TEMPO.CO, Jakarta - Para petani di Filipina masih didorong untuk menanam padi Beras Emas hasil rekayasa genetika. Dorongan itu sekalipun pengadilan setempat telah membatalkan izin penanaman jenis padi dari program penanggulangan malnutrisi tersebut.
Adrian Dubock, anggota Dewan Kemanusiaan Beras Emas, menyatakan bahwa Pemerintah Filipina mengajukan banding atas putusan pengadilan yang dijatuhkan pada 17 April 2024 tersebut. "Saya memprediksi banding kami akan dikabulkan," katanya dikutip dari New Scientist pada akhir April.
Beras Emas atau Golden Rice dikembangkan tim gabungan di Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) dan Institut Penelitian Padi Filipina dengan maksud memerangi problem kekurangan Vitamin A di dunia. Kekurangan Vitamin A disebutkan menjadi penyebab utama disabilitas dan kematian anak di dunia.
Diperkirakan, sebanyak setengah juta anak menjadi buta setiap tahunnya, separuh di antaranya meninggal dalam setahun. Masalah itu diyakini bisa dicegah jika anak-anak mendapat asupan makanan yang cukup mengandung Vitamin A, atau prekursor-nya seperti beta-karoten.
Penelitian untuk tujuan tersebut dimulai pada 1980-an. Rekayasa genetika dilakukan untuk beras bisa mengandung beta-karoten, yang kemudian menjadi dikenal sebagai Beras Emas karena warna dari pigmennya itu.
Termasuk dilakukan pengembangan varietas padi yang mendapatkan tambahan dua gen dari jagung dan bakterium. Tujuannya, memungkinkan beras dari padi itu memproduksi senyawa yang bisa berubah menjadi Vitamin A setelah nasi masuk ke tubuh.
Tapi, selama lebih dari 20 tahun pula kalangan aktivis lingkungan menentang hasil penelitian rekayasa genetika ini, berdampak padi Beras Emas terbatas penanamannya hanya di laboratorium dan uji coba.
Baru pada 2021, Pemerintah Filipina menerbitkan izin penanaman komersial Beras Malusog, sebuah varietas padi Beras Emas yang disesuaikan untuk kondisi dan rasa lokal. Para petani mulai menanam benihnya dalam jumlah terbatas pada 2022.
Saat itu pejabat pemerintahan di Filipina langsung berharap varietas itu akan menyumbang 10 persen dari produksi beras pada 8 tahun ke depannya. Dengan proporsi seperti itu diperhitungkan cukup untuk memenuhi kekurangan kebutuhan Vitamin A rumah tangga.
Golden rice. Foto : Shutterstock
Hingga pada 17 April lalu, Pengadilan Banding di Filipina membatalkan izin tersebut. Mengadili gugatan yang diajukan Greenpeace dan kelompok penggiat lainnya, hakim memutuskan bahwa tanpa konsensus ilmiah tentang keselamatannya, tidak boleh ada penanaman komersial padi Beras Emas.
Konstitusi di Filipina, menurut hakim, meminta pemerintah untuk mengikuti apa yang disebut prinsip kewaspadaan. Isinya, menunggu persetujuan atas tanaman dan aktivitas pertanian baru itu sampai para ilmuwan mencapai konsensus bahwa semua itu aman untuk manusia dan lingkungan.
Putusan banding juga menemukan kalau pemerintah belum menetapkan mekanisme pemantauan keselamatan dari menanam dan mengonsumsi Beras Emas. Jadi, putusan juga memblok uji lapangan baru di rumah kaca ataupun lahan terbuka, melumpuhkan riset sampai sebuah skema monitoring yang telah disetujui diberlakukan.
Putusan yang sama juga bisa menyasar riset yang sedang berjalan untuk mengembangkan varietas padi transgenik yang diperkuat dengan unsur seng dan besi, dan bahkan mengkombinasikan mereka dengan Golden Rice.
Dubock menuding ada faktor persaingan komersial dan korupsi di balik putusan itu. Pun dengan Ingo Potrykus, peneliti bioteknologi tanaman yang ikut memimpin pengembangan Golden Rice kala masih bekerja untuk Swiss Federal Institute of Technology. "Putusan ini adalah bencana untuk Golden Rice di Filipina dan lokasi lain," kata Potrykus kepada Science, 3 April 2024.
Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat telah seluruhnya menyetujui Berass Emas untuk konsumsi meski sedikit bukti budidaya yang sudah mulai dilakukan di negara-negara itu. Selain Filipina, hanya Bangladesh yang dekat ke penanaman komersial untuk konsumsi skala luas. Tapi di negara ini pun izin untuk mulai penanaman masih terus dikaji sejak 2017.
Kubu penggugat memandang putusan yang diberikan pengadilan adalah sebuah kemenangan monumental untuk petani dan masyarakat Filipina. Ini seperti yang disampaikan juru kampanye Greenpeace Asia Tenggara, Wilhelmina Pelegrina, dalam pernyataannya, dikutip dari Science.
Greenpeace bergabung dengan asosiasi petani dan organisasi serta individu lain yang menentang izin budidaya padi Beras Emas. Mereka mengajukan gugatan pada 2022 lalu. "Tanaman hasil rekayasa genetika belum pernah terbukti aman," kata Pelegrina.
Dia menambahkan, ada pergerakan kuat di akar rumput melawan praktik rekayasa genetika di Asia, "dan mereka terinspirasi oleh kemenangan para petani Filipina ini."
Pilihan Editor: Kepala BMKG Pastikan Suhu Panas Akhir-akhir Ini Karena Peralihan Musim