Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Top 3 Tekno: Teluk Kendari Mendangkal, Meteor Sporadis Terlihat di Yogya, Penyebab Suhu Panas

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Foto udara bangunan Masjid Al Alam yang berada di tengah Teluk Kendari, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa 28 Maret 2023. Masjid dengan luas 12.692 meter persegi itu terdiri dari bangunan utama masjid, plaza tertutup, dan plaza terbuka yang menjadi daya tarik pengunjung untuk berwisata religi selama bulan Ramadhan. ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara bangunan Masjid Al Alam yang berada di tengah Teluk Kendari, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa 28 Maret 2023. Masjid dengan luas 12.692 meter persegi itu terdiri dari bangunan utama masjid, plaza tertutup, dan plaza terbuka yang menjadi daya tarik pengunjung untuk berwisata religi selama bulan Ramadhan. ANTARA FOTO/Jojon
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno dimulai dari topik tentang Teluk Kendari di Kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Kedalaman maksimal perairan yang penting sebagai lokasi budidaya ikan lokal juga pelabuhan aktivitas tambang pasir dan nikel ini pernah terukur 23 meter pada 2003 lalu.

Berita populer selanjutnya tentang sebuah meteor alias bintang jatuh dikabarkan terlihat melintasi daerah Yogyakarta, Solo, Magelang, dan Semarang, pada Sabtu malam 4 Mei 2024 sekitar pukul 10 malam. Fenomena yang terekam video amatir itu beredar di media sosial.

Selain itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave. Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, kata dia, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

1. Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Kedalaman maksimal perairan yang penting sebagai lokasi budidaya ikan lokal juga pelabuhan aktivitas tambang pasir dan nikel ini pernah terukur 23 meter pada 2003 lalu.

Tapi pada 2021 lalu kedalamannya menyusut menjadi sekitar 5-10 meter. "Proses sedimentasi dalam periode 2006-2010 telah mencapai 110 ribu meter kubik per tahun," kata Peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Aisyah, dikutip dari siaran pers, Senin 6 Mei 2024.

Aisyah menyampaikan, sedimen menjadi reservoir kontaminan dan bahan organik lainnya. Salah satu kontaminan yang dapat mengganggu ekosistem perairan di Teluk Kendari yaitu senyawa fosfor terlarut atau fosfor reaktif terlarut (Soluble Reactive Phosphorus, SRP). Hasil studi oleh peneliti lain pada 2013 lalu telah menunjukkan kadarnya 0,02 - 0,15 mg/L dan pada 2019 sebesar 0,01 - 0,26 mg/L.

“Ion fosfat ini mudah sekali mengalami imobilisasi oleh tanah membentuk suatu agregat yang lebih besar dan akan terbawa ke perairan Teluk Kendari dan akhirnya akan mengendap ke dasar perairan,” kata Siti.

2. 'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Sebuah meteor alias bintang jatuh dikabarkan terlihat melintasi daerah Yogyakarta, Solo, Magelang, dan Semarang, pada Sabtu malam 4 Mei 2024 sekitar pukul 10 malam. Fenomena yang terekam video amatir itu beredar di media sosial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bandung, Thomas Djamaluddin, menduga itu adalah meteor yang berpapasan dengan bumi. “Terbakar pada ketinggian sekitar 80 kilometer sehingga bisa terlihat di beberapa daerah,” ujarnya, Senin 6 Mei 2024.

Menurut Djamaluddin, benda langit yang terlihat warga pada malam hari itu bukan sampah antariksa. “Sampah antariksa biasanya pecah sehingga objek terbakar tidak tunggal,” kata dia. Dari sebuah rekaman video terlihat sebuah benda melesat dengan cepat di langit malam yang gelap. Benda terang berwarna putih itu juga memancarkan sinar kehijauan lalu lenyap. “Tampaknya habis terbakar di atmosfer, dari video tampak hanya menyala sebentar,” ujarnya.

Djamaluddin mengatakan, meteor itu tidak terkait dengan hujan meteor Eta Aquarids. Alasannya, hujan meteor itu baru akan muncul pada waktu dini hari. “Itu meteor sporadis,” kata dia.

3. Kepala BMKG: Suhu Panas Akhir-akhir Ini karena Peralihan Musim

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave. Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, kata dia, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°Celcius. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°Celcius pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," ungkap Dwikorita dikutip dari siaran pers, Senin, 6 Mei 2024.

Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia. 

Suhu panas saat ini, kata Dwikorita, adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan. Suhu yang bikin “gerah” yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, tambah dia, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.

Pilihan Editor: Fenomena Flexing Mahasiswa KIP Kuliah di Media Sosial, Ini Kata Dosen Unair

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BMKG Catat 147 Gempa Melanda Jawa Barat Sepanjang September, Gempa 18 September Berdampak pada 45 Ribu Jiwa

1 jam lalu

Kondisi kantor milik Dinas Pendidikan di Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 19 September 2024. Gempa dangkal sesar Garsela ini mengguncang 30 desa di delapan kecamatan di Kabupaten Bandung dan 11 desa di tiga kecamatan di Kabupaten Garut. 2.020 unit rumah di Kabupaten Bandung rusak dan 204 unit rumah di Kabupaten Garut rusak. 68 orang mengalami luka, satu orang warga meninggal dunia, dan 21.696 jiwa terdampak di Kabupaten Bandung. TEMPO/Prima Mulia
BMKG Catat 147 Gempa Melanda Jawa Barat Sepanjang September, Gempa 18 September Berdampak pada 45 Ribu Jiwa

Sebanyak 132 gempa di antaranya atau mayoritas lindu muncul dari kedalaman dangkal, yaitu kurang dari 60 kilometer.


BMKG Prakirakan Hujan Mendominasi Kota-kota Besar, Jakarta Berawan Tebal

3 jam lalu

Ilustrasi cuaca hujan. Shutterstock
BMKG Prakirakan Hujan Mendominasi Kota-kota Besar, Jakarta Berawan Tebal

Beberapa wilayah Indonesia terdapat daerah konvergensi dan konfluensi yang mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.


BMKG Prakirakan Mayoritas Jakarta Berawan Sepanjang Hari, Hujan Ringan di Selatan dan Timur Siang Hari

4 jam lalu

Ilustrasi hujan gerimis di Jakarta. TEMPO/Frannoto
BMKG Prakirakan Mayoritas Jakarta Berawan Sepanjang Hari, Hujan Ringan di Selatan dan Timur Siang Hari

Pada pagi hari, seluruh wilayah Jakarta termasuk Kepulauan Seribu berpotensi mengalami cuaca berawan.


Prediksi Cuaca Sepekan di Jawa Barat, BMKG: Potensi Hujan Lebat 4 Hari, Cuaca Ekstrem di Bagian Barat

5 jam lalu

Ilustrasi hujan petir. sciencedaily.com
Prediksi Cuaca Sepekan di Jawa Barat, BMKG: Potensi Hujan Lebat 4 Hari, Cuaca Ekstrem di Bagian Barat

Potensi hujan sedang hingga sangat lebat yang disertai petir dan angin kencang di Jawa Barat terjadi empat hari dalam pekan ini.


Prediksi Cuaca Jakarta, Fitur Baru WhatsApp, dan Gempa Banda Aceh di Top 3 Tekno

6 jam lalu

Ilustrasi - Pejalan kaki menggunakan payung untuk berlindung dari hujan saat melintas di pedestrian MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 5 Desember 2023. (ANTARA FOTO/M RIEZKO BIMA ELKO PRASETYO)
Prediksi Cuaca Jakarta, Fitur Baru WhatsApp, dan Gempa Banda Aceh di Top 3 Tekno

Topik tentang prediksi cuaca BMKG Jakarta dan sekitarnya menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Laut hingga 2,5 dan 4,0 Meter

15 jam lalu

Gelombang tinggi pecah saat menerpa penahan gelombang di pesisir pantai Kampung Nelayan Oesapa, Kota Kupang, NTT. ANTARA/Kornelis Kaha
BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Laut hingga 2,5 dan 4,0 Meter

BMKG mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan pada hari ini dan besok, 13-14 Oktober 2024.


Gempa M5,6 dari Laut Guncang Banda Aceh, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami

22 jam lalu

Peta lokasi pusat gempa di Aceh pada 13 Oktober 2024. BMKG
Gempa M5,6 dari Laut Guncang Banda Aceh, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami

Gempa mengguncang sebagian wilayah Aceh pada Minggu siang ini, 13 Oktober 2024, tepatnya pukul 14.01 WIB.


Gempa dari Sesar Lokal Kembali Menggoyang Wilayah Bogor pada Hari Minggu

23 jam lalu

Peta lokasi gempa di Bogor pada 13 Oktober 2024. BMKG
Gempa dari Sesar Lokal Kembali Menggoyang Wilayah Bogor pada Hari Minggu

BMKG mencatat gempa tektonik M2,8 menggoyang sebagian wilayah Kabupaten Bogor, Ahad 13 Oktober 2024, pukul 10.20 WIB. Dipicu sesar lokal.


Data Suhu Udara BMKG, Sumbawa dan Majalengka Terpanas 2 Hari Terakhir

1 hari lalu

Warga berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin, 24 April 2023. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir. ANTARA/Fauzan
Data Suhu Udara BMKG, Sumbawa dan Majalengka Terpanas 2 Hari Terakhir

Beberapa hari terakhir ini tentang suhu udara yang tinggi juga menjadi perbincangan di media sosial.


Info Gempa Terkini BMKG Sebut Sumbawa Bergetar Pagi Ini

1 hari lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Info Gempa Terkini BMKG Sebut Sumbawa Bergetar Pagi Ini

Info awal BMKG menyebut gempa M4,1 tersebut terjadi tepatnya pada pukul 06.16 WIB.