Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dosen Malaysia Tuding Guru Besar Unas, Ini Dampak Penggunaan Jurnal Predator

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Safwan Mohd Nor, seorang associate professor bidang keuangan di Universiti Malaysia Terengganu, menuduh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional (Unas), Kumba Digdowiseiso, telah mencatut nama sederet panjang dosen di sebuah universitas di Malaysia untuk multipublikasi penelitian di jurnal predator

Universitas itu memang pernah dikunjungi Kumba, namun para dosennya tersebut mengaku tak tahu menahu riset dan publikasi oleh sang guru besar muda Unas itu. "Kami tidak tahu orang ini," kata Safwan Mohd Nor kepada RETRACTION WATCH dalam artikel 10 April 2024.

Nor menyatakan mendapati namanya dalam daftar penulis di empat paper dalam jurnal yang tak diindeks oleh Web of Science Clarivate. Dia menyebut sepertinya telah terjadi penipuan atau praktik publikasi penelitian di jurnal predator. Lantas, bagaimana dampak publikasi di jurnal predator?   

The Conversation dalam laporannya, 25 September 2023, menyebutkan beberapa jurnal membebankan biaya kepada akademisi untuk mempublikasikan penelitian mereka tanpa terlebih dahulu mengedit atau meneliti karya tersebut dengan standar etika atau editorial apapun. 

Publikasi berorientasi profit ini sering dikenal sebagai jurnal predator karena merupakan publikasi yang mengklaim sebagai jurnal ilmiah yang sah namun ‘memangsa’ akademisi yang tidak menaruh curiga untuk membayar guna mempublikasikan dan sering salah menggambarkan praktik penerbitan mereka.

Terdapat sekitar 996 penerbit yang menerbitkan lebih dari 11.800 jurnal predator pada tahun 2015. Jumlah tersebut kira-kira sama dengan jumlah jurnal akademis yang sah dan memiliki akses terbuka – tersedia bagi pembaca tanpa biaya dan diarsipkan di perpustakaan yang didukung oleh lembaga pemerintah atau akademis – yang diterbitkan pada waktu yang hampir bersamaan. Pada tahun 2021, perkiraan lain menyebutkan ada 15.000 jurnal predator.

Tren ini dapat melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap validitas penelitian di berbagai bidang, mulai dari kesehatan dan pertanian hingga ekonomi dan jurnalisme. "Kami adalah akademisi di bidang jurnalisme dan etika media yang melihat dampak negatif penerbitan predator terhadap bidang jurnalisme dan komunikasi massa. Kami percaya, penting bagi masyarakat untuk memahami bagaimana masalah ini berdampak pada masyarakat secara lebih luas," tulis The Conversation.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam kebanyakan kasus, penelitian yang dipublikasikan di jurnal-jurnal ini bersifat biasa-biasa saja dan tidak dikutip oleh akademisi lain. Namun dalam kasus lain, penelitian yang dilaksanakan dengan buruk – sering kali mengenai sains – dapat menyesatkan ilmuwan dan menghasilkan temuan yang tidak benar.

Penerbitan di jurnal dianggap sebagai bagian penting dari aktivitas seorang akademisi karena tanggung jawab profesor umumnya mencakup menyumbangkan pengetahuan baru dan cara memecahkan masalah di bidang penelitiannya. Menerbitkan penelitian sering kali menjadi bagian penting bagi para akademisi untuk mempertahankan pekerjaan mereka, mendapatkan promosi atau menerima jabatan – seperti ungkapan lama dari dunia akademis, “kamu menerbitkan maka kamu ada”.

Penerbit predator menciptakan hambatan besar dalam upaya memastikan bahwa penelitian baru mengenai topik-topik penting memiliki dasar yang kuat dan jujur.

Hal ini dapat berdampak pada penelitian kesehatan dan medis, serta bidang lainnya. The Conversation, mengutip ahli kesehatan, menyebutkan adanya risiko bahwa para ilmuwan dapat memasukkan temuan yang salah ke dalam praktik klinis mereka.

Standar yang tinggi sangat penting di semua bidang penelitian. Para pengambil kebijakan, pemerintah, pendidik, pelajar, jurnalis, dan pihak-pihak lainnya harus dapat mengandalkan temuan-temuan penelitian yang kredibel dan akurat dalam pengambilan keputusan mereka, tanpa terus-menerus memeriksa ulang validitas sumber.

Pilihan Editor: BMKG: Jakarta Selatan dan Timur Berpotensi Hujan dan Angin Kencang pada Senin Sore

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

5 hari lalu

Ilustrasi otak. medicalnews.com
Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.


Cerita Mahasiswa Unas Diminta Cantumkan Nama Dosen di Artikel Ilmiahnya

6 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Cerita Mahasiswa Unas Diminta Cantumkan Nama Dosen di Artikel Ilmiahnya

Mahasiswa Unas sebetulnya tidak diwajibkan untuk membuat jurnal.


Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1

7 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1

IJTech milik FTUI kembali menjadi jurnal terindeks kuartil tertinggi (Q1) berdasarkan pemeringkatan SJR yang dirilis pada April 2024


Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

7 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.


Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

8 hari lalu

Aktivis perempuan termasuk dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar aksi Kampus Menggugat dalam peringatan Hari Kartini di Balairung UGM Yogyakarta Minggu 21 April 2024. Dok.istimewa
Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.


Demi Lobster Kawan Vietnam

8 hari lalu

Demi Lobster Kawan Vietnam

Pemerintah membuka kembali keran ekspor lobster dengan syarat para pengusaha membudidayakannya di sini atau di Vietnam-tujuan utama ekspor lobster.


KIKA Minta Tim Pencari Fakta Unas Investigasi Dugaan Plagiarisme Kumba Digdowiseiso

8 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
KIKA Minta Tim Pencari Fakta Unas Investigasi Dugaan Plagiarisme Kumba Digdowiseiso

Berdasarkan pencarian di Google Scholar, Kumba Digdowiseiso elah mempublikasikan 160 karya ilmiah di 2024.


Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

9 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

Unas membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional yang diduga melibatkan Kumba Digdowiseiso.


Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

9 hari lalu

Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

Koordinator KIKA, Satria Unggul, mengatakan bahwa keputusan yang jadi pilihan Kumba Digdowiseiso harus dihormati.


4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

10 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

Soal kasus Kumba Digdowiseiso, begini poin seruan KIKA atas kasus pelanggaran akademik.