TEMPO.CO, Jakarta - TikTok bereksperimen untuk menguji influencer virtual bertenaga kecerdasan buatan atau AI. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk memasarkan produknya di TikTok tanpa harus harus bicara langsung di depan kamera. Namun skrip dan pedoman penjualan tetap harus dipantau dan diatur oleh masing-masing pengguna.
Hadirnya influencer virtual AI disebut sebagai upaya memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan di masa kini yang semakin masif. Pelbagai perusahaan teknologi berlomba-lomba menggunakan AI sebagai daya tariknya.
Hanya saja, dikutip dari Gizmochina, Senin, 15 April 2024, hadirnya influencer virtual AI membuat beberapa pengguna internet dan pengiklan khawatir ihwal persaingan bisnis dan kemampuan AI yang belum mampu menarik banyak penonton untuk membeli produk mereka.
Virtual AI untuk jualan di TikTok tidak semenarik pengiklan sebenarnya. Influencer asli bisa memanfaatkan momen dan ruang diskusi yang lebih banyak kepada penonton dibanding influencer AI. Bahkan TikTok telah melakukan survei internal dan mendapatkan data kalau virtual AI tidak mampu meningkatkan penjualan, dibanding pemasaran langsung oleh manusia.
Hasil survei yang tidak berdampak signifikan ini, juga membuat perusahaan induk TikTok, ByteDance, belum mengonfirmasi secara resmi kapan peluncuran virtual AI untuk E-Commerce digelar. Bisa saja fitur ini disempurnakan atau malah dihapus karena tidak berdampak untuk pengguna.
Lebih lanjut, banyak pengamat teknologi yang menyarankan kepada TikTok untuk mengkaji kembali penggunaan virtual AI untuk E-Commerce. Sentimen dari pengguna harus lebih diperhatikan dan memastikan kalau influencer berbasis AI tidak akan menggantikan manusia secara keseluruhan untuk menjalankan bisnisnya.
Pilihan Editor: Dosen Malaysia Tuding Guru Besar Unas, Ini Dampak Penggunaan Jurnal Predator