TEMPO Interaktif, Jakarta - Setiap produk yang diluncurkan Apple tak lepas dari huruf "i". Apa makna huruf ini sehingga harus disematkan pada setiap nama produknya, mulai dari iMac, iPhone, iPod, dan iPad?
Ketika pertama kali mengumumkan iMac pada 1998, mantan Chief Executive Officer Apple Inc, Steve Jobs, mengatakan "i" adalah untuk Internet dan Mac untuk Macintosh. Gabungan antara Internet dengan nama produk itu, jadilah iMac.
Selain merujuk pada kata Internet, huruf “i” juga bermakna individu, yang mengacu pada sifat pribadi dari komputer. Ada pula pengertian lain, misalnya informasi dan inspirasi.
Tapi apa jadinya ketika pengertian “i” ini sampai pada monitor?
Sebuah perusahaan elektronik asal Taiwan, Art of Color (AOC), terinspirasi dengan huruf “i” dari Apple tadi untuk membuat monitor berbentuk ramping, i2353Ph atau dikenal dengan nama Seri 53.
Business Development Manager AOC Indonesia, Veroniaty, menjelaskan salah satu produk Apple yang melatarbelakangi terciptanya monitor berdesain tipis adalah iPad. Komputer tablet generasi pertama Apple yang sudah terjual lebih dari 15 juta unit itu memiliki ketebalan 13,4 milimeter.
“Sedangkan monitor AOC tipisnya 9,2 milimeter,” kata Veroniaty dalam peluncuran tiga monitor AOC di Jakarta, Jumat pekan lalu.
Selain mengandalkan ketipisan, monitor seluas 23 inci dengan panel IPS ini juga diklaim lebih hemat listrik. Dalam posisi menyala, konsumsi dayanya sebesar 35 watt, sementara ketika stand by kurang dari 0,5 watt.
Rahasia hemat listrik itu, kata Veroniaty, lantaran monitor tersebut memanfaatkan cahaya dari Light-Emitting Diode (LED). “Bisa mengurangi konsumsi listrik sampai 50 persen,” ujarnya.
Rasio kontras yang dihasilkan monitor dengan resolusi 1920 x 1080 piksel ini mencapai 50 juta:1 sehingga warna tampak tajam dan dalam. Untuk konektivitas, monitor yang dibanderol dengan harga Rp 2,9 juta itu memiliki satu port analog dan dua port HDMI.
Bicara soal monitor tipis, pada ajang Consumer Electronics Show (CES) di Las Vegas, Amerika Serikat, yang berlangsung Januari lalu, LG memperkenalkan monitor dengan ketebalan 7,2 milimeter. Monitor LED dengan nama LG E2290V ini memiliki bentang layar 21,5 inci dengan rasio kontras 10 juta:1.
Pada kesempatan itu, Veroniaty juga memperkenalkan dua monitor AOC lainnya, yaitu Seri 43 dan 51. Ada tiga ukuran layar untuk Seri 43, yakni 18,5 inci (e944Fw), 20 inci (e2043Fk), dan 21,5 inci (e2243Fw2k).
Ketiga Seri 43 ini memiliki ketebalan 12,9 milimeter dan menerapkan teknologi LED pada layarnya. Walhasil, konsumsi listrik yang dibutuhkan juga irit, hanya sekitar 18 sampai 20 watt dalam posisi menyala dan stand by 0,5 watt.
Sedangkan pada Seri 51 terdapat dua pilihan ukuran layar, 19 inci (e951F) dan 23 inci (e2351F). Dua model pada Seri 51 juga menggunakan panel LED dengan rasio kontras 20 juta:1. Sementara konsumsi listriknya berkisar antara 21 sampai 32 watt.
Yang unik dari Seri 51 adalah penyangganya dapat dilepas dari badan monitor kemudian tinggal didirikan secara mandiri seperti bingkai foto elektronik. Sementara Seri 53 dan 43 bisa ditaruh di atas meja atau digantung dengan cara melipat bagian “alas” penyangga monitor.
Untuk mendorong penjualan tiga jenis monitor LED ini, menurut Veroniaty, AOC menggandeng Twentieth Century Fox sebuah studio film yang memproduksi film X-Men: First Class. “Kami juga memberikan garansi tiga tahun untuk spare part, panel, dan servis pada setiap monitor AOC,” katanya.
Mengenai monitor tiga dimensi, Veroniaty mengatakan AOC juga punya model itu dengan tipe e2352Phz. Monitor 3D seluas 23 inci ini dilengkapi dengan kacamata berteknologi Film Patterned Retarder yang diklaim bebas kedipan dan lebih nyaman ketimbang kacamata jenis Shutter Glasses. Sayangnya, monitor dengan konsumsi listrik sebesar 40 watt ini belum tersedia di Indonesia.
RINI KUSTIANI