TEMPO.CO, Surabaya-Patah tulang biasanya ditangani dengan menggunakan sekrup dan pelat berbasis logam, yaitu platina dan stainsless steel. Namun, kedua bahan ini relatif mahal. Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya berupaya menciptakan skrup tulang yang harganya terjangkau namun aman digunakan.
"Sekrup kami buat dari nano hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2] dan POC [Poly (1,8-octanediol-co-citrate)]. Sifatnya biodegradable sehingga tidak perlu diambil kembali," kata Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta, Imroatus, Selasa, 14 Juni 2016.
Sifat biodegradable tersebut tak perlu diambil atau dikeluarkan lagi karena setelah tulang terfiksasi, sekrup akan terdegradasi dalam sistem metabolisme tubuh.
Alasan lainnya, material POC [Poly (1,8-octanediol-co-citrate)] memiliki beberapa keunggulan seperti sifat nontoksik (tak beracun), biokompatibel (sesuai dengan tubuh), dan biodegradable (terdegradasi ke dalam metabolisme tubuh). "Selain itu, proses sintesisnya relatif lebih mudah serta mampu meningkatkan sifat mekanik setelah bagian yang patah berangsur pulih."
Di sisi lain, material nano hidroksiapatit berfungsi sebagai filler (pengisi) karena cocok dan menyesuaikan dengan jaringan tulang. "Kitosan sebagai coating (pelapis) yang bersifat anti-bakteri melalui kelompok amino bermuatan positif. Dialah yang mengikat muatan negatif membran bakteri," tutur dia.
Imroatus menambahkan, hasil dari karakterisari sekrup tulang ini memiliki kekerasan 1482,68 MPa. Angka itu sudah di atas kekerasan tulang manusia, yakni 150-664 MPa dan kekuatan tekan sebesar 8,14 MPa sesuai dengan kuat tekan tulang cancellous antara 2-12 MPa. "Untuk uji anti bakteri, bahan kitosan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di sekitar luka," ujarnya.
Tim yang terdiri dari lima orang mahasiswa jurusan Teknobiomedik itu menyatakan ingin menawarkan solusi dalam penanganan kasus patah tulang. Sebab logam platina yang biasa digunakan dalam operasi berharga mahal, sedangkan stainless steel dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan korosi yang membahayakan tubuh. "Apalagi, pengambilan sekrup menyisakan lubang pada tulang dan menimbulkan permasalahan baru," kata dia.
ARTIKA RACHMI FARMITA