Efek dari hilangnya cerebellum tampaknya sempat mempengaruhi masa kecil wanita itu yang mengaku baru bisa berjalan setelah berusia empat tahun. Namun beranjak dewasa, wanita itu bisa hidup normal dan hanya mengalami sedikit gangguan motorik dan kesulitan melafal. "Ini fenomena mengejutkan, otak bisa sangat fleksibel pada usia muda dan menyesuaikan diri," tulis dokter dalam laporannya.
Orang yang mengalami kerusakan pada bagian otak kecil biasanya mengalami gangguan fungsi motorik. Merujuk pada kasus wanita Cina itu, Raj Narayan, profesor neurologi dari North Shore University Hospital, New York, mengatakan otak muda bisa cepat beradaptasi pada abnormalitas. (Baca juga: Volume Korteks Otak Mempengaruhi Pilihan Risiko)
"Ketika seseorang lahir dengan abnormalitas atau kehilangan bagian otak tertentu pada usia yang sangat muda, maka bagian otak yang tersisa akan berusaha menyambungkan dan mencari kompensasi kehilangan itu," kata Narayan. Namun kemampuan hebat otak untuk menoleransi kerusakan menurun seiring bertambahnya usia. "Jika cerebellum pada orang berusia 60 tahun dikeluarkan, mereka bakal cacat parah," kata Narayan. (Baca juga: Orang Bertipe Darah AB Lebih Berisiko Pikun)
Sebelumnya diperkirakan ada delapan kasus serupa yang pernah dilaporkan. Namun sebagian besar kasus menimpa bayi atau anak yang dilaporkan memiliki gangguan mental, epilepsi, dan abnormalitas besar di otaknya. Sebagian besar dari penderita itu tak bisa bertahan hidup.
Ada kemungkinan lebih banyak orang yang mengalami kejadian serupa namun tak diketahui karena tak diperiksakan ke dokter. "Di masa depan mungkin kondisi ini bisa segera diketahui dengan pemindaian otak," kata Narayan.
BRAIN | LIVESCIENCE | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Terpopuler:
5 Juta Username dan Password Gmail Bocor
Studi Psikologi: Insiden MH370 Hasil Konspirasi
Ini Para Pesaing Dell Vostro 3900
Kabar Gembira, Lubang di Lapisan Ozon Mengecil
Baca juga:
5 Juta Username dan Password Gmail Bocor
Mahir Multibahasa Hambat Kepikunan
Studi: Otak Einstein Tidak Spesial