TEMPO.CO, Jakarta - Institute Essential for Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Pemerintah Inggris meluncurkan program Green Energy Transition Indonesia (GETI). Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengatakan GETI dimaksudkan untuk mendukung akselerasi transisi energi mencapai net-zero emission di 2060 atau lebih awal.
GETI berlangsung selama 18 bulan mulai dari Oktober 2024 hingga Maret 2026 dengan dukungan dana sebesar £1 juta atau setara kurang lebih Rp 19 miliar dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.
“Ada dua workstream. Pertama, mendukung reformasi kebijakan yang telah diidentifikasi dalam JETP CIPP yang diluncurkan tahun lalu,” kata Fabby dalam konferensi pers acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) di Mandarin Oriental, Jakarta, Senin, 4 November 2024.
Menurut Fabby, ada tiga kebijakan yang membutuhkan konsultasi antara pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. “Dengan reformasi kebijakan ini diharapkan ada penciptaan level of playing field untuk energi terbarukan dan perbaikan iklim investasi,” tuturnya.
Sementara fokus kedua dari program ini adalah akselerasi hidrogen hijau atau green hydrogen melalui penguatan kerangka kebijakan dan regulasi, alih teknologi, peningkatan permintaan dan pasokan hydrogen hijau, serta pengembangan industri dalam negeri.
“Ini adalah yang akan kita lakukan dalam 18 bulan ke depan dan harapannya kita bisa semakin mengakselerasi transisi energi di Indonesia,” ujar Fabby.
Dengan inisiatif ini, IESR berharap dapat mempercepat transisi energi di Indonesia dan memastikan penggunaan teknologi hijau yang efisien. Program ini diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam pengembangan energi terbarukan di Tanah Air.
Pilihan Editor: Hujan Tumbangkan Pohon Besar di Kampus ITB, Dua Orang Terluka