TEMPO.CO, Jakarta -
Persaingan antara Gemini AI milik Google dengan ChatGPT buatan OpenAI semakin ketat. Para pengembang kedua teknologi kecerdasan buatan atau AI itu beradu inovasi untuk menggalang pengguna dalam skala global. Dari penelusuran Tempo, masing-masing teknologi memilik keunikan tersendiri. Penggunaannya tergantung situasi dan kebutuhan konsumen.
Pada 9 Februari 2024, nama Bard Google diubah menjadi Gemini AI. Chief Executive Officer (CEO) Google, Sundar Pichai, mengatakan Gemini AI adalah model bahasa besar terbaru dari entitasnya. Peluncuran Gemini AI menjadi awal era baru kecerdasan buatan AI. Teknologi tersebut diklaim memiliki kemampuan penalaran yang canggih dan bisa memahami teks, audio, gambar, serta kode komputer.
Adapun ChatGPT dari OpenAI sudah menjadi chatbot terkemuka selama beberapa tahun terakhir. Sistem itu menggunakan model bahasa alami untuk berinteraksi dengan pengguna.
Performa Gemini AI dan ChatGPT
Gemini AI unggul dalam hal akademis, terutama setelah disusul peluncuran Gemini Ultra. Gemini disebutkan mampu mengalahkan pakar manusia dalam beberapa pengujian benchmark. Gemini Ultra mencetak skor luar biasa pada Massive Multitask Language Understanding (MMLU), menunjukkan kemampuannya untuk memahami beragam subjek.
Dalam tes tersebut, fitur AI Google ini bisa mengerjakan puluhan subjek, seperti matematika, sains, hukum, kedokteran, bahkan humaniora. Gemini pun bisa menggarap coding tingkat mahir, dan sebagaina.
Adapun ChatGPT milik OpenAI ini masih kalah dalam beberapa tolok ukur, namun unggul dari segi popularitas dan keterjangkauan pemakaian. Model bahasa ChatGPT lebih dikenali di skala global.Dalam tes Big-Bench Hard, Gemini AI unggul dalam tugas penalaran multi-langkah dengan skor 83,6 persen, sedangkan skor ChatGPT hanya 83,1 persen.
Selanjutnya, Pembaruan Data dan Respons Terkini