TEMPO.CO, Dublin - Kecerdasan yang menjadi faktor pembeda antara manusia dan binatang ternyata hasil dari interaksi sosial. Masyarakat yang aktif bersosialisasi lambat laun memiliki otak makin besar.
Kesimpulan itu muncul dari hasil penelitian yang dilakukan Trinity College Dublin dan University of Edinburgh. Mereka mengkaji kaitan interaksi sosial dan hubungannya dengan kecerdasan melalui 50 individu buatan pada model komputer.
Setiap individu memiliki otak yang sanggup menyelesaikan 10 pekerjaan sekaligus. Para peneliti memaksa individu yang menjadi sampel untuk memainkan permainan klasik yang dikenal sebagai Dilema Tahanan.
Dalam permainan ini, dua orang tahanan ditempatkan di ruangan terpisah dan diberi kebebasan memilih bungkam atau membocorkan kesalahan tahanan lainnya. Jika keduanya bungkam, setiap tahanan diberi hukuman satu bulan penjara atas dakwaan pidana ringan.
Namun, jika salah seorang berkhianat, si pembocor akan dibebaskan dari dakwaan dan tahanan lain akan mendapat hukuman tiga bulan penjara. Keputusan untuk bungkam atau berkhianat inilah yang harus dipilih individu buatan dalam komputer tersebut.
Setelah menjalankan permainan ini melalui model komputer, terungkap bahwa strategi sosial mendadak muncul. Para individu secara bertahap membentuk masyarakat tolong-menolong yang berdampak pada pertambahan volume otak. "Semakin kuat kelompok sosial, semakin cerdas individunya," ujar peneliti sistem evolusi dari Trinity College Dublin, Andrew Jackson.
Perkembangan volume otak terjadi akibat dorongan kompetisi. Jackson menjelaskan, saat bersaing untuk menjadi yang paling cerdas dari yang lain, individu harus berinvestasi dengan mengembangkan otak yang lebih besar.
Sejak era 1970-an, sebagian peneliti melemparkan hipotesis bahwa interaksi sosial berperan dalam proses evolusi. Sayangnya, ide ini lebih banyak dibuktikan terbalik, yaitu otak yang lebih besar banyak dijumpai pada binatang yang senang bersosialisasi. Temuan kali ini membuktikan hipotesis dari arah sebaliknya, yaitu interaksi sosial membantu perkembangan otak.
PHYS.ORG | AMRI MAHBUB