TEMPO.CO, Newcastle - Jari tangan dan kaki kita selalu keriput jika terlalu lama berada di dalam air. Para ilmuwan akhirnya menemukan alasannya, ribuan tahun setelah manusia mulai mandi untuk membersihkan diri.
Tom Smulders, seorang pakar evolusi biologi saraf dari Newcastle University di Inggris, mengatakan kulit yang berkerut memberikan pegangan yang lebih baik. Bentuk adaptasi fisiologis ini telah membantu nenek moyang manusia mencabut tanaman basah ketika mencari makanan. "Kulit yang mengerut juga mencegah kaki terpeleset saat berjalan di lingkungan yang basah dan licin," ujar Smulders, seperti dikutip laman situs The Guardian.
Baca Juga:
Kerutan pada jari tangan dan kaki juga membantu manusia purba mengembangkan teknologi awal mereka, yaitu menggunakan alat dalam kondisi basah. "Misalnya memperbaiki senjata berburu saat hujan atau memancing dengan tombak," tutur Smulders.
Teori lama menyebutkan bahwa ujung jari tangan atau kaki akan menyerap air saat bersentuhan dengan zat cair itu dalam waktu cukup lama. Permukaan kulit lantas membengkak, mengeriput, dan membentuk lipatan-lipatan kecil. Namun penelitian Smulders menunjukkan hal itu tidak terjadi ketika saraf pada jari rusak.
Ali-alih membengkak, jari yang bersentuhan dengan air justru bakal berkerut karena pembuluh darah di dalamnya berkontraksi. Efek tersebut dikendalikan sistem saraf otonom, yang juga mengatur pernapasan dan detak jantung.
Smulders menyelidiki manfaat jari mengeriput setelah membaca makalah yang ditulis Mark Changizi, direktur ilmu kognitif manusia di Laboratorium 2AI di Idaho, Amerika Serikat. Makalah yang dimuat dalam jurnal Brain, Behavior and Evolution itu menyebutkan bahwa kerutan pada jari mirip tapak ban mobil dan jaringan drainase di pegunungan.
"Jari mengeriput sama seperti cara kerja tapak ban mobil yang memberikan pegangan yang lebih baik," kata Smulders. Penelitian ini dilaporkan dalam jurnal Biology Letters.
Temuan ini memicu munculnya pertanyaan tentang bagaimana dan dari mana manusia modern mewarisi kulit berkerut ini. Changizi mengatakan, semua primata memiliki jari yang bisa berkerut. "Manusia kemungkinan mewarisinya dari monyet dan kera," tutur sang peneliti.
Changizi telah melakukan serangkaian penelitian yang lebih sederhana di laboratorium di Idaho. Namun penelitiannya menghasilkan kesimpulan yang sama dengan pernyataan Smulders. "Tapak kaki dan tangan secara biologis beradaptasi seperti sepatu," ujarnya.
THE GUARDIAN | BIOLOGY LETTERS | AMRI MAHBUB