TEMPO.CO, Paris - The Lancet, jurnal medis dunia terkemuka, menyebut perubahan iklim akan berimbas pada kematian 7 juta manusia per tahun apabila perubahan iklim tak ditangani dengan serius. Laporan yang dirilis oleh aliansi profesi medis dunia ini diterbitkan di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim ke-21 Paris, Prancis, Jumat, 4 Desember 2015.
Selain merilis laporan tersebut, Aliansi ini mendeklarasikan Gerakan Perubahan Iklim untuk Kesehatan Dunia. Dalam banyak COP sebelumnya, deklarasi ini belum pernah terjadi.
Menanggapi laporan tersebut, Direktur Jenderal Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan, mendesak para pemimpin dunia untuk melakukan perubahan kebijakan pembangunan mulai sekarang. "Patut diakui bahwa perubahan iklim membawa dampak pada kesehatan manusia," ujar dia, di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim ke 21 Paris, Prancis.
Sedangkan CEO Gunderseon Health System, Jeff Thomson, berpendapat bahwa para pemimpin dunia memang memiliki kewajiban untuk menjaga lingkungannya masing-masing. Selain ekonomi dan politik, menurut dia, isu perubahan iklim tak kalah pentingnya untuk menjadi sorotan. "Malah, kalau bisa pembangunan berbasiskan lingkungan," ujarnya.
Sebelumnya, ada laporan lain menyebutkan dampak dari perubahan iklim. Yakni, kawasan hutan di beberapa negara terancam hancur karena pertambangan batu bara dan pembangkit listrik tenaga batu bara. Hutan-hutan tersebut berada di Indonesia, Kanada, Australia, Kolombia, dan Amerika Serikat.
Temuan itu terungkap dalam laporan bertajuk Double Jeopardy: Coal's Threat to Forest, yang diluncurkan oleh Fern, lembaga swadaya masyarakat internasional yang bergerak di bidang kehutanan.
Laporan ini berbasiskan peta rinci wilayah hutan yang terancam hancur karena batu bara. Pembakaran batu bara, menurut laporan tersebut, menghancurkan hutan melalui karbon yang dilepaskan tambang ke atmosfer. Karbon tersebut jatuh dalam bentuk asam saat hujan. "Setidaknya ada 11,9 juta hektare hutan yang terancam," kata Saskia Ozinga, juru kampanye Fern, di COP21 Paris.
Saskia meminta para negosiator yang berkumpul di Paris untuk menolak keras pembukaan tambang batu bara yang baru ataupun rencana pembangunan energi berbasiskan batu bara. Ini guna menyelamatkan hutan dan menjaga emisi tetap rendah.
AMRI MAHBUB (PARIS)