TEMPO.CO, Surabaya - Penanggung jawab kegiatan ekskavasi Situs Song Gentong, Toetik Koesbardiati, mengatakan situs prasejarah di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Tulungagung, Jawa Timur, terancam musnah oleh penambangan batu marmer. Besole merupakan sentra industri batu marmer andalan kabupaten tersebut. Wilayah ini juga akses utama menuju Pantai Popoh.
Toeti kaget saat pertama kali mendatangi Situs Song Gentong pada 2010. Sebab semula ia membayangkan bisa menemukan goa yang pernah menjadi tempat tinggal manusia purba, serta sisa-sisa peradabannya. "Ternyata goanya sudah tidak ada, yang ada hanya bukit yang diiris-iris diambil batunya. Kota tua yang cantik, tapi menyedihkan," kata dosen Antropologi Universitas Airlangga itu, Rabu, 11 Desember 2013.
Baca juga:
Dari keterangan penduduk setempat, dahulu memang pernah ada goa di tempat itu. Konon, kata warga tersebut, kedalaman goa mencapai 200 meter. Namun, kata Toetik, warga hanya mendapat cerita secara turun-temurun. Jejak-jejak yang masih bisa ditemukan hanya sungai purba yang membelah desa. Sungai itu, kata Toeti, dulunya sumber penghidupan masyarakat Song Gentong. "Sekarang sungainya kering," kata dia.
Meski demikian, tim Arkeolog gabungan dari Unair dan Universitas Gadjah Mada tetap melanjutkan penggalian. Selama tiga tahun menggali, tim menemukan ratusan fosil, artefak dan fragmen dari masa prasejarah. Temuan tersebut antara lain meliputi fragmen tulang tibia, gigi landak purba, fragmen gigi binatang pemakan daging, kulit kemiri, mollusca, alat kerang, tulang, batu dan serpihan andesit.
Dari hasil pengujian Laboratorium Arkeologi Forensik Unair serta Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi UGM disimpulkan bahwa usia fosil-fosil itu antara 6.000-8.000 tahun atau seumuran dengan Homo Wajakensis. Kini temuan-temuan itu dipamerkan di Museum Etnografi FISIP Unair. "Peradaban di Song Gentong masuk dalam periode Homo Sapiens," kata Toetik.
Situs Song Gentong berada dalam satu wilayah dengan Situs Wajak. Ditemukannya Homo Wajakensis membawa Indonesia pada posisi penting dunia terkait sejarah penghunian sekaligus sebagai mata rantai perkembangan Homo sapiens di dunia. Penemuan manusia kuno ini makin menunjukkan pentingnya situs-situs di wilayah Tulungagung dalam sejarah penghunian Indonesia.
Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan, Aris Soviani, mengatakan untuk menghindarkan Situs Song Gentong dari kerusakan, Pemerintah Kabupaten Tulungagung harus segera mendaftarkan wilayah itu sebagai daerah cagar budaya. Selain itu, temuan-temuan hasil ekskavasi perlu didaftarkan ke Direktorat Pelestarian Budaya dan Permuseuman Nasional. "Dengan demikian wilayah situs tidak bisa diutak-utik lagi," ujar Aris.
KUKUH S. WIBOWO
Topik Terhangat
Kecelakaan Kereta Bintaro | SEA Games Myanmar | Pelonco Maut ITN | Dinasti Atut | Mandela Wafat
Berita Terpopuler
Kisah Penjaga Palang Kereta 1: Mual Lihat Mayat
Teknisi Beri Isyarat Kereta Akan Menabrak
Petugas KA Bintaro Korbankan Nyawa Demi Penumpang
Jokowi: DKI Terlambat Bangun Terowongan