Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Arkeolog: Cina Sudah Produksi Bir Sejak 5000 Tahun Lalu

image-gnews
AP/Petr David Josek
AP/Petr David Josek
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang-orang Cina kuno diperkirakan sudah mulai menikmati kelezatan bir sejak 5.000 tahun lalu. Hal itu terlihat dari bukti arkeologi yang disampaikan oleh para peneliti Cina dan Amerika Serikat pada Senin, 23 Mei 2016.

Sejauh ini, catatan tertulis paling awal tentang bir di Cina ada pada inskripsi pada tulang-tulang peramal dari masa akhir dinasti Shang sekitar 3.000 tahun lalu, yang menunjukkan orang-orang Cina kuno menggunakan rendaman biji-bijian seperti jewawut, barley, dan gandum sebagai bahan utama pembuatan bir.

Namun beberapa studi menyampaikan hipotesis bahwa tradisi pembuatan bir Shang berawal dari periode Neolitikum Yangshao sekitar 5.000 sampai 7.000 tahun lalu, ketika desa-desa pertanian skala luas dibangun di lembah Sungai Kuning.

Dalam studi baru, para peneliti menggali dua lubang bawah tanah yang berasal dari masa 3.400 sampai 2.900 SM di Mijiaya, sebuah situs arkeologi dekat anak Sungai Wei di bagian utara Cina.

Tiga tipe bejana ditemukan di kedua lubang itu: pot-pot bermulut lebar, corong-corong, dan bejana jiandiping, semuanya mengandung residu kekuningan pada permukaan bagian dalamnya.

Bentuk dan gaya bejana-bejana itu menunjukkan mereka digunakan untuk tahapan khas dalam proses pembuatan bir: pemasakan, penyaringan, dan penyimpanan menurut laporan peneliti di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Menariknya, masing-masing lubang juga memiliki satu kompor tembikar, yang bisa menjadi peralatan pemanas untuk memanaskan tumbukan biji-bijian dalam kegiatan pemasakan.

Analisis morfologis pati biji-bijian dan fitolit--silika yang diproduksi oleh tumbuhan-- yang ditemukan di dalam artifak mengungkap adanya milet sorgum manis, barley, jali, dan umbi-umbian, kata Jiajing Wang dari Stanford University yang memimpin studi itu.

Beberapa pati biji-bijian itu ada pola lubang kerusakan yang cocok dengan perubahan morfologi yang berkembang selama perendaman dan penumbukan yang diamati selama proses percobaan pembuatan bis, kata Wang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka juga menemukan keberadaan oksalat, hasil ikutan proses pembuatan bir, pada beberapa artefak, yang lebih lanjut mendukung penggunaannya sebagai bejana untuk pembuatan bir.

"Menurut pengetahuan kita, data-data kami memberikan bukti langsung paling awal dari produksi bir in situ di Cina, menunjukkan bahwa teknik pembuatan bir yang lebih maju dikembangkan sekitar 5.000 tahun lalu," kata Wang dan koleganya dalam makalah mereka.

Selain itu, menurut mereka, identifikasi residu barley pada artefak-artefak di Mijiaya mewakili keberadaan barley paling awal di Cina, mendorong ke belakang kedatangan tanaman pangan tersebut ke Cina sekitar 1.000 tahun.

Barley pertama dibudidayakan di Eurasia Barat dan kemudian diperkenalkan ke Cina, kemungkinan melalui daerah padang rumput Asia Tengah, tapi waktu dan sifat awal adopsi tanaman itu di Cina belum dipahami.

Studi baru menunjukkan bahwa tanaman itu mungkin digunakan sebagai bahan pembuatan bir lama sebelum menjadi tanaman pokok pertanian.

"Produksi dan konsumsi bir Yangshao bisa jadi berkontribusi pada kemunculan masyarakat hierarkis di Central Plain, wilayah yang dikenal sebagai 'tempat lahir peradaban Cina'," menurut makalah para peneliti yang dikutip oleh kantor berita Xinhua.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjalan melewati barisan tiang menuju Oval Office di Gedung Putih di Washington, AS, 13 Januari 2023. T.J. Kirkpatrick/Pool melalui REUTERS
Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.


Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 jam lalu

Presiden AS Joe Biden saat kunjungannya di Chavis Community Center di Raleigh, North Carolina, AS, 26 Maret 2024. REUTERS/Elizabeth Frant
Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.


Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

14 jam lalu

Ilustrasi internet. (abc.net.au)
Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media


Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

15 jam lalu

Pengolahan bijih nikel di smelter feronikel PT Antam Tbk di Kolaka, Sulawesi Tenggara. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.


Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

19 jam lalu

Sebuah mesin bekerja untuk mengurangi polusi dipasang di sekitar area konstruksi saat polusi udara menyelimuti wilayah Beijing, Cina, 18 Desember 2016. REUTERS/Stringer
Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.


Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

22 jam lalu

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters. REUTERS
Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".


Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Bendera Korea Utara berkibar di samping kawat berduri di kedutaan besar Korea Utara di Kuala Lumpur, Malaysia, 9 Maret 2017. [REUTERS / Edgar Su]
Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.


Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas ekstrem.[Khaleej Times/REUTERS]
Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.


Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Taman Merlion, Singapura. REUTERS/Edgar Su/File Photo
Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.


Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Booth BYD di PEVS 2024. (Foto: Gooto/Dimas Prassetyo)
Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.