TEMPO.CO, Jakarta - Penyedia solusi transportasi, Go-Jek, meluncurkan aplikasi mobile bagi platform Android dan iOS. Aplikasi ini memudahkan pemesanan ojek tanpa melalui telepon. (Baca: Go-Jek, Bisnis Profesional dari Kemacetan.)
“Menggunakan aplikasi lebih sederhana dibandingkan menelepon call center sebelum memesan ojek,” ujar pendiri dan Chief Executive Officer Go-Jek, Nadiem Makarim, di Jakarta, Selasa, 20 Januari 2015. (Baca: Selain Transjek, Juga Ada Go-Jek.)
Aplikasi Go-Jek memiliki tampilan antarmuka (user interface) yang sederhana. Untuk memesan ojek, pengguna harus mengetik tempat penjemputan serta rute yang ingin dituju. Selanjutnya akan muncul berapa jarak yang akan ditempuh. Pada laman juga akan muncul foto dan nama pengemudi serta nomor telepon yang dapat dihubungi. Selanjutnya, pengguna dapat berkoordinasi langsung dengan pengemudi. (Baca: Hari Jadi Ke-2, Go-Jek Bawa Penumpang ke Bali.)
Tarif minimum yang dikenakan sebesar Rp 25 ribu. Jika sudah melewati jarak 6 kilometer, akan ada penambahan tarif yang dihitung Rp 4.000 per 1 kilometer. Ini diklaim jauh lebih murah ketimbang menyetop ojek di jalan protokol Jakarta. “Kalau di kawasan Sudirman atau Thamrin malah bisa nembak sampai Rp 100 ribu,” ucap Nadiem.
Metode pembayaran yang ditawarkan, yaitu secara tunai, lewat Go-Jek Credit atau Corporate Banking. Saldo Go-Jek Credit dapat diisi saat melakukan sign-up. Pengguna dapat mentransfer uang ke rekening yang tercantum. Sedangkan Corporate Banking khusus bagi pelanggan perusahaan.
Dua minggu meluncur, aplikasi Go-Jek diklaim sudah diunduh sebanyak 15 ribu kali. Namun Nadiem enggan mengungkapkan berapa target unduhan yang ingin dicapai dalam waktu dekat. Aplikasi ini juga hanya dapat digunakan pada gawai atau gadget berbasis Android dan iOS.
Go-Jek didirikan pada 2011 di bawah PT Go-Jek Indonesia. Berdirinya Go-Jek dilandasi oleh ketidaknyamanan Nadiem saat berkendara menggunakan kendaraan pribadi. Kala itu, mantan Managing Director Zalora Indonesia ini merasa waktunya terbuang percuma saat terjebak kemacetan. Dia pun kemudian beralih menumpang ojek.
Selain itu, kata Nadiem, dirinya merasa prihatin dengan penghasilan pengemudi ojek yang tidak pasti. “Pengemudi ojek adalah orang yang bekerja keras dalam memperoleh penghasilan,” ucapnya.
Kini, ada seribu pengemudi Go-Jek yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya wanita. Go-Jek juga bermitra dengan seratus perusahaan di Tanah Air, antara lain Gramedia, Regus, dan British Council.
SATWIKA MOVEMENTI