TEMPO.CO, Cambridge – Disleksia dapat didiagnosis dengan menggunakan scan otak bahkan sebelum anak bisa membaca. Saat ini, disleksia biasanya didiagnosis ketika anak-anak berusia sekitar enam atau tujuh-tahun. Saat itu, mereka sudah memasuki usia sekolah.
“Kami sangat tertarik untuk melihat otak anak-anak sebelum mereka bisa membaca dan melihat jenis-jenis perbedaannya (antara otak normal dan otak anak diseleksia),” kata Profesor John Gabrieli, salah satu peneliti, kepada Daily Mail, Rabu, 14 Agustus 2013.
Profesor John Gabrieli dan para peneliti lainnya dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge, Inggris bekerja sama dengan Rumah Sakit Anak Boston. Mereka menemukan ada korelasi antara kemampuan membaca yang buruk dan ukuran area otak yang mengatur pengolahan bahasa.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada orang dewasa yang kesulitan membaca ditemukan, bagian otak yang dikenal sebagai fasciculus arkuata ternyata berukuran lebih kecil dan kurang terorganisir dibandingkan dengan orang dewasa yang bisa membaca dengan baik. Namun, tidak diketahui secara pasti, apakah perbedaan ini penyebab kesulitan membaca atau ini terjadi karena kurangnya pengalaman membaca. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan scan bagian otak tersebut pada anak usia pra-membaca.
Dalam penelitian ini, sebanyak 40 anak usia 4 dan 5 tahun melakukan scan otak. Sebelumnya, mereka dites keterampilan pra-membaca. Scan otak ini akan memperlihatkan ukuran dan organisasi materi putih di otak yang berfungsi untuk membawa informasi di daerah otak.
Para peneliti berfokus pada tiga saluran materi putih yang berkaitan dengan keterampilan membaca. Semuanya terletak di sisi kiri otak. Ketiga bagian otak itu yakni fasciculus arkuata, fasciculus inferior (ILF) dan fasciculus superior (SLF).
Ketika membandingkan scan otak dan hasil dari beberapa jenis tes pra-membaca, para peneliti menemukan korelasi antara ukuran dan organisasi fasciculus arkuata dan kinerja pada tes.
Hasilnya, fasciculus arkuata yang lebih besar dan terorganisis dapat membantu komunikasi antara dua wilayah di otak. Hal inilah yang menunjukkan bagaimana seseorang jauh dari kemungkinan diseleksia.
Dengan mengetahui kemungkinan risiko diseleksia sejak dini, peneliti berharap disleksia bisa ditangani lebih awal sehingga akan benar-benar bisa sembuh saat anak memasuki usia bisa membaca.
DAILY MAIL | ANINGTIAS JATMIKA