pemilih yang merasa menjadi bagian dari kelompok orang dilupakan dan selalu mencari kandidat yang sesuai dengan nilai dan prinsipnya.
Fenomena Silent Majority
Silent majority telah menjadi bahan diskusi penting dalam politik, khususnya ketika pemilu karena menyoroti perbedaan antara kelompok pemilih dengan ‘suara keras’ dan terorganisir serta pendapat mayoritas yang diam atau tidak terwakili.
Beberapa politisi dan pemimpin masyarakat mencoba untuk memahami dan memperhitungkan pendapat dari silent majority dalam kebijakan dan keputusan politik mereka.
Pemahaman tentang fenomena silent majority juga telah berkembang di luar politik. Dalam budaya masyarakat, silent majority terkadang dipahami sebagai kelompok yang tidak aktif atau tidak terdengar dalam diskusi publik, namun memiliki pendapat yang dapat dipertimbangkan dalam mengawal isu-isu tertentu.
Fenomena silent majority mengingatkan kita bahwa tidak semua pandangan atau opini masyarakat dalam suara yang terdengar paling keras atau paling aktif di luar publik.
Terkadang, keheningan mayoritas juga merupakan kekuatan yang dapat mempengaruhi arah atau keputusan politik dan sosial. Demikian informasi mengenai silent majority. Semoga bermanfaat, ya.
AULIA ULVA
Pilihan Editor: Pilpres 2024, Ini 3 Hal yang Bisa Menyebabkan Pemilu Ditunda