TEMPO.CO, Surabaya - Sample atau contoh jaringan, urin, darah, hingga feses, sangat penting agar diagnosis penyakit tak meleset. Sayangnya, pelabelan sample agar efisien ini belum banyak dilakukan di rumah sakit.
Berangkat dari masalah itu, lima mahasiswa Universitas Airlangga membuat sebuah mesin ergonomis yang mampu mencegah tertukarnya sample bernama Medscupe.
"Kami ingin meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit Indonesia melalui inovasi yang kami ciptakan ini,” kata salah satu anggota tim, Masunatul Ubudiyah, melalui siaran pers, Jumat, 15 Juli 2016.
Medscupe (Medical Spesimens Cube Shipper) merupakan alat yang mempunyai sistem kendali dan kontrol spesimen berbasis pengolahan citra warna. Alat ini mampu meningkatkan efisiensi proses pelabelan maupun pengiriman spesimen pasien ke laboratorium. "Sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kasus malpraktik sample tertukar di laboratorium medis," ujar dia.
Menurut penelitian timnya, tertukarnya sample disebabkan banyak faktor. Bisa karena kesalahan tenaga medis maupun alat yang digunakan. Ada pula rumah sakit yang mulai sadar membangun mesin pipa penghantar spesimen uji ke laboratorium. "Karena pada dasarnya spesimen harus cepat diuji agar komponen di dalamnya tidak berubah," kata dia.
Sayangnya, mesin ini belum secara penuh mengontrol otomatis pengiriman sample. Sesampainya sample di ruang laboratorium, petugas masih harus memilah-milah sample sesuai jenis untuk diantarkan ke tempat uji masiing-masing.
"Itu banyak sekali jenisnya; ada darah, urin, feses, jaringan, sputum, dan lain-lain. Darah sendiri masih banyak jenis pemeriksaannya, terdiri dari uji plasma, eritrosit, leukosit," kata Musanatul. Hal itu membuka peluang tertukarnya sample dan memakan waktu yang lebih lama.
Medscupe diklaim efektif menjaga sample tak tertukar pada bagian pipa terakhir yang berhenti di ruang laboratorium medis sebuah rumah sakit. Medscupe, ujar Musanatul, memberikan percabangan otomatis yang memiliki kamera scanning citra solusi dan slot khusus pemisah sesuai warna yang dideteksi.
"Dengan begitu, spesimen dengan cepat akan terklasifikasi dan sampai di tempat analisis jenis spesimen masing-masing dengan tepat," ucapnya.
Berkat alat itu, tim tersebut mendapat danah hibah Program Kreativitas Mahasiswa dari Kemenristek DIKTI tahun 2016. Mereka adalah Mokhammad Deny Basri (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), Masunatul Ubudiyah (Keperawatan 2013), Pratama Bagus Baharsyah (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), dan Sucowati Dwi Jatis (Keperawatan 2014).
ARTIKA RACHMI FARMITA