TEMPO.CO, Jakarta - Seekor ikan purba coelacanth kembali tertangkap di perairan Sulawesi Utara. Ikan itu tak sengaja masuk ke jaring yang ditebar para nelayan di sekitar Pulau Gangga, Kabupaten Minahasa Utara, 5 November 2014. Hasil pemeriksaan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memastikan ikan purba yang tertangkap itu adalah spesies Latimeria menadoensis. (Baca: Spesies Baru Lumba-lumba Ditemukan di Australia)
Pakar taksonomi ikan LIPI, Teguh Peristiwady, mengatakan ciri-ciri fisik ikan yang dilaporkan para nelayan itu sesuai dengan data spesies L. menadoensis. Ikan purba itu jarang sekali terlihat karena habitatnya berada lebih dari 150 meter di bawah permukaan laut. "Ini adalah satu keberuntungan ketika kami berhasil mendapatkan satu spesimen baru yang utuh," kata Teguh dalam workshop tentang coelacanth di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Ancol, Jakarta, 12 November 2014. (Baca: Perdagangan Satwa Langka Lewat Online Marak)
Nelayan menemukan ikan coelacanth itu di dalam jaring sepanjang 50 meter. Ikan itu kemungkinan tersangkut karena panjang tali pengikat jaring dengan bandul penanda di permukaan laut mencapai 400 meter. Teguh mengatakan tidak mengetahui kedalaman lereng laut dan seberapa jauh jaring itu tenggelam. "Namun dilihat dari panjang tali yang menahan jaring saat mengayun ke bawah, kedalamannya mungkin kurang dari 400 meter," ujarnya.
Ikan itu adalah spesimen ketujuh yang ditemukan di perairan Indonesia. Coelacanth pertama kali ditemukan di Indonesia di perairan Manado, Sulawsi Utara pada 1998. Coelacanth perdana itu panjangnya mencapai 130 sentimeter. Teguh mengatakan panjang ikan coelacanth terbaru mencapai 128,5 sentimeter dan lebar 32 sentimeter. Tebal tubuhnya sekitar 35 sentimeter dan panjang kepalanya 33,5 sentimeter. "Beratnya sekitar 22 kilogram," ujarnya. (Baca: Kesehatan Lutung Diperiksa Sebelum Dilepasliarkan)
Coelacanth adalah ikan purba yang diperkirakan muncul di bumi sekitar 400 juta tahun silam. Sempat dikira punah, coelacanth pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 1938. Cuma ada dua spesies coelacanth di dunia. Satu ditemukan di perairan timur Indonesia, sementara spesies Latimeria chalumnae hidup di laut dalam sebelah timur Afrika. Coelacanth diduga sebagai mata rantai yang menghubungkan proses transisi evolusi dari ikan ke tetrapoda (organisme bertungkai empat).
Dua spesies ikan purba itu diduga terpisah akibat adanya pergeseran lempeng benua. Peneliti kelautan asal Jepang, Yoshitaha Abe, mengatakan pergeseran kontinen selesai sekitar 60 juta tahun lalu. Pergerakan kontinen ke utara turut membantu terbentuknya Nusantara dan jarak dengan Afrika semakin jauh. "Ikan itu adalah perenang yang lambat tapi mereka jelas punya waktu banyak untuk menyeberangi samudera Hindia," kata Abe yang juga Direktur Aquamarine Fukushima, Jepang.
Ikan coelacanth adalah spesies langka yang dilindungi. Namanya termasuk di dalam daftar merah Konvensi Perdagangan Internasional untuk Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar. Semua hewan yang masuk dalam daftar merah itu tak boleh ditangkap apalagi diperjualbelikan.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Baca berita lainnya:
Jusuf Kalla: Ah, FPI Selalu Begitu, Simbol Saja
Jusuf Kalla: Kenaikan Harga BBM Akan Ditunda
Kuasa Hukum: Mana Buktinya FPI Rasis...
Begini Cara Membubarkan FPI