TEMPO.CO, Jakarta - Orang-orang yang memiliki kandungan mikroplastik dan nanoplastik dalam plak di dinding pembuluh darahnya lebih cenderung untuk mengalami serangan jantung atau stroke, dibandingkan mereka pemilik plak yang bebas dari kandungan plastik. Temuan ini disampaikan dalam laporan hasil penelitian yang dipublikasi dalam The New England Journal of Medicine terbit 7 Maet 2024.
Mikroplastik terbentuk ketika sinar matahari, air, dan unsur lain menghancurkan plastik ke dalam fragmen-fragmen berukuran kurang dari 5 milimeter. Pada ukuran ini, plastik bisa terbawa ke dalam tubuh dan darah lewat makanan, air, bahkan udara yang kita hirup. Meski begitu, sampai kini belum banyak yang diketahui tentang potensi dampaknya terhadap kesehatan.
Atas dasar itu, Francesco Prattichizzo dari IRCCS MultiMedica, sebuah rumah sakit di Italia, mencari bukti keberadaan mikroplastik dalam plak yang menumpuk di dinding arteri dari 257 orang dewasa. Seluruh 257 orang itu menjalani operasi pembersihan penumpukan plak dalam pembuluh darah di otak antara Agustus 2019 dan Agustus 2020.
"Produksi plastik terus meningkat dan diproyeksi masih akan terus meningkat, jadi kita harus tahu bagaimana jika beberapa di antara molekulnya itu berdampak ke kesehatan kita," kata Prattichizzo.
Analisis kimia yang kemudian dilakukan mendeteksi adanya mikroplastik dan nanoplastik dalam plak dari 150 partisipan di antaranya. Menggunakan mikroskop, Prattichizzo dan timnya juga bisa melihat partikel-partikel tak beraturan dengan tepian runcing sebagai bukti penampakan dari mikroplastik dan nanoplastik tersebut.
Tim peneliti kemudian memantau kondisi seluruh 257 partisipan sampai Juli 2023. Hasilnya, dalam periode itu, ditemukan mereka yang plak-nya mengandung mikroplastik memiliki risiko serangan jantung atau stroke dan kematian yang meningkat.
Rata-rata, peningkatan risiko itu lebih dari empat kali dibandingkan partisipan dengan plak yang bebas dari kandungan plastik. Ini menuntun kepada dugaan kalau mikroplastik berkontribusi kepada penyakit kardiovaskuler.
Prattichizzo mengatakan, temuan ini hanya menetapkan hubungan antara mikroplastik dan penyakit jantung, bukan membuktikan mikroplastik sebagai penyebab penyakit jantung. Dia dan timnya tak dapat mendiskon kemungkinan faktor penyebab lain mungkin berada di balik hubungan keduanya, seperti diet dan polusi udara.
Meski begitu, mereka juga menemukan banyak molekul peradangan dalam tumpukan plak yang mengandung plastik. Ini, kata Prattichizzo, "Mungkin saja mikroplastik dalam aliran darah memperparah peradangan, yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke."
Tracey Woodruff dari University of California, San Francisco, menyatakan plastik mengandung begitu banyak unsur kimia yang berbeda-beda yang dapat berdampak buruk untuk kesehatan. Dia mengatakan, "Tak terkejut dengan temuan-temuan bermunculan atas bukti dampak kesehatan."
NEWSCIENTIST, NEJM
Pilihan Editor: Qualcomm Bakal Rilis Chip Terbaru, Ini Bocoran Daftar Ponsel yang Sudah Memesannya